Sabtu, 15 November 2014

IMAM BUHARY, KOKOH DITENGAH KRITIK DAN HUJATAN



Imam Bukhary, Kokoh Di Tengah Kritik dan Hujatan
(Khazanah Islam Trans 7)

 Imam al-Bukhari dilahirkan pada 13 Syawal 194 Hijrah di Bukhara, di bahagian timur negeri Uzbekistan. Nama lengkapnya Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah.

 Perhatiannya kepada ilmu hadis yang sulit dan rumit itu sudah tumbuh sejak usia 10 tahun, hingga dalam usia 16 tahun beliau sudah hafal dan menguasai buku-buku seperti al-Mubarak dan al-Waki.

 Bukhari diakui terlahir sebagai sosok yang memiliki daya hapal tinggi. Imam al-Dzahabi dalam Siyar a’lam Nubala’ mencatat bahwa Imam al-Bukhari menghafal seratus ribu hadis shahih, hafal dua ratus ribu hadis yang tidak shahih. Setiap hadis yang beliau hafal, disertai hafalan sanad (rangkaian perawi-perawi)-nya.

 Di tengah kepakarannya dalam bidang hadis, al-Bukhari tak luput dari para pengkritik. Robert Morey, sarjana teologia, yang pernah menulis buku menghujat Islam Islamic Invasion, termasuk di antara pengkritiknya. Ia menyerang hadis secara keseluruhan. Hadis dianggap sebagai buku karangan biasa Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam. Ia mendistorsi makna hadis-hadis yang dibenturkan sehingga tampak hasil inspirasi subjektif Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam yang diwarnai sifat-sifat tidak baik, seperti perbudakan, jihad, dan kehidupan pribadi Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam terutama dengan istri-istri beliau.

 Ignaz Golziher, orientalis asal Hungaria, salah satu sarjana Barat yang menggugat keabsahan hadis-hadis Imam Bukhari. Menurutnya, metode penelitian hadis yang dilakukan Imam Bukhari dan ulama’ salaf lemah. Alasannya, Imam Bukhari lebih banyak menggunakan metode Kritik Sanad, dan kurang menggunakan metode Kritik Matan. Ia menawarkan metode Kritik Matan saja.

 Golongan Syi’ah, termasuk kelompok pengkiritik. Mereka banyak mendiskualifikasi hadis Bukhari, karena tidak diriwayatkan oleh Ahlul Bait. Syi’ah menerapkan standar ganda dalam menerima hadis. Mereka menerima hadis-hadis yang tidak bertentangan dengan ajaran mereka dan hanya menerima hadis riwayat Ahlul Bait.

 Bahkan pengertian hadis menurut Syi’ah berbeda dengan hadis menurut Ahlus Sunnah. Hadis, menurut Syi’ah adalah segala ucapan para Imam yang dua belas. Akibat metode yang mereka terapkan, maka sangat sedikit hadis Bukhari yang mereka terima. Metodologi yang digunakan Syi’ah ini tidak dikenal oleh para Ulama’ dan tidak teruji validitasnya.

 Sementara kalangan liberal mengkritik dengan alasan bahwa al-Bukhari adalah seorang manusia biasa yang dimungkinkan untuk melakukan kesalahan. Yang perlu ditanyakan dalam masalah ini adalah sudah terbuktikah – secara ilmiah – al-Bukhari melakukan kesalahan sehingga beliau memasukkan hadis dhaif dalam kitabnya? Tuduhan ini hingga kini belum terbukti dan diakui pakar hadis. Serangan ini seperti hujatan Robert Morey yang hanya berlandaskan asumsi dan tafsir kebencian bukan bukti.

 Adalah benar, Imam al-Bukhari adalah manusia biasa, tetapi kepakarannya, ketelitian dan keunggulan metodologinya telah meyakinkan para kritikus hadis dan ulama ahli hadis bahwa kitab al-Jami’ al-Shahih tidak diragukan lagi keshahihannya. Al-Bukhari sangat ketat dan hati-hati ketika menulis hadis.
 Imam al-Bukhari pernah ditanya oleh Muhamad bin Abu Hatim Al Warraaq, “Apakah engkau hafal sanad dan matan setiap hadits yang engkau masukkan ke dalam kitab yang engkau susun (maksudnya: kitab Shahih Bukhari)?” Beliau menjawab, ”Semua hadits yang saya masukkan ke dalam kitab yang saya susun itu sedikitpun tidak ada yang samar bagi saya”.

 Allah telah menganugerahkan kepada Imam al-Bukhari berupa reputasi di bidang hadis telah mencapai puncaknya. Tidak mengherankan jika para ulama dan para imam yang hidup sezaman dengannya memberikan pujian (rekomendasi) terhadap beliau. Bukan karena mereka fanatik, tapi mengakui kepakarannya yang tak tertandingi.

0 komentar:

Posting Komentar