Rabu, 08 Oktober 2014

KERUNTUHAN TEORI EVOLUSI - BAB 10 (Bagian D)


KERUNTUHAN TEORI EVOLUSI
(Harun Yahya)

BAB 10 (Bagian D)

DAPATKAH DNA MUNCUL SECARA KEBETULAN?

Sampai di sini ada detail penting yang harus diperhatikan. Kesalahan pada urutan nukleotida yang menyusun se-buah gen akan membuat gen tersebut sama sekali tidak ber-fungsi. Dengan mempertimbangkan bahwa di dalam tubuh manusia terdapat 200 ribu gen, akan semakin jelas betapa mustahilnya jutaan nukleotida yang membentuk gen-gen ini tersusun secara kebetulan dalam urutan yang tepat. Seorang ahli biologi evolusionis, Frank Salisbury, berkomentar tentang kemustahilan ini:

Sebuah protein berukuran sedang dapat terdiri dari sekitar 300 asam amino. Gen DNA yang mengatur protein ini bisa memiliki 1.000 nukleotida pada rantainya. Karena ada empat jenis nukleotida dalam sebuah rantai DNA, satu rantai dengan 1.000 nukleotida dapat tersusun dalam 41000 bentuk. Dengan menggunakan sedikit ilmu aljabar (logaritma), kita dapat melihat bahwa 41000 = 10600. Sepuluh dikali sepuluh sebanyak 600 kali menghasilkan angka 1 yang diikuti 600 angka nol! Suatu angka di luar kemampuan pemahaman kita.21

Angka 41000 ekivalen dengan 10600. Angka ini didapatkan dengan menambahkan 600 angka nol sesudah angka 1. Angka 10 yang diikuti 11 angka nol berarti satu triliun. Tetapi sebuah angka dengan 600 angka nol sesudahnya, sulit kita bayangkan. Kemustahilan pembentukan RNA dan DNA oleh akumulasi nukleotida secara kebetulan diungkapkan seorang ilmuwan Prancis, Paul Auger, sebagai berikut :

Kita harus memisahkan dengan jelas dua tahap dalam pembentukan secara untung-untungan molekul kompleks seperti nukleotida melalui peristiwa kimiawi. Produksi nukleotida satu persatu - yang mungkin saja terjadi - dan penggabungan nukleotida-nukleotida ini dalam urutan sangat unik. Yang kedua sama sekali tidak mungkin.22

Description: 164
Watson & Crick dengan sebuah model batang dari molekul DNA.

Bahkan Francis Crick, yang bertahun-tahun mempercayai teori evolusi molekuler, setelah menemukan DNA mengakui bahwa molekul sekompleks ini tidak mungkin terbentuk secara kebetulan, sebagai hasil dari proses evolusi:

Seorang jujur yang dibekali ilmu pengetahuan masa kini, hanya dapat menyatakan bahwa asal usul kehidupan hampir seperti suatu keajaiban.23

Seorang evolusionis Turki, Prof. Ali Demirsoy, terpaksa membuat pengakuan mengenai hal ini sebagai berikut :

Kenyataannya, probabilitas pembentukan protein dan asam nukleat (DNA-RNA) adalah probabilitas yang jauh melampaui perkiraan. Lebih jauh, peluang rantai protein tertentu muncul menjadi luar biasa kecil.24

Sebuah dilema menarik muncul pada tahap ini: sementara DNA hanya dapat bereplikasi dengan bantuan beberapa enzim yang merupakan protein pula, sintesis enzim ini hanya dapat berlangsung dengan informasi yang dikode dalam DNA. Karena saling membutuhkan, keduanya harus ada secara bersamaan untuk replikasi, atau salah satunya "tercipta" sebelum yang lain. Seorang ahli mikrobiologi Amerika, Jacobson, berkomentar mengenai hal ini:

Arahan untuk rencana-rencana reproduksi untuk energi dan ekstraksi materi dari lingkungannya, untuk urutan pertumbuhan, dan untuk mekanisme efektor yang menerjemahkan perintah ke dalam pertumbuhan - semua harus ada sekaligus pada saat itu (ketika kehidupan dimulai). Kombinasi semua ini sepertinya tidak mungkin terjadi secara kebetulan, dan sering dianggap campur tangan ilahiah.25

Kutipan di atas ditulis dua tahun sesudah struktur DNA diungkapkan James Watson dan Francis Crick. Meskipun ilmu pengetahuan telah maju cukup pesat, pertanyaan tersebut tetap belum terjawab oleh evolusionis. Dua ilmuwan Jerman, Junker dan Scherer, menjelaskan bahwa sintesis masing-masing molekul yang diperlukan untuk evolusi kimiawi, mengharuskan kondisi-kondisi tertentu, dan bahwa probabilitas bahan-bahan tersebut tersusun melalui metode yang secara teoretis sangat berbeda adalah nol:

Sampai saat ini, tidak ada eksperimen yang dapat menghasilkan seluruh molekul yang dibutuhkan untuk evolusi kimiawi. Karenanya, berbagai molekul ini harus dihasilkan di tem-pat-tempat berbeda pada kondisi sangat sesuai, kemudian di-bawa ke tempat lain untuk bereaksi dengan melindunginya dari elemen-elemen berbahaya seperti hidrolisis dan fotolisis.26

Pendeknya, teori evolusi tidak dapat membuktikan satu tahap evolusi pun yang diduga terjadi pada tingkat molekuler. Kemajuan ilmu pengetahuan tidak menyediakan jawaban untuk pertanyaan semacam ini, tetapi justru membuatnya menjadi lebih kompleks dan sulit dijawab.
Cukup menarik bahwa evolusionis mempercayai seluruh skenario yang mustahil ini seperti mempercayai fakta ilmiah. Karena mereka telah dikondisikan untuk tidak mengakui penciptaan, mereka tidak memiliki pilihan selain mempercayai kemustahilan. Seorang ahli biologi terkenal dari Australia, Michael Denton, mengungkapkan hal ini dalam bukunya Evolution: A Theory in Crisis:

Description: 165
Prof. Francis Crick: "Asal usul kehidupan muncul hampir seperti keajaiban".

Program genetis organisme tingkat tinggi hampir sama dengan ribuan juta bit informasi. Ini ekivalen dengan urutan huruf dalam seribu volume buku yang memuat beribu-ribu algoritma rumit dalam bentuk kode yang mengendalikan, menentukan dan mengatur pertumbuhan dan perkembangan bermiliar-miliar sel organisme kompleks. Pernyataan orang-orang skeptis bahwa semua ini murni dihasilkan oleh sebuah proses acak, benar-benar melecehkan akal manusia. Akan tetapi, gagasan tersebut diterima Darwinis tanpa sedikit pun keraguan - paradigma ini justru diutamakan! 27

USAHA LAIN EVOLUSIONIS YANG SIA-SIA: "DUNIA RNA"

Penemuan pada tahun 1970-an bahwa gas-gas di dalam atmosfir primitif tidak memungkinkan sintesis asam amino, adalah pukulan berat bagi teori evolusi molekuler. Kemudian diakui bahwa "eksperimen atmosfir primitif" oleh evolusionis seperti Miller, Fox dan Ponnamperuma, tidak absah. Untuk itu, pada tahun 1980-an evolusionis mencoba meneruskan usahanya. Hasilnya adalah sebuah skenario yang dinamai "Dunia RNA" yang menyatakan bahwa molekul pertama terbentuk bukan protein, melainkan RNA yang mengandung informasi tentang protein.

Skenario ini diusulkan tahun 1986 oleh Walter Gilbert, seorang ahli kimia dari Harvard. Menurutnya, miliaran tahun lalu sebuah molekul RNA yang dapat melakukan replikasi terbentuk secara kebetulan. Diaktifkan oleh pengaruh lingkungan, RNA ini dapat memproduksi protein. Selanjutnya, diperlukan molekul kedua untuk menyimpan informasi tersebut, maka dengan suatu cara terbentuklah molekul DNA.

Skenario yang sukar dibayangkan ini, yang tersusun dari rangkaian kemustahilan pada setiap tahapnya, tidak memberikan jawaban, justru memperbesar masalah dan menimbulkan banyak pertanyaan tentang asal usul kehidupan yang terlalu rumit untuk dijawab:

1. Jika pembentukan secara kebetulan satu nukleotida yang membangun RNA mustahil diterangkan, bagaimana mungkin nukleotida rekaan ini membentuk RNA dengan saling bergabung dalam urutan yang benar? John Horgan, ahli biologi evolusionis, mengakui kemustahilan ini sebagai berikut :

Semakin konsep dunia RNA dikaji oleh para peneliti, semakin banyak masalah muncul. Bagimana RNA muncul pertama kali? Dalam kondisi terbaik sekali-pun, RNA dan komponennya sangat sulit disintesis di laboratorium, apalagi dalam kondisi seadanya. 28

2. Bahkan jika kita menganggap RNA terbentuk secara kebetulan, bagaimana mungkin RNA yang hanya terdiri dari rantai nukleotida ini "memutuskan" untuk mereplikasi diri, dan mekanisme apa yang digunakannya untuk proses itu? Dari mana RNA mendapatkan nukleotida untuk replikasinya? Bahkan, ahli mikrobiologi evolusionis, Gerald Joyce dan Leslie Orgel mengungkapkan keputusasaan mereka dalam bukunya yang berjudul "In the RNA World".

Diskusi ini..., dalam suatu artian, telah berfokus pada sebentuk mitos tentang molekul RNA yang bereplikasi diri dan muncul dari sup polinukleotida acak secara mendadak. Hal ini bukan saja tidak realistis dalam pengertian kita saat ini tentang kimia prebiotik, bahkan seharusnya menyaring kepercayaan yang terlalu mudah dari pandangan optimis tentang potensi katalitis RNA."29

PENGAKUAN EVOLUSIONIS
Perhitungan probabilitas menunjukkan dengan jelas bahwa molekul kompleks seperti protein dan asam nukleat (RNA dan DNA) tidak pernah dapat terbentuk secara kebetulan, secara independen satu terhadap yang lain. Walaupun demikian, evolusionis harus menghadapi masalah yang lebih besar bahwa semua molekul kompleks tersebut harus muncul secara bersamaan agar kehidupan dapat muncul. Teori evolusi benar- benar dipusingkan oleh syarat tersebut. Ini adalah titik di mana sebagian evolusionis terkemuka terpaksa mengaku. Sebagai contoh, seorang kerabat dekat Stanley Miller dan Francis Crick dari University of San Diego California, evolusionis terkenal Dr. Leslie Orgel menyatakan:
Protein dan asam nukleat, masing-masing memiliki struktur yang kompleks, tidak mungkin muncul secara spontan pada tempat yang sama secara bersamaan. Tetapi tidak mungkin pula ada salah satu tanpa yang lainnya. Karena itu, pada sekilas pandangan pertama, seseorang mungkin harus menyatakan bahwa sesungguhnya kehidupan tidak dapat berasal dari senyawa kimiawi.1
Fakta yang sama diakui pula oleh ilmuwan yang lain:
DNA tidak dapat melakukan pekerjaannya, termasuk menghasilkan lebih banyak DNA, tanpa bantuan protein katalitis atau enzim. Singkatnya, protein tidak dapat terbentuk tanpa DNA, sebagaimana pula DNA tidak dapat terbentuk tanpa protein.2
Bagaimana Kode Genetis, termasuk mekanisme translasinya (ribosom dan molekul RNA), berawal? Untuk saat ini, kita terpaksa harus puas dengan keterpesonaan dan ketakjuban, dan bukan dengan sebuah jawaban. 3
1 Leslie E. Orgel, "The Origin of Life on Earth", Scientific American, vol. 271, October 1994, p. 78
2 John Horgan, "In the Beginning", Scientific American, vol. 264, February 1991, p. 119
3 Douglas R. Hofstadter, Godel, Escher, Bach: An Eternal Golden Braid, New York, Vintage Books, 1980, p. 548

3. Bahkan jika kita menganggap bahwa di bumi purba, RNA dapat mereplikasi diri, seluruh asam amino siap pakai tersedia dan semua yang mustahil ini terjadi, situasi ini tidak berakhir dengan pembentukan satu molekul protein pun. Hal ini karena RNA hanya mengandung informasi mengenai struktur protein, sedangkan asam amino hanya bahan mentah. Lagipula, tidak ada mekanisme untuk memproduksi protein. Anggapan bahwa kehadiran RNA sudah cukup untuk produksi protein adalah sama mustahilnya dengan mengharapkan sebuah mobil dapat terakit sendiri hanya dengan melemparkan secarik kertas yang berisi rancangannya ke atas tumpukan onderdil mobil. Dalam kasus ini, juga tidak ada produksi karena tidak ada pabrik atau pekerja yang terlibat dalam proses.

Protein diproduksi oleh ribosom dengan bantuan berbagai enzim, dan merupakan hasil proses-proses yang sangat kompleks di dalam sel. Ribosom sendiri adalah organel sel yang kompleks dan terbuat dari protein. Jadi, situasi ini juga menimbulkan asumsi tidak masuk akal bahwa ribosom pun muncul secara kebetulan pada saat yang sama. Bahkan pemenang Hadiah Nobel, Jacques Monod, seorang pembela teori evolusi yang fanatik, menjelaskan bahwa sintesis protein tidak bisa dianggap proses remeh yang hanya bergantung pada informasi dalam asam nukleat:

Kode DNA tidak berarti jika tidak diterjemahkan. Perangkat penerjemah modern sel-sel ini terdiri dari paling sedikit 50 komponen makromolekuler yang juga dikode dalam DNA: kode-kode ini tidak dapat diterjemahkan kecuali oleh hasil penerjemahannya sendiri. Ini sesuai dengan ungkapan omne vivum ex ovo (ayam atau telur yang lebih dulu). Kapan dan bagaimana lingkaran ini berujung? Suatu hal yang sangat sulit dibayangkan.30

Bagaimana sebuah rantai RNA di bumi purba dapat mengambil keputusan seperti itu? Dan bagaimana ia merealisasikan produksi protein dengan melakukan sendiri pekerjaan 50 partikel terspesialisasi? Evolusionis tidak bisa menjawab pertanyaan ini.

Dr. Leslie Orgel, seorang rekanan Stanley Miller dan Francis Crick dari Universitas San Diego California, menggunakan istilah "skenario" untuk kemungkinan "asal usul kehidupan melalui dunia RNA". Orgel menggambarkan sifat-sifat yang harus dimiliki RNA berikut kemustahilannya dalam artikelnya "The Origin of Life" yang dimuat dalam American Scientist pada bulan Oktober 1994 :

Jika kita amati, skenario ini mungkin saja terjadi jika RNA prebiotik memiliki dua sifat yang tidak dimilikinya sekarang: kemampuan untuk bereplikasi tanpa bantuan protein dan kemampuan untuk mengkatalisasi setiap tahap sintesis protein. 31

Jelaslah, mengasumsikan bahwa kedua kemampuan yang sangat kompleks dan penting di atas dimiliki molekul seperti RNA hanya daya imajinasi dan pandangan seorang evolusionis. Di lain pihak, fakta-fakta ilmiah konkret menunjukkan secara eksplisit bahwa tesis "Dunia RNA", yang diajukan sebagai model baru pembentukan kehidupan, juga merupakan dongeng yang tidak masuk akal.

KEHIDUPAN, KONSEP YANG LEBIH DARI SEKADAR TUMPUKAN MOLEKUL

Marilah sejenak kita lupakan seluruh kemustahilan dan menganggap bahwa molekul protein terbentuk dalam lingkungan yang paling tidak tepat, tidak beraturan, seperti kondisi bumi purba. Pembentukan satu protein saja tidak akan cukup. Protein ini harus sabar menunggu selama ribuan bahkan jutaan tahun dalam lingkungan yang tidak beraturan tanpa mengalami kerusakan, sampai protein lain terbentuk secara kebetulan di dekatnya dalam kondisi yang sama. Protein tersebut harus menunggu hingga jutaan protein yang tepat terbentuk di sekitarnya dalam kondisi lingkungan yang sama, seluruhnya "secara kebetulan".

Protein-protein yang terbentuk lebih dulu harus cukup sabar menunggu tanpa dirusak sinar ultraviolet dan efek-efek mekanis yang keras sampai protein lain muncul di dekat mereka. Kemudian protein-protein ini dalam jumlah memadai, yang semuanya muncul pada tempat yang sama, akan bergabung menghasilkan kombinasi fungsional dan membentuk organel-organel sel. Tidak ada senyawa berlebih, molekul berbahaya atau rantai protein tak berguna yang mengganggu mereka. Kemudian, bahkan bila organel-organel tersebut bergabung secara harmonis dan sesuai dengan rancangan dan urutannya, mereka harus dilengkapi enzim-enzim penting dan menutup diri dengan sebuah membran. Ruangan dalam membran harus diisi dengan cairan istimewa untuk menyediakan lingkungan ideal bagi organel-organel tersebut. Sekarang, sekalipun semua kejadian "yang sangat tidak mungkin" ini secara kebetulan benar-benar terjadi, apakah tumpukan molekul ini akan hidup?

Jawabannya adalah "tidak", karena penelitian telah mengungkapkan bahwa kombinasi seluruh bahan penting bagi kehidupan saja tidak cukup untuk memulai suatu kehidupan. Bahkan bila seluruh protein pen-ting bagi kehidupan dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, usaha ini tidak akan menghasilkan satu pun sel hidup. Seluruh eksperimen mengenai hal ini telah terbukti tidak berhasil. Seluruh observasi dan eksperimen menunjukkan bahwa kehidupan hanya muncul dari kehidupan. Pernyataan bahwa kehidupan berevolusi dari benda mati atau "abiogenesis" adalah kisah yang hanya ada dalam mimpi evolusionis, dan sama sekali berbeda dengan setiap hasil eksperimen dan observasi.

Dalam hal ini, kehidupan pertama di bumi ini harus berasal dari kehidupan lain. Ini merupakan refleksi asma Allah yaitu "Al Hayyun" (Pemilik Kehidupan). Kehidupan dapat dimulai, berlanjut dan berakhir hanya dengan kehendak-Nya. Sedangkan evolusi, selain tidak mampu menjelaskan bagaimana kehidupan dimulai, juga bagaimana bahan-bahan penting bagi kehidupan dapat terbentuk dan bersatu.

Chandra Wickramasinghe menggambarkan realitas yang dihadapinya sebagai ilmuwan yang seumur hidup diajari bahwa kehidupan muncul dari peristiwa-peristiwa kebetulan:

Sejak masa pendidikan untuk menjadi seorang ilmuwan, otak saya benar-benar dicuci agar percaya bahwa ilmu pengetahuan tidak sesuai dengan pen-ciptaan yang 'disengaja'. Pemikiran tentang penciptaan ini harus disingkirkan dengan cara yang menyakitkan. Pada saat ini, saya tidak dapat menemukan argumentasi rasional untuk mengalahkan ajakan mempercayai Tuhan. Kami biasanya memiliki pikiran terbuka; dan sekarang, kami sadar bahwa satu-satunya jawaban logis atas kehidupan ini adalah penciptaan-bukan proses acak dan kebetulan. 32

Referensi :
1) W. R. Bird, The Origin of Species Revisited., Nashville: Thomas Nelson Co., 1991, hlm. 298-299.
2) "Hoyle on Evolution", Nature, Vol 294, November 12, 1981, hlm. 105.
3) Ali Demirsoy, Kalitim ve Evrim (Inheritance and Evolution), Ankara: Meteksan Publishing Co., 1984, hlm. 64.
4) W.R. Bird, The Origin of Species Revisited. Nashville: Thomas Nelson Co., 1991, hlm. 304
5) Ibid, hlm. 305
6) J. D. Thomas, Evolution and Faith. Abilene, TX, ACU Press, 1988. hlm. 81-82.
7) Robert Shapiro, Origins: A Sceptis Guide to the Creation of Life on Earth, New York, Summit Books, 1986. hlm. 127
8) Fred Hoyle, Chandra Wickramasinghe, Evolution from Space, New York, Simon & Schuster, 1984, hlm. 148.
9) Ibid, hlm. 130.
10) Fabbri Britannica Bilim Ansiklopedisi (Fabbri Britannica Science Encyclopaedia), Vol 2, No. 22, hlm. 519.
11) Richard B. Bliss & Gary E. Parker, Origin of Life, California: 1979, hlm. 14.
12) Stanley Miller, Molecular Evolution of Life: Current Status of the Prebiotic Synthesis of Small Molecules, 1986, hlm. 7
13) Kevin Mc Kean, Bilim ve Teknik, No. 189, hlm. 7.
14) J. P. Ferris, C. T. Chen, "Photochemistry of Methane, Nitrogen, and Water Mixture As a Model for the Atmosphere of the Primitive Earth", Journal of American Chemical Society, Vol. 97:11, 1975, hlm. 2964.
15) "New Evidence on Evolution of Early Atmosphere and Life", Buletin American Meteorological Society, Vol. 63, November 1982, hlm. 1328-1330.
16) Richard B. Bliss & Gary E. Parker, Origin of Life, California, 1979, hlm. 25.
17) W. R. Bird, The Origin of Species Revisited, Nashville: Thomas Nelson Co., 1991, hlm. 325.
18) Richard B. Bliss & Gary E. Parker, Origin of Life, California: 1979, hlm. 25.
19) Ibid.
20) S. W. Fox, K. Harada, G. Kramptiz, G. Mueller, "Chemical Origin of Cells", Chemical Engineering News, 22 Juni 1970, hlm. 80.
21) Frank B. Salisbury, "Doubts about the Modern Synthetic Theory of Evolution", American Biology Teacher, September 1971, hlm. 336.
22) Paul Auger, De La Physique Theorique a la Biologie, 1970, hlm. 118.
23) Francis Crick, Life Itself: It's Origin and Nature, New York, Simon & Schuster, 1981, hlm. 88
24) Ali Demirsoy, Kalitim ve Evrim (Inheritance and Evolution), Ankara: Meteksan Publishing Co., 1984, hlm. 39.
25) Homer Jacobson, "Information, Reproduction and the Origin of Life", American Scientist, Januari 1955, hlm. 121.
26) Reinhard Junker & Siegfried Scherer, "Entstehung Gesiche Der Lebewesen", Weyel, 1986, hlm. 89.
27) Michael Denton, Evolution: A Theory in Crisis. London: Burnett Books, 1985, hlm. 351
28) John Horgan, "In the Beginning", Scientific American, Vol. 264, Februari 1991, hlm. 119
29) G. F. Joyce, L. E. Orgel, "Prospects for Understanding the Origin of the RNA World", dalam RNA World, New York: Cold Spring Harbor Laboratory Press, 1993, hlm. 13.
30) Jacques Monod, Chance and Necessity, New York: 1971, hlm. 143.
31) Leslie E. Orgel, "The Origin of Life on the Earth", Scientific American, Ekim 1994, Vol 271, hlm. 78.
32) Chandra Wickramasinghe, wawancara dalam London Daily Express, 14 Agustus 1981


* * * * *

Sumber: www.harunyahya.com

0 komentar:

Posting Komentar