BENARKAH
TOXOPLASMA DISEBABKAN OLEH KUCING???
(Khazanah
- Trans 7)
Melanjutkan
artikel sebelumnya tentang MITOS TENTANG KUCING. Ada yang bertanya tentang
Toxoplasma yang disebabkan oleh kucing. Akan kita bahas disini.
Kalau
ada yang paling trauma dengan Toxoplasmosis tentulah dia dari kalangan IBU atau
para WANITA. Betapa tidak, konon Toxoplasma adalah penyebab kemandulan wanita
atau hidrocephalus pada bayi yang dilahirkannya.
Toxoplasma
juga erat dihubung-hubungkan dengan “si meong” yang biasa berkeliaran di
sekitar rumah kita. Maka tak heran jika akibatnya si pus lucu yang tak berdosa
itu menjadi “kambing hitam” bahkan lebih parah, menjadi “monster” yang dibenci
dan ditakuti oleh sebagian orang, terutama ibu-ibu atau para wanita tadi.
Sebenarnya apa sih Toxoplasmosis itu?
Dan
benarkah tuduhan yang ditujukan pada kucing sebagai penyebab timbulnya
Toxoplasmosis pada manusia? Tulisan ini mencoba menjawab keresahan yang
ditimbulkan akibat kurangnya pengetahuan kita tentang seluk beluk Toxoplasmosis
dan cara penularannya.
Penyakit
Toxoplasmosis berasal dari infeksi parasit Toxoplasma gondii, perlu
digarisbawahi “parasit”, bukan virus seperti yang sering salah kaprah
ditudingkan oleh orang-orang yang “emoh” dengan kucing. Parasit Toxoplasma ini
berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan bantuan mikroskop
elektron.
Toxo
artinya lengkung dan plasma artinya bentuk karena memang parasit ini berbentuk
seperti bulan sabit jika dilihat dengan mikroskop. Sedangkan gondii diambil
dari nama hewan sejenis tikus yang diketahui pertama kali mengandung organisme
ini yaitu pada tahun 1908 di Tunisia, sedangkan pada manusia baru ditemukan
pada tahun 1923 di Cekoslowakia.
Bagaimana
penularannya pada manusia?
Pemahaman
yang sering berkembang di masyarakat awam adalah bahwa Toxoplasma adalah virus
yang terdapat pada bulu atau kotoran kucing dan dapat menimbulkan kemandulan
wanita atau cacat (hydrocephalus) pada bayi yang dilahirkannya. Pemahaman ini
harus segera diluruskan.
Bahwa
Toxoplasma bukanlah virus telah dijelaskan di atas. Adapun penularannya pada
manusia melalui empat cara yaitu:
1.
secara tidak sengaja memakan makanan yang tercemari parasit ini. Misalnya kita
makan sayuran yang tidak dicuci bersih dan ternyata parasit toxo telah
mencemarinya.
2.
memakan daging sapi, kambing, babi, ayam, atau anjing yang mengandung parasit
toxo yang tidak dimasak dengan sempurna (matang).
3.
infeksi melalui placenta bayi dalam kandungan. Seorang ibu hamil yang
terinfeksi Toxoplasma bisa menularkan parasit ini pada janin yang dikandungnya,
penularan ini disebut penularan secara congenital.
4.
melalui transfusi darah, transplantasi organ dari seorang donor yang kebetulan
menderita toxoplasmosis. Itu saja!
Satu
hal yang juga perlu dicermati adalah bahwa penyakit ini tidak mengenal gender,
artinya ia tidak saja menginfeksi wanita tapi kaum pria pun tidak sedikit yang
terinfeksi. Penyakit ini pada umumnya tergolong penyakit yang asimptomatis,
maksudnya tidak menampakkan tanda-tanda klinis pada korban yang terinfeksi.
Penderita
toxoplasmosis juga tidak selalu menyebabkan kemandulan atau keguguran si jabang
bayi, tapi bisa juga menyebabkan radang paru-paru, hydrocephalus, gangguan
penglihatan sampai kebutaan. Tapi sering pula tidak menimbulkan gangguan
apa-apa. Biasanya Toxoplasmosis akan menampakkan gejala klinis jika ada
interkurensi infeksi misalnya dengan virus atau protozoa lain atau pada kondisi
stress dan immunosupresi (penurunan daya tahan tubuh, seperti pada penderita
kanker dan AIDS).
Lantas,
hubungannya dengan kucing?
Kucing
dan juga hewan-hewan lain dari famili Fellidae seperti cheetah, leopard dan
lain-lain merupakan induk semang defenitif dari Toxoplasma gondii, penyebab
toxoplasmosis. Jadi seandainya di dunia ini tidak ada kucing dan hewan
sebangsanya itu maka parasit toxo pun tak dapat menyempurnakan siklus hidupnya.
Tapi
lantas bukan berarti kita harus “menghabisi” hewan yang disayang Nabi ini.
Tidak semua kucing harus dituduh sebagai penyebab toxoplasmosis, sangat kasihan
jika ternyata mereka harus ditelantarkan. Pun sesungguhnya tak hanya kucing
yang bisa terinfeksi parasit Toxoplasma, karena pada hakekatnya semua hewan
berdarah panas termasuk burung dan mamalia bisa terinfeksi parasit ini, yaitu
sebagai induk semang perantaranya (Intermediate host).
Hanya
saja hewan-hewan intermediated host ini tidak bisa menulari manusia selama kita
tidak mengkonsumsinya. Beda dengan kucing. Karena pada usus halus kucinglah
Toxoplasma menyelesaikan keseluruhan siklus hidupnya, dan akan dikeluarkan
bersamaan dengan feces/kotorannya.
Mungkin
karena alasan inilah maka kucing menjadi “sangat berdosa” bagi sebagian kita
sementara sapi, kambing, ayam, anjing dan hewan lainnya tidak, meski sama-sama
punya “bibit” Toxoplasma di tubuhnya. Ini tidak adil, bukan? Lantas, perlakuan
“adil” bagaimana yang seharusnya kita tempuh agar kucing tak lagi tertuduh dan
kita juga terhindar dari bahaya?
Berikut
adalah tipsnya:
1.
Sediakan pasir/tempat kotoran untuk kucing dan sebaiknya dibersihkan setiap
hari.
2.
Cegahlah kucing agar tidak berburu tikus, burung, lalat dan kecoa.
3.
Jangan memberi makan hewan peliharaan dengan daging, jeroan, tulang dan susu
mentah, tapi masaklah terlebih dahulu.
4.
Setelah mencuci daging mentah sebaiknya cuci tangan dengan sabun agar tak ada
parasit yang tertinggal di tangan.
5.
Cucilah tangan dengan sabun setiap kali hendak makan.
6.
Hindari memakan daging mentah/setengah matang. Makanlah daging yang benar-benar
telah dimasak sampai matang.
7.
Cuci bersih sayur-mayur dan buah-buahan yang hendak dikonsumsi mentah sebelum
dimakan (dilalap).
8.
Untuk ibu-ibu hamil, sebaiknya tidak membersihkan tempat kotoran kucing ataupun
mencuci daging/jeroan selama masa kehamilan. Mintalah bantuan orang lain untuk
mengerjakannya.
9.
Untuk ibu-ibu yang berencana untuk hamil sebaiknya melakukan pemeriksaan darah
untuk mengetahui ada tidaknya infeksi Toxoplasma. 10. Jika anda memelihara
kucing, latihlah dari kecil kucing tersebut dengan membiasakannya buang kotoran
tidak sembarangan yaitu di kamar mandi sehingga mudah dibersihkan.
Terakhir,
sesungguhnya bukan sebab seseorang memelihara kucing atau tidak, juga bukan
karena seseorang “akrab” dengan kucing atau tidak yang membuka peluang terkena
penyakit toxoplasmosis ini, melainkan bagaimana cara orang tersebut menjaga
kebersihan diri dan lingkungannya.
Karena
seorang yang teramat “anti” dengan kucing pun bisa saja terinfeksi Toxoplasma
jika tidak peduli dengan kebersihan. Misalnya malas mencuci tangan saat hendak
makan atau gemar memakan daging mentah/setengah matang.
Dan
sebaliknya, seorang yang hidup dengan banyak kucing disekelilingnya bisa tetap
aman dari toxoplasmosis selama dia peduli dan menjaga kebersihan. Mudah-mudahan
dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar rumah kita terhindar dari
ancaman Toxoplasma yang selama ini menakutkan, hingga kitapun dapat berkata
dengan tenang: “Toxoplasmosis, siapa takuuut…!!!”.
0 komentar:
Posting Komentar