KASIH
SAYANG SEORANG BAPAK
(Ustad
Yusuf Mansyur)
Seorang
pemuda duduk di hadapan laptopnya. Login facebook. Pertama kali yang dicek
adalah inbox. Hari ini dia melihat sesuatu yang tidak pernah dia pedulikan
selama ini. Ada 2 dua pesan yang selama ini ia abaikan. Pesan pertama, spam.
Pesan kedua…..dia membukanya. Ternyata ada sebuah pesan beberapa bulan yang
lalu.
Diapun mulai membaca isinya:
“Assalamu’alaikum. Ini kali pertama Bapak mencoba
menggunakan facebook. Bapak mencoba menambah kamu sebagai teman sekalipun Bapak
tidak terlalu paham dengan itu. Lalu bapak mencoba mengirim pesan ini kepadamu.
Maaf, Bapak tidak pandai mengetik. Ini pun kawan Bapak yang mengajarkan.Bapak
hanya sekedar ingin mengenang. Bacalah !
Saat kamu kecil dulu, Bapak masih ingat pertama kali
kamu bisa ngomong. Kamu asyik memanggil : Bapak, Bapak, Bapak. Bapak Bahagia
sekali rasanya anak lelaki Bapak sudah bisa me-manggil2 Bapak, sudah bisa
me-manggil2 Ibunya”.
Bapak sangat senang bisa berbicara dengan kamu
walaupun kamu mungkin tidak ingat dan tidak paham apa yang Bapak ucapkan ketika
umurmu 4 atau 5 tahun. Tapi, percayalah. Bapak dan Ibumu bicara dengan kamu
sangat banyak sekali. Kamulah penghibur kami setiap saat.walaupun hanya dengan
mendengar gelak tawamu.
Saat kamu masuk SD, bapak masih ingat kamu selalu
bercerita dengan Bapak ketika membonceng motor tentang apapun yang kamu lihat
di kiri kananmu dalam perjalanan. Ayah mana yang tidak gembira melihat anaknya
telah mengetahui banyak hal di luar rumahnya.
Bapak jadi makin bersemangat bekerja keras mencari
uang untuk biaya kamu ke sekolah. Sebab kamu lucu sekali. Menyenangkan. Bapak
sangat mengiginkan kamu menjadi anak yang pandai dan taat beribadah.
Masih ingat jugakah kamu, saat pertama kali kamu
punya HP? Diam2 waktu itu Bapak menabung karena kasihan melihatmu belum punya
HP sementara kawan2mu sudah memiliki.
Ketika kamu masuk SMP kamu sudah mulai punya banyak
kawan-kawan baru. Ketika pulang dari sekolah kamu langsung masuk kamar. Mungkin
kamu lelah setelah mengayuh sepeda, begitu pikir Bapak. Kamu keluar kamar hanya
pada waktu makan saja setelah itu masuk lagi, dan keluarnya lagi ketika akan
pergi bersama kawan-kawanmu.
Kamu sudah mulai jarang bercerita dengan Bapak.
Tahu2 kamu sudah mulai melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi lagi.
Kamu mencari kami saat perlu2 saja serta membiarkan kami saat kamu tidak perlu.
Ketika mulai kuliah di luar kotapun sikap kamu sama
saja dengan sebelumnya. Jarang menghubungi kami kecuali disaat mendapatkan
kesulitan. Sewaktu pulang liburanpun kamu sibuk dengan HP kamu, dengan laptop
kamu, dengan internet kamu, dengan dunia kamu.
Bapak bertanya-tanya sendiri dalam hati. Adakah
kawan2mu itu lebih penting dari Bapak dan Ibumu? Adakah Bapak dan Ibumu ini
cuma diperlukan saat nanti kamu mau nikah saja sebagai pemberi restu? Adakah
kami ibarat tabungan kamu saja?
Kamu semakin
jarang berbicara dengan Bapak lagi. Kalau pun bicara, dengan jari-jemari saja
lewat sms. Berjumpa tapi tak berkata-kata. Berbicara tapi seperti tak bersuara.
Bertegur cuma waktu hari raya. Tanya sepatah kata, dijawab sepatah kata.
Ditegur, kamu buang muka. Dimarahi, malah menjadi-jadi. Malam ini, Bapak
sebenarnya rindu sekali pada kamu.
Bukan mau marah atau mengungkit-ungkit masa lalu.
Cuma Bapak sudah merasa terlalu tua. Usia Bapak sudah diatas 60 an. Kekuatan
Bapak tidak sekuat dulu lagi.
Bapak tidak minta banyak…
Kadang-kadang, Bapak cuma mau kamu berada di sisi
bapak. Berbicara tentang hidup kamu. Meluapkan apa saja yang terpendam dalam
hati kamu. Menangis pada Bapak. Mengadu pada Bapak.Bercerita pada Bapak seperti
saat kamu kecil dulu.
Andaipun kamu sudah tidak punya waktu samasekali
berbicara dengan Bapak, jangan sampai kamu tidak punya waktu berbicara dengan
Allah.
Jangan
letakkan cintamu pada seseorang didalam hati melebihi cintamu kepada Allah.
Mungkin kamu
mengabaikan Bapak, namun jangan kamu sekali2 mengabaikan Allah.
Maafkan Bapak atas segalanya. Maafkan Bapak atas
curhat Bapak ini. Jagalah solat. Jagalah hati. Jagalah iman. ”
Pemuda itu meneteskan air mata, terisak. Dalam hati
terasa perih tidak terkira...................
Bagaimana
tidak ?
Sebab tulisan
ayahandanya itu dibaca setelah 3 bulan beliau pergi untuk selama-lamanya...
Subhanallah... Sayangilah kedua orang tua kita
dengan lemah lembut, jangan memarahinya apalagi sampai menuntut, sayangilah
dengan cara yang patut, sebelum ajal menjemput...
0 komentar:
Posting Komentar