Teman Sekamarku
Oleh
: Egon Sastra Saputra
Sejenak aku terdiam di
depan pintu kamar ku, terasa berat kakiku melangkah. Ku pandangi seluruh sisi
dan sudut ruangan kamar yang sudah cukup lama kuhuni, dan terlihat begitu
berantakan. Bagaimana tidak, sudah tiga hari kamar tak pernah ku bersihkan
lagi. Dan memang biasanya bukan aku yang membersihkan kamar ini, tapi teman
sekamar yang biasa mengerjakannya. Namun sekarang aku hanya sendirian di kamar
yang cukup besar ini.
Sebulan sudah aku tidur
sendirian di kamar, dan aku sudah mulai terbiasa sendiri. Teman yang dulu
menemaniku di kamar ini, kini dia telah tiada. Dia telah pergi untuk
selama-lamanya. Entah mengapa hari ini aku jadi teringat kejadian satu bulan
yang lalu, kejadian yang begitu menyedihkan bagiku. Saat dimana terakhir kali
aku untuk melihat wajahnya.
***
“kan sudah ku bilang,
sebaiknya kamu israhat di kamar saja. Karna beberapa hari ini kamu sepertinya
sedang sakit. Tapi tetap saja kamu nekad untuk mengikuti upacara pagi. Nah
begini lah jadinya…” kataku sambil memapa temanku, Rega. Namun Rega hanya
membalas dengan senyuman, padahal wajahnya terlihat begitu pucat. Tadi dia sempat
jatuh ketika mengikuti upacara senin pagi.
Setelah mengantar Rega
sampai ke UKS, aku segera kembali ke lapangan untuk mengikuti upacara. Aku tak
perlu menemani Rega, karna kebetulan di UKS ada perawat yang akan menjaga dan merawatnya
selama dia sakit. Namun aku penasaran, ada apa dengan Rega? Kenapa akhir-akhir
ini dia sering sakit-sakitan??
Setelah pulang sekolah,
aku lansung naik ke kamarku. Aku yakin, Rega pasti sendirian di kamar. Diakan
sedang sakit, jadi dia membutuhkan seseorang untuk menemaninya. Tapi sayang
kamarku kosong, tak ada siapa-siapa di kamar. Setelah ku tanyakan kepada
pembina asrama, ternyata Rega sudah pulang di jemput orang tuanya. Sayang sekali, aku tak sempat bertemu dengan
Rega.
Malam harinya, ketika
aku sedang mengerjakan tugas ada yang mengetuk pintu kamarku. Segera aku
membuka pintu, dan terlihat sesosok lelaki berdiri dengan wajah pucat.
“Kamu Ga, tapi kok
malam-malam gini datang ke sekolah. Bukannya kamu sakit?”, ucapku.
“iya sih, tapi sudah
baikkan kok,” balas Rega. Dia lansung masuk ke kamar dan duduk di ranjang
tempat dia biasa tidur.
“kamu sakit apa Ga?,”
“Cuma kecapek’an kok.
Ntar di bawa tidur juga sembuh kok,” ucap Rega. “gimana pembelajaran di sekolah
tadi?.”
“seperti biasa kok, tapi
banyak tugas loh buat besok,” kataku.
Begitulah, percakapan
kamipun berlansung cukup lama. Banyak hal yang kami bicarakan, mulai dari
situasi di sekolah hari ini, tentang tugas, juga tentang penyakit yang dialami
Rega. Kami hanya ngobrol berdua, karena Rega melarangku memanggil teman yang
lain dan dia bilang dia tak mau menggangu.
Dan anehnya, malam ini
aku tak merasa mengantuk. Padahal biasanya mataku tak tahan kalau sudah lewat
jam 11 malam. Tapi ini sudah jam 1 malam, tpi tak sedikitpun rasa mengantuk
hinggap di mataku.
“eh, sudah malam nie. Tidur lagi yok…” kataku
mengakhiri perbincangan.
“hmm.. ayo lah,” ucap
Rega.
Kami sama-sama
merebahkan badan di ranjang, bersiap untuk tidur. Kulihat Rega terbaring dengan
lemas dan mata terpejam, dan semakin terlihat wajahnya yang begitu pucat. Akupun juga segera memejamkan mataku, sudah
waktunya untuk tidur. Good night friend…..
***
“kamu lihat Rega gak?,”
tanyaku pada teman-teman yang lain.
“enggak tu, tapi
bukannya Rega kemarin pulang?”
“iya, tapi semalam dia
udah ke sini kok,”
“sejak tadi kami gak ada
lihat Rega”
Kembali aku tanya sama
teman-teman yang lain, namun tak ada yang melihat Rega. Saat aku bangun tidur
tadi, tempat tidurnya sudah kosong. Dan sejak saat itu, aku tak pernah lagi
bertemu dengan Rega. Dan tak ada seorangpun yang pernah melihat Rega. Sedah ku
tanya pada teman-teman yang lain, tapi tak ada yang tahu.
Tubuhku terasa kaku,
keringat dingin bercucuran. Seluruh tubuhku gemetaran saat mendengar berita
bahwa Rega sudah meninggal. Ternyata Rega menderita penyakit kanker dan
meninggal kemarin sore di rumah sakit. Lalu, siapa yang semalam? Siapa yang menemaniku mengobrol? Aku
yakin itu Rega, karena kami mengobrol sekitar 2 jam. Mungkinkah itu hantu??
***
“Kenapa Gon?,”
“Astaghfirullah…” aku
tersentak kaget mendengar suara dari belakangku. “kamu Fif, mengagetkan saja.”
Ucapku.
“Ada apa? Kok tidak lansung
masuk ke kamar. Malah melamun di depan pintu.” Ucap Khafif.
“Gk ada apa-apa kok.”
Kataku.
Aku segera masuk
kamar,ku letakkan tas dan kurebahkan tubuhku di ranjang. Badanku terasa begitu
capek karena seharian belajar. Dan kulihat ranjang di sebelahku, ranjang yang
sudah lama kosong tapi tetap ku biarkan. Karena aku yakin, setiap malam Rega
pasti tidur di ranjang itu…..
Senin, 15 April 2013
0 komentar:
Posting Komentar