Kisah
Khalifah Umar Bin Khattab dan Gadis yang Jujur
(Khazanah
Islam Trans 7)
Khalifah Umar bin Khattab sering melakukan
ronda malam sendirian. Sepanjang malam ia memeriksa keadaan rakyatnya langsung
dari dekat. Ketika melewati sebuah gubuk, Khalifah Umar merasa curiga melihat
lampu yang masih menyala.
Di dalamnya terdengar suara orang
berbisik-bisik.
Khalifah Umar menghentikan langkahnya. Ia
penasaran ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Dari balik bilik Kalifah
umar mengintipnya. Tampaklah seorang ibu dan anak perempuannya sedang sibuk
mewadahi susu.
"Bu, kita hanya mendapat beberapa kaleng
hari ini," kata anak perempuan itu.
"Mungkin karena musim kemarau, air susu
kambing kita jadi sedikit."
"Benar anakku," kata ibunya.
"Tapi jika padang rumput mulai menghijau
lagi pasti kambing-kambing kita akan gemuk. Kita bisa memerah susu sangat
banyak," harap anaknya.
Hmmm....., sejak ayahmu meninggal penghasilan
kita sangat menurun. Bahkan dari hari ke hari rasanya semakin berat saja. Aku
khawatir kita akan kelaparan," kata ibunya.
Anak perempuan itu terdiam. Tangannya sibuk
membereskan kaleng-kaleng yang sudah terisi susu.
"Nak," bisik ibunya seraya mendekat.
"Kita campur saja susu itu dengan air. Supaya penghasilan kita cepat
bertambah."
Anak perempuan itu tercengang. Ditatapnya
wajah ibu yang keriput. Ah, wajah itu begitu lelah dan letih menghadapi tekanan
hidup yang amat berat. Ada rasa sayang yang begitu besar di hatinya. Namun, ia
segera menolak keinginan ibunya.
"Tidak, bu!" katanya cepat.
"Khalifah melarang keras semua penjual
susu mencampur susu dengan air." Ia teringat sanksi yang akan dijatuhkan
kepada siapa saja yang berbuat curang kepada pembeli.
"Ah! Kenapa kau dengarkan Khalifah itu?
Setiap hari kita selalu miskin dan tidak akan berubah kalau tidak melakukan
sesuatu," gerutu ibunya kesal.
Ibu, hanya karena kita ingin mendapat
keuntungan yang besar, lalu kita berlaku curang pada pembeli?"
"Tapi, tidak akan ada yang tahu kita
mencampur susu dengan air! Tengah malam begini tak ada yang berani keluar.
Khalifah Umar pun tidak akan tahu perbuatan kita," kata ibunya tetap
memaksa.
"Ayolah, Nak, mumpung tengah malam. Tak
ada yang melihat kita!"
Bu, meskipun tidak ada seorang pun yang
melihat dan mengetahui kita mencampur susu dengan air, tapi Allah tetap
melihat. Allah pasti mengetahui segala perbuatan kita serapi apa pun kita
menyembunyikannya, "tegas anak itu. Ibunya hanya menarik nafas panjang.
Sungguh kecewa hatinya mendengar anaknya tak
mau menuruti suruhannya. Namun, jauh di lubuk hatinya ia begitu kagum akan
kejujuran anaknya.
"Aku tidak mau melakukan ketidak jujuran
pada waktu ramai maupun sunyi. Aku yakin Allah tetap selalu mengawasi apa yang
kita lakukan setiap saat,"kata anak itu.
Tanpa berkata apa-apa, ibunya pergi ke kamar.
Sedangkan anak perempuannya menyelesaikan pekerjaannya hingga beres.
Di luar bilik, Khalifah Umar tersenyum kagum
akan kejujuran anak perempuan itu.
" Sudah sepantasnya ia mendapatkan
hadiah!" gumam khalifah Umar. Khalifah Umar beranjak meniggalkan gubuk
itu.Kemudian ia cepat-cepat pulang ke rumahnya.
Keesokan paginya, khalifah Umar memanggil
putranya, Ashim bin Umar. Di ceritakannya tentang gadis jujur penjual susu itu.
" Anakku, menikahlah dengan gadis itu.
Ayah menyukai kejujurannya, " kata khalifah Umar. " Di zaman
sekarang, jarang sekali kita jumpai gadis jujur seperti dia. Ia bukan takut
pada manusia. Tapi takut pada Allah yang Maha Melihat."
shim bin Umar menyetujuinya.
Beberapa hari kemudian Ashim melamar gadis
itu. Betapa terkejut ibu dan anak perempuan itu dengan kedatangan putra
khalifah. Mereka mengkhawatirkan akan di tangkap karena suatu kesalahan.
" Tuan, saya dan anak saya tidak pernah
melakukan kecurangan dalam menjual susu. Tuan jangan tangkap kami....,"
sahut ibu tua ketakutan.
Putra khalifah hanya tersenyum. Lalu
mengutarakan maksud kedatangannya hendak menyunting anak gadisnya.
"Bagaimana mungkin?
Tuan adalah seorang putra khalifah , tidak
selayaknya menikahi gadis miskin seperti anakku?" tanya seorang ibu dengan
perasaan ragu.
" Khalifah adalah orang yang tidak
membedakan manusia. Sebab, hanya ketawakalanlah yang meninggikan derajad
seseorang disisi Allah," kata Ashim sambil tersenyum.
" Ya. Aku lihat anakmu sangat
jujur," kata Khalifah Umar.
Anak gadis itu saling berpandangan dengan
ibunya.
Bagaimana khalifah tahu? Bukankah selama ini
ia belum pernah mengenal mereka.
" Setiap malam aku suka berkeliling
memeriksa rakyatku. Malam itu aku mendengar pembicaraan kalian...," jelas
khalifah Umar.
Ibu itu bahagia sekali. Khalifah Umar ternyata
sangat bijaksana. Menilai seseorang bukan dari kekayaan tapi dari kejujurannya.
Semoga para pemimpin di negeri kita ini juga
menjunjung tinggi kejujuran, Amien
0 komentar:
Posting Komentar