Jumat, 10 Mei 2013

Klasifikasi Karya Seni Rupa

Klasifikasi Karya Seni Rupa

Jika kita melihat karya-karya seni rupa yang berkembang pesat dan kian beraneka ragam jenisnya terkadang membuat kita kesulitan menggolongkan karya-karya seni rupa tersebut. Begitupun dalam menyebut atau memberi nama sebuah karya seni rupa seringkali masih kurang tepat, bahkan jauh dari pengertian yang sesungguhnya. Hal tersebut lebih dikacaukan lagi dengan tidak adanya batasan dan fungsi yang pasti dalam proses pembuatannya. Sebagai contoh karya-karya seni terapan yang pada kenyataannya tidak memiliki fungsi secara praktis terhadap kebutuhan fisik manusia, namun hanya sekedar bertujuan dekoratif atau menghias saja. Demikian pula pada sebagian karya seni murni yang ternyata tidak sekedar memenuhi kebutuhan estetik semata, namun dapat berfungsi menopang kebutuhan hidup manusia secara fisik, atau dengan kata lain memiliki nilai pakai.
Kenyataan seperti di atas memang dapat terjadi pada sebagian karya seni rupa. Namun, jika kita lihat pendekatan secara umum kita dapat menggolongkan karya-karya seni rupa sebagai berikut:
1. Karya Seni Rupa Murni (fine art)
Karya seni rupa murni merupakan jenis karya seni rupa yang dibuat dengan tujuan memenuhi kebutuhan estetik atau nilai-nilai keindahan semata, terlepas dari fungsi praktis. Karya semacam ini dibuat untuk kepentingan mengekspresikan emosi atau perasaan penciptanya. Yang tergolong karya seni murni yaitu seni lukis, seni patung, dan seni grafis. Seni lukis merupakan karya yang umumnya berbentuk dua dimensi dan dibuat di atas permukaan kertas, kanvas, dinding, kaca dan bahan lain yang memungkinkan untuk itu. Bahan pewarna yang digunakan dpat menggunakan cat, tinta, arang, pensil dan lain-lain. Ada pula karya seni lukis yang dibuat pada tubuh manusia yang lazim disebut body painting. Teknik melukis dapat beragam. Secara konvensional dengan menyapukan bahan pewarna menggunakan alat berupa kuas, namun ada pula teknik melukis yang memanfaatkan plototan cat dari tubenya, atau bahkan dengan sapuan jari-jari tangan senimannya. Seni patung merupakan karya seni rupa yang berbentuk tiga dimensi (dapat dinikmati dari beberapa arah pandang) dibuat dengan menggunakan berbagai media seperti, kayu, batu, semen, fiber, lilin, tanah liat atau bahkan es. Teknik membuat patung menyesuaikan dengan bahan yang dipakai, dengan cara membentuk dengan tangan, membutsir, memahat, ataupun dengan teknik cetak. Corak seni patung juga bermacam-macam, ada patung naturalis yang menggambarkan benda seperti wujud asli yang ada di alam, ada pula yang bercorak abstrak sehingga sulit dikenali bentuknya. Sedangkan seni grafis merupakan jenis karya seni rupa yang dibuat dengan teknik cetak seperti teknik cukil, lithografi, cap, cetak sablon dan lain-lain. Seperti halnya seni lukis, seni grafis dibuat untuk tujuan mengekspresikan emosi dan gagasan senimannya.
2. Seni Rupa Terapan (applied-art)
Berbeda dengan seni rupa murni, seni rupa terapan dibuat dengan mengutamakan tujuan praktis, dengan kata lain dimanfaatkan fungsi pakainya untuk memenuhi kebutuhan fisik manusia.  Namun demikian karya seni rupa terapan diupayakan memilki nilai artistik pula. Membuat karya seni rupa terapan tidak sebebas membuat karya seni rupa murni karena di dalamnya harus mempertimbangkan persyaratan-persyaratan tertentu, seperti syarat keamanan (security), kenyamanan (comfortable), dan keluwesan dalam penggunaan (flexibility).
Mengingat banyaknya jenis karya tersebut, maka karya seni rupa terapan dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu desain dan kriya. Desain merupakan karya seni yang dibuat berdasarkan pesanan atau permintaan clien (pemesan). Yang termasuk dalam karya desain yaitu; desain grafis (desain komunikasi visual), desain arsitektur (rancang bangun), dan desain produk. Karya desain grafis adalah karya yang dibuat untuk mengkomunikasikan pesan tertentu kepada publik atau khalayak umum seperti poster, iklan, baliho, selebaran, pamflet, banner, kartu ucapan, desain undangan dan lain-lain. Desain arsitektur adalah karya seni rupa yang bertujuan memenuhi kebutuhan akan hunian atau tempat tinggal dan fasilitas umum seperti rumah, gedung, tempat ibadah, jembatan dan lain-lain. Sedangkan desain produk merupakan karya seni rupa yang berupaya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seerti perabot rumah tangga, alat elektronik, alat komunikasi, alat transportasi, aksesoris, busana, dan lain-lain.
Ketiga jenis desain di atas umumnya dibuat dengan menggunakan alat-alat berteknologi modern dan mamanfaatkan bahan-bahan sintetis atau bahan buatan. Karena dibuat dengan menggunakan mesin, maka produksinya dapat dibuat dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang relatif singkat, namun unsur ekspresi tidak tersampaikan secara bebas karena prosesnya tidak melibatkan sentuhan tangan langsung dari penciptanya.
Seni kriya atau seni kerajinan memilki perbedaan dengan desain. Kebanyakan karya seni kriya dibuat secara tradisional dengan keterampilan tangan pembuatnya dan banyak memanfaatkan bahan-bahan alam seperti kayu, bambu, batu, logam, tanah liat, kulit binatang, dan lain-lain. Karya seni kriya kini banyak digemari karena unsur keasliannya, tak heran orang-orang banyak yang merasa bangga mengoleksi barang-barang kriya daripada barang-barang buatan pabrik. Yang termasuk dalam golongan karya seni kriya diantaranya; keramik (gerabah), ukir kayu, kerajinan kulit, anyaman, batik, dan kerajinan logam.
Pada perkembangannya jenis seni kriya jauh lebih banyak mengeksplorasi bahan-bahan alam seperti kulit kerang, batu-batuan, bahkan tumbuhan. Banyak pula sebagian bahan limbah dan bahan sintetis yang kemudian dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan seperti limbah plastik, kertas, karet, dan lain-lain. Sekalipun memanfaatkan bahan buatan, namun karya-karya semacam ini tetap digolongkan dalam seni kriya. Barangkali orang-orang lebih banyak melihatnya dari segi proses membuatnya yang mengandalkan kreativitas dan keterampilan tangan ketimbang dari segi bahan. Kini seni kriya tumbuh makin pesat di Indonesia. Banyak daerah-daerah yang kemudian menjadi sentra-sentra kerajinan. Kondisi geografis dan demorafi Indonesia merupakan faktor pendukung menjamurnya seni kerajinan Nusantara.
Di bawah ini contoh beberapa karya seni rupa yang disebutkan dalam klasifikasi karya seni rupa di atas:
Karya seni lukis
upload lukis
Karya seni grafis
upload grafis
Karya seni patung
upload patung
Desain arsitektur
upload arsitektur
Desain produk
upload des produk
Desain grafis / desain komunikasi visual
upload DKV
Kriya keramik
upload keramik
Kriya batik
upload batik
Kriya ukir kayu
upload ukir
Kriya logam
upload logam
Kriya anyam
upload anyam
Kriya kulit
upload kulit
Kriya dengan memanfaatkan bahan limbah
upload barang limbah
sumber : http://mazgun.wordpress.com/2009/10/10/klasifikasi-karya-seni-rupa/

Rabu, 08 Mei 2013

TUHAN TAHU



TUHAN TAHU
Karya : Abdul Syukur
SMAN Pintar Kuantan Singingi

Suasana siang itu begitu terik. Mentari memancarkan sinarnya dengan garang. Sebuah kota yang cukup ramai pun tak luput dari pancaran sinarnya. Orang- orang berjalan sambil berbincang bersama temannya dengan menahan teriknya Sang Mentari yang sangat menyanyat kulit mereka.
Terlihat seorang laki-laki muda sedang menikmati rokok yang sudah hampir habis. Wajah yang ditengadahkan sambil menatap sebuah gedung berlantai 3, membuatnya terlihat angkuh.
         “ Siang yang panas, orang-orang yang munafik dan ini saya, orang yang bebas “  gumamnya.
  Rama, seorang laki-laki muda yang masih dalam usia sekolah sedang bersandar disebuah dinding bangunan mewah yang menjulang tinggi. Dia berpakaian bak seorang anak muda yang sedang menikmati tren 2011 dengan jaket woll dan celana jeans yang membuatnya terlihat keren. Apalagi posisi berdiri yang hanya bertumpu pada satu kaki dan kaki satu lagi ditekuk dan disandarkan ke dinding, serta tangan yang masuk kedalam saku celananya yang sesekali memperbaiki posisis rokok yang ia hisap.
  Tiba- tiba dari tempat yang tidak jauh darinya, ada sekelompok orang yang berteriak.
“ Copeeet…Copeeettt… “ teriakan sekelompok orang tersebut.
Suara itu terdengar dari massa yang berlarian memburu seorang pria yang lari dan membawa tas kearah Rama. Tepat di depan tubuh Rama, pria itu terjatuh karena tersandung kaki Rama yang sengaja ia julurkan tetap dengan posisinya tadi. Salah seorang dari massa tersebut datang lalu memegangi pria itu.
“ Akhirnya kau tertangkap juga, dasar pencopet keparat ” bentak salah seorang  massa sambil menindih tubuh pria itu dan menarik kerah bajunya yang membuat pria itu sesak.
Massa bertambah banyak dan memukuli pria yang dituduh pencopet tadi, sehingga terjadi kejadian main hakim sendiri.
“ Mati kau pencopet sialan!” umpat salah seorang massa yang ikut memukuli pencopet itu.
Rama yang berdiri didepan mereka, berdiri lurus dan membuang puntung rokok yang dihisapnya tadi lalu diinjaknya. Kemudian ia pergi meninggalkan kerumunan massa yang masih memukuli pencopet itu.
“ Dasar orang-orang bodoh, bukan pencopet itu yang keparat,  tapi kalian. Kalian para keparat hukum yang membuat kesempatan untuk menimbulkan niat jahat para pencopet “ gumamnya sambil tersenyum mereng hingga kerumunan massa tertinggal jauh dibelakangnya.  
  Lama berjalan, Rama menuju sebuah warung kecil tempat berjualan minuman dan makanan ringan. Karena rokok disakunya sudah habis, maka hasrat untuk membeli rokok pun timbul dalam hatinya. Tanpa berpikir panjang, Rama pun membeli sebungkus rokok di warung tersebut.
“ Buk, rokok yang itu satu “ ujarnya sambil menunjuk rokok yang bermerk class mild.
“ Nih Dik rokoknya” sambil menyodorkan rokok kepada Rama
“ Berapa harganya Buk ?” Tanyanya dengan santai
“ Rp. 10.000 Dik “ jawab ibu penjaga warung tersebut
Dikeluarkannya selembar uang sepuluh ribu dari dalam dopetnya yang lusuh.
“ Nih Buk, uangnya. Terima kasih Buk “ menyodorkan uang dengan tangan kanan
“ Sama-sama Dik “ jawabnya sambil tersenyum manis
  Berbalik kearah jalanan yang cukup padat dan membelakangi warung tersebut, Rama tampak bingung hendak kemana. Dia tidak memiliki tujuan yang jelas. Untuk menghilangkan kebingungannya itu, ia mengambil sebatang rokok dari bungkusnya yang ia letakkan didalam saku jaketnya, kemudian dinyalakan rokok tadi lalu dihisapnya sambil melihat keseberang jalan. Setelah menyulut rokok itu, ia memasukkan kembali bungkus rokok tadi kedalam sakunya.
Tiba-tiba seorang pengemis yang tangannya diperban dan membawa sebuah tongkat untuk membantunya berjalan, menghampiri Rama.
“ Mas, sedekahnya Mas. Saya minta keikhlasannya. Sudah dua hari saya tidak makan dan saat ini saya sangat lapar“ ujar pengemis itu dengan nada dan muka yang memelas.
 Rama menoleh kearah pengemis itu dan menatap serius dari muka sampai kearah kaki pengemis tersebut. Ditunjukkannya wajah tanpa ekspresi dan tanpa makna.
“ Pak, bisa tidak bapak melihat anak sekolahan yang ada diseberang sana?” ujar Rama sambil menunjuk kearah jalan tepat pada para anak SMA yang baru pulang sekolah.
Pengemis itu  hanya terdiam dan menatap Rama dengan tatapan tak mengerti dengan posisi tangan menengadah kearah Rama.
“ Masih banyak pekerjaan halal dan lebih baik yang dapat Anda jalani daripada pekerjaan yang Anda jalani sekarang” ujar Rama sambil memalingkan wajah perlahan kearah pengemis.
“ Saya tahu Mas, tapi saya tidak berdaya untuk itu” jawab pengemis itu lirih.
“ Hidup saya sudah benar-benar menderita” tambah pengemis itu pasrah.
“ Pernahkah Anda berpikir bahwa didunia ini masih ada orang yang lebih menderita dari Anda sekarang? “ tanya Rama dengan santai
“ Tidak, setahu saya hanya sayalah yang paling menderita dimuka bumi ini.
“Hidup saya benar-benar jauh dari titik kebahagiaan. Kalau memang ada, siapa orang itu?” pengemis itu kembali bertanya, penuh penasaran
“ Sayalah orangnya Pak. Saya dulu seperti mereka. Pagi berangkat sekolah dengan teman-teman, pulangpun bersama. Sorenya kami bermain di Mall yang luas dan bisa membeli apa saja yang saya inginkan. Tapi sekarang? Huh !” Rama terdiam dan menunduk
“ Memang sekarang keadaan Mas seperi apa? “ Tanya pengemis itu bertambah penasaran
“ Huh, sekarang semuanya berubah 180 derajat. Saat bajingan yang ada digedung-gedung berlantai banyak itu merampas hak orang lain, yang membuat ayah saya dituduh melakukan penipuan hingga dipecat dari kerjanya” tukas Rama dengan tenang.
“ Lalu, sebenarnya siapa yang mengubah hidup Mas menjadi seperti sekarang ini dan siapa yang harus disalahkan? “ Tanya pengemis itu ingin tahu
“ Koruptor keparat yang telah mengubahnya dan harusnya dia yang disalahkan. Tapi saya salut padanya, orang yang telah membuat saya kehilangan anggota keluarga dan harta, dan juga orang-orang yang saya cintai” jawab Rama dengan tegar
  Rama kembali menghisap rokoknya dan meninggalkan pengemis itu tanpa memberi sepeser uang pun kepada pengemis itu. Setelah jarak antara Rama dan pengemis itu sudah cukup jauh, pengemis itu berteriak.
“ Mas, saya tahu mas marah pada para koruptor itu, tapi tidak semua orang yang memiliki kedudukan  bersikap seperti itu” teriak pengemis itu sehinnga membuat Rama berhenti berjalan
“ Saya doakan semoga mas bisa menjadi orang kaya yang tidak seperti itu dan mendapat keluarga yang jauh dari istilah itu” sambung pengemis itu.
  Rama tidak berbalik, dia hanya tersenyum dan menunduk dengan rokok  masih melekat dimulutnya. Rama melanjutkan langkahnya dengan kepala sedikit menunduk.
Langkah Rama terhenti ditepi jalan sambil menunduk. Perlahan ia naikkan wajahnya dan menoleh kearah kiri melihat sebuah rumah mewah tingkat dua.
“ Tempat terindah yang pernah ku huni selama 16 tahun dan mengukir  sejuta kenangan yang tak mungkin terlupakan sepanjang hayatku” gumam Rama sambil memandangi rumah mewah itu
Tak terlalu lama ia berdiri didepan rumah itu, bergegas ia tinggalkan jalanan itu sambil menyarungkan penutup kepala jaketnya pada kepalanya yang sedari tadi terasa terbakar karena teriknya panas hari itu.
Setelah lama berjalan, sampailah ia disebuah pemakaman umum. Sampai dipemakaman hanya dengan berjalan kaki, tidak terlihat rasa lelah di wajahnya. Dia melayangkan pandangannya jauh, melihat makam yang ada dibagian samping pemakaman.Rama berjalan pelan sambil terus menatap dua makam yang berdampingan, lalu ia berdiri diantara kedua makam tersebut.
“Pa, Ma, sekarang Rama sendiri. Kenapa Papa dan Mama terlalu cepat pergi meninggalkan Rama? Rama masih butuh kalian” suara Rama tertahan dan menunduk. ”Sekarang Rama menderita Pa, Ma. Rama tidak tahu apakah Tuhan tahu apa yang Rama inginkan dan butuhkan sekarang? Sekarang Rama butuh kasih sayang dan perhatian orang tua. Rama ingin keluarga yang seperti dulu” Rama terisak dan menunduk.
  Rama teringat masa-masa pahit setelah ia ditinggalkan kedua orang tuanya.
***
Masa saat menuntut ilmu disekolah favorit dikotanya itu, masa setelah ia jatuh miskin.
Rama yang  duduk di bangku taman didepan kelasnya sedang bersedih karena semua yang ia miliki telah direnggut darinya. Duduk dengan gaya kerennya, ia memandangi langit sambil menyender dibangku taman.
Saat itu teman-temanya datang menghampiri Rama. Bukannya menghibur, teman-temannya yang datang malah mencemoohnya. Mereka menjadikan Rama sebagai bahan tertawaan, tidak seperti saat Rama kaya dulu. Dua orang yang dianggap sahabatnya, sekarang malah mencaci dan menghinanya.
“ Woi Ram, seharusnya kamu sadar dong, siapa kamu sebenarnya. Kamu tidak pantas sekolah disini. Mana lagi uang buat bayar biaya sekolahmu? Mana uang donator dari Papa mu yang hasil korupsi itu? Hahaha… Ya tidak woi ? “  ujar Rio menghina dengan gaya tangan dilipat di dada.
“Hahaha…Benar tuh, orang yang berasal dari keluarga yang tidak bermoral seperti dia ini pantasnya sekolah di penjara ” cemooh Randi sambil menaikkan bahu dan menyeringai.
  Rama tidak dapat melawan, karena dia sendirian dan tidak berteman. Dia hanya diam dan memandangi wajah para munafik itu dengan tatapan pasrah. Itu semua membuatnya berhenti sekolah dan  bergaul dengan siapapun yang ada hubungannya dengan sekolah itu.
***
  Waktu berlalu begitu cepat, hingga Rama beranjak dan segera kembali ke tempat ia tinggal. Dalam perjalanan pulang dari pemakaman umum, Rama melihat seekor anak kucing berada ditengah jalan raya yang sepi. Rama mencoba mengambilnya, namun kucing itu lari keseberang jalan dan mendatangi induknya. Dengan senyum sinisnya, ia berpikir tentang kuasa tuhan yang pernah ada.
“ Aku takkan percaya sebelum aku melihat sendiri keajaiban itu didepan mataku sendiri. Tongkat yang bisa membelah lautan, orang buta yang disembuhkan hingga bisa melihat lagi tanpa operasi, bahkan orang yang bisa berbicara dengan binatang” gumam Rama dengan penuh penasaran.
Rama terdiam melihatnya. Dengan posisi berdiri ditengah jalan, ia termenung melihat anak kucing itu dimanja induknya yang terlihat sangat sayang padanya.
“ Sekarang Kau tunjukkan kuasamu yang tidak adil dalam mengatur hidupku” gumamnya lagi dengan penuh kesal.Rama menunduk dan menyesali kesempatan hidup yang ia miliki.
“ Tuhan, mengapa kau tak adil padaku? Mengapa? Mengapa engkau ambil ayah dan ibuku, kau ambil kehidupanku, kau ambil semua dariku. Tapi mengapa tak Kau renggut nyawaku saat mereka Kau panggil?” teriak Rama ditengah jalan.
  Rama yang sedang dalam masa yang sulit, meneriakkan semua yang dirasakannya sambil menengadahkan kepala kearah langit dan membuka tangannya lebar-lebar. Tiba-tiba…
“Tiiittt…”
Sebuah mobil besar melintas ditengah jalan, tepat lurus dengan arah Rama berdiri. Rama yang menyadari hal itu  menutup matanya pasrah.
“Hei, buka matamu” bentak pria pengemudi mobil itu
Perlahan Rama membuka matanya dan melihat seorang lelaki yang sedang memandanginya yang terbaring ditrotoar.
“Kau ingin mati? Apa nyawamu bisa dibeli? Apa uangmu terlalu banyak untuk menjalani hidupmu?” maki pria itu dengan geram.
Rama duduk ditrotoar.
“ Tuhan, apa Kau tunjukkan lagi kuasa-Mu untukku, agar aku bisa mati pada waktunya?” ujar Rama pelan
“Hah? Apa lagi yang kau katakan? Kau diberi kesempatan untuk memiliki kehidupan yang baik, tapi kau malah ingin mati” maki pria itu lagi sambil menunjuk-nunjuk kearah Rama dan alis yang tegang serta jidat yang berkerut.
“ Apakah ini kesempatan kedua, Tuhan?” ujar Rama pelan dengan wajah  tanpa ekspresi.  



Mahligai hidup


Mahligai hidup
Oleh: Nur Annisa
SMAN Pintar Kuantan Singingi

Mata pemuda itu memandang keluar jendela. Jejeran sawah yang hijau terhampar di depan mata. Pepohonan seolah melambai-lambai riang. Hawa dingin menggerakkan hatinya untuk membalutkan jaket cokelat muda yang selama ini hanya tersangkut pada lengan ranselnya.
”Boleh saya duduk di sini Dik?” tanya seorang wanita paruh baya yang sejak tadi sibuk mencari tempat duduk dan akhirnya menemukan satu bangku kosong di sebelahnya. Wanita itu membawa sekarung petai yang mungkin akan dijajakan di pasar. Ia menaksir usia wanita itu sekitar lima puluhan lebih dilihat dari cara jalannya membawa petai yang sedikit tertatih.
”Silahkan Bu.” jawabnya sembari memindahkan ransel yang tadi diletakkan di kursi itu ke dekat jendela tempat ia duduk.
”Baru pulang merantau ya Dik?”
”Tepatnya baru selesai mengabdi pada negara Bu.”
“Oh. Jadi Adik ini tentara?”
“Maksudnya, saya baru menyelesaikan kuliah S1 saya Bu.”
“Oh, begitu. Sarjana apa Dik?”
”Sarjana Pertanian. Ibu sendiri, mau dagang ke pasar ya Bu? Sendiri saja Bu?”
“Iya Dik. Saya sebenarnya punya anak laki-laki sebesar Adik juga. Tetapi, dia sekarang sedang merantau di kota Metropolitan. Katanya, dia mau merubah nasib. Apalagi di sini susah mencari pekerjaan yang sesuai dengan gelar Sarjana Teknik anak saya. Jadi, saya hanya hidup sendirian sekarang.”
”Anak Ibu sarjana juga, Bu?” tanyanya seraya tidak percaya.
Namun, ibu itu hanya menjawab dengan tersenyum dan memilih diam. Dia masih bertanya-tanya mengenai hal ini. Baginya ini adalah hal yang wah! Anak seorang pedagang kecil bisa sarjana. Di benaknya terlintas, mungkin ibu itu dahulu istri orang kaya dan sekarang ditinggal suaminya atau suaminya sudah meninggal. Tapi, ia tidak mau memikirkan lebih jauh tentang ibu itu. Ia lebih memilih memikirkan Syakira, gadis desa pujaan hatinya yang hidupnya hanya sebatas rumah dan mesjid saja. Senyum manis Syakira menari-nari di otaknya, membuat pikirannya melayang-layang ke masa-masa SMA.
***

Travel mini yang ditumpanginya ternyata sudah terparkir di depan sebuah rumah panggung dari batako yang tak asing lagi baginya.
”Rasyd...”
Seorang wanita paruh baya keluar dari rumah dan mendekati travel itu.
”Ummi. Assalammualaikum Ummi!”
Rasyd yang menghambur keluar segera menyalami dan merangkul ibunya. Kira-kira sudah empat tahunan ia tidak bertemu dengan ibunya. Tanpa sadar, dirasakan air matanya mengalir dari kedua pelupuk matanya.
***

Waktu terus berjalan, menghasilkan pergantian jam. Menghasilkan siang dan malam. Menghasilkan sejarah kehidupan dan kematian. Sejarah orang-orang yang gagal dan sejarah orang-orang yang berhasil. Sejarah orang-orang yang malang dan orang-orang yang beruntung.
Waktu terus berjalan. Setiap detik selalu ada perubahan. Ya, waktu terus berjalan tanpa henti.
Lahan pertanian seluas10 hektar peningggalan ayahnya kini telah ia sulap menjadi sebuah tempat usaha jamur merang yang cukup besar. Bisa dibilang usahanya kini cukup sukses.
Orang-orang di kampungnya banyak yang memuji kesuksesannya. Bagaimana tidak, baru sekitar satu tahun ia menerima gelar sarjana sudah bisa menghasilkan industri jamur merang yang  cukup besar bahkan kini sudah tersebar keseluruh penjuru Indonesia. Tapi, ada sesuatu yang selalu mengganjal di hatinya.
Ada satu hal yang selalu ia pikirkan setiap malam. Setiap kali bermunajat kepada Sang Pencipta siang dan malam. Ia meminta agar  bisa mendapat pendamping hidupnya yang bisa ia tuntun ke surga Allah dan berharap agar ia bisa dipertemukan dengan gadis solehah yang sempat memikat hatinya.
***

Kicau burung, pohon-pohon, bebatuan, dan matahari pagi semuanya bertasbih mengagungkan ke-Esaan Allah. Begitu pula Rasyd yang turut mengagungkan indahnya ke-Esaan Allah pagi ini. Pagi ini mungkin tak seperti biasa. Ia sangat bersemangat dan lama ia bertengger di depan cermin. Hari ini, ia mengajak Ibunya untuk melamar Syakira. Entah apa yang mendorong bathinnya ingin segera melamar Syakira. Ibunya sempat berkata padanya,
”Apa kamu yakin? Jangan tergesa-gesa, Nak. Karena tergesa-gesa datangnya dari syetan.”
Namun, Rasyd tetap teguh pada pendiriannya dan ia sudah mantap dengan keputusannya. Inilah saaatnya ia melengkapi separo imannya.
Jalan menuju rumah Syakira tidak terlalu jauh dari rumahnya. Hanya berlainan desa dan dipisahkan oleh sebuah pulau. Rasyd pergi dengan perasaannya yang menggelora. Sekilas terbayang wajah anggun Syakira di benaknya. Ia semakin yakin pada hatinya bahwa ia tidak bertepuk sebelah tangan. Ia teringat puisi Jalaluddin Rumi yang pernah dibacanya.
Apabila cinta ada di hati yang satu
pasti juga cinta itu ada di hati yang lain
karena tangan yang satu
takkan bisa bertepuk
tanpa tangan yang lain.
***

Alunan bacaan ayat suci Al-Qur’an begitu indah dan merdu terdengar oleh Rasyd dan ibunya. Rumah panggung dengan pagarnya dikelilingi bonsai putih, memiliki sebuah mesjid kecil atau sebut saja mushalla di pojok kanan depan rumah itu. Bunga-bunga tertata rapi di pinggiran teras dengan jenis yang beraneka ragam.
Assalammualaikum.”
Rasyd dan ibunya berdiri di depan pagar sembari menggoncangkan gembok pagar itu hingga suaranya terdengar sampai ke dalam rumah.
Waalaikumsalam.”
Seorang pria bersorban muncul dari arah mushalla. Tak lain lagi, pria itu adalah Ustad Safar ayah wanita yang hendak dipinangnya, Syakira.
”Eh, Nak Rasyd. Bu Halimah. Mari masuk!” ajak Ustad Safar sembari membukakan pagar.
Rumah ini sangat sederhana namun, juga sangat indah dan unik. Dinding-dindingnya hampir setiap sudut terpajang tulisan kaligrafi ayat suci Al-Qur’an dan beberapa lukisan filsafat-filsafat dan tokoh-tokoh Islam. Salah satunya lukisan tokoh walisongo yang terpampang tepat di dinding depan pintu masuk. Aroma bunga melati dan aster tersebar di seluruh ruangan membuat siapa saja yang berada di dalamnya akan terasa nyaman.
”Sudah berapa lama ya Nak Rasyd tidak ada nampak. Sudah selesai kuliahnya?” tanya Ustad Safar sembari mempersilahkan keduanya menyantap teh yang telah dihidangkan.
”Saya sekarang sudah bekerja, Ustad. Oh, iya. Bagaimana kabar keluarga di sini, Ustad?”
Alhamdulillah. Nak Rasyd dan keluarga juga baik kan?” jawab Ustad Safar balik bertanya.
Alhamdulillah.” jawabnya.
”Sebenarnya, ada maksud apa datang kemari? Ada hal penting rupanya?” tanya Ustad Safar.
”Oh, begini...” jawab Bu Halimah namun terputus ketika  tiba-tiba terdengar seseorang memberi salam dari luar.
Assalammualaikum.”
Suara itu seperti tak asing bagi Rasyd dan ia merasa pernah mendengarnya.
Waalaikumsalam.” jawab mereka serentak.
”Sepertinya yang datang itu Syakira.” ucap Ustad Safar.
Seketika detak jantung Rasyd seolah dipacu untuk menghasilkan degupan yang dahsyat. Tiba-tiba saja ia merasakan kakinya lemah untuk berdiri dan butiran keringat dingin mulai mengucur membasahi tubuhnya. Entah apa yang terjadi padanya, namun ia merasa bahagia.
***

Dunia seolah diselimuti awan hitam. Petir dan kilat menyambar di mana-mana, begitu juga hatinya. Alangkah terkejutnya ia ketika seorang wanita muda terbalut jilbab biru muda itu masuk dengan membawa seorang bayi mungil di gendongannya. Takdir Tuhan untukku kah ini? Dalam hatinya bergejolak menyebut asma Allah.
”Uda... Rasyd?” ucap Syakira setengah terbata.
’Maksud hati memeluk gunung, apalah daya tangan tak sampai’ ternyata syakira kini telah menjadi muhrim orang lain.
***