KERUNTUHAN TEORI EVOLUSI
(Harun Yahya)
BAB 10 (Bagian D)
DAPATKAH DNA MUNCUL SECARA KEBETULAN?
Sampai di
sini ada detail penting yang harus diperhatikan. Kesalahan pada urutan
nukleotida yang menyusun se-buah gen akan membuat gen tersebut sama sekali tidak
ber-fungsi. Dengan mempertimbangkan bahwa di dalam tubuh manusia terdapat 200
ribu gen, akan semakin jelas betapa mustahilnya jutaan nukleotida yang
membentuk gen-gen ini tersusun secara kebetulan dalam urutan yang tepat.
Seorang ahli biologi evolusionis, Frank Salisbury, berkomentar tentang
kemustahilan ini:
Sebuah
protein berukuran sedang dapat terdiri dari sekitar 300 asam amino. Gen DNA
yang mengatur protein ini bisa memiliki 1.000 nukleotida pada rantainya. Karena
ada empat jenis nukleotida dalam sebuah rantai DNA, satu rantai dengan 1.000
nukleotida dapat tersusun dalam 41000 bentuk. Dengan menggunakan sedikit ilmu
aljabar (logaritma), kita dapat melihat bahwa 41000 = 10600. Sepuluh dikali
sepuluh sebanyak 600 kali menghasilkan angka 1 yang diikuti 600 angka nol!
Suatu angka di luar kemampuan pemahaman kita.21
Angka 41000
ekivalen dengan 10600. Angka ini didapatkan dengan menambahkan 600 angka nol
sesudah angka 1. Angka 10 yang diikuti 11 angka nol berarti satu triliun.
Tetapi sebuah angka dengan 600 angka nol sesudahnya, sulit kita bayangkan.
Kemustahilan pembentukan RNA dan DNA oleh akumulasi nukleotida secara kebetulan
diungkapkan seorang ilmuwan Prancis, Paul Auger, sebagai berikut :
Kita harus
memisahkan dengan jelas dua tahap dalam pembentukan secara untung-untungan
molekul kompleks seperti nukleotida melalui peristiwa kimiawi. Produksi
nukleotida satu persatu - yang mungkin saja terjadi - dan penggabungan
nukleotida-nukleotida ini dalam urutan sangat unik. Yang kedua sama sekali
tidak mungkin.22
Watson
& Crick dengan sebuah model batang dari molekul DNA.
Bahkan
Francis Crick, yang bertahun-tahun mempercayai teori evolusi molekuler, setelah
menemukan DNA mengakui bahwa molekul sekompleks ini tidak mungkin terbentuk
secara kebetulan, sebagai hasil dari proses evolusi:
Seorang jujur
yang dibekali ilmu pengetahuan masa kini, hanya dapat menyatakan bahwa asal
usul kehidupan hampir seperti suatu keajaiban.23
Seorang
evolusionis Turki, Prof. Ali Demirsoy, terpaksa membuat pengakuan mengenai hal
ini sebagai berikut :
Kenyataannya,
probabilitas pembentukan protein dan asam nukleat (DNA-RNA) adalah probabilitas
yang jauh melampaui perkiraan. Lebih jauh, peluang rantai protein tertentu
muncul menjadi luar biasa kecil.24
Sebuah dilema
menarik muncul pada tahap ini: sementara DNA hanya dapat bereplikasi dengan
bantuan beberapa enzim yang merupakan protein pula, sintesis enzim ini hanya
dapat berlangsung dengan informasi yang dikode dalam DNA. Karena saling
membutuhkan, keduanya harus ada secara bersamaan untuk replikasi, atau salah
satunya "tercipta" sebelum yang lain. Seorang ahli mikrobiologi
Amerika, Jacobson, berkomentar mengenai hal ini:
Arahan untuk
rencana-rencana reproduksi untuk energi dan ekstraksi materi dari
lingkungannya, untuk urutan pertumbuhan, dan untuk mekanisme efektor yang
menerjemahkan perintah ke dalam pertumbuhan - semua harus ada sekaligus pada
saat itu (ketika kehidupan dimulai). Kombinasi semua ini sepertinya tidak
mungkin terjadi secara kebetulan, dan sering dianggap campur tangan ilahiah.25
Kutipan di
atas ditulis dua tahun sesudah struktur DNA diungkapkan James Watson dan
Francis Crick. Meskipun ilmu pengetahuan telah maju cukup pesat, pertanyaan
tersebut tetap belum terjawab oleh evolusionis. Dua ilmuwan Jerman, Junker dan
Scherer, menjelaskan bahwa sintesis masing-masing molekul yang diperlukan untuk
evolusi kimiawi, mengharuskan kondisi-kondisi tertentu, dan bahwa probabilitas
bahan-bahan tersebut tersusun melalui metode yang secara teoretis sangat berbeda
adalah nol:
Sampai saat
ini, tidak ada eksperimen yang dapat menghasilkan seluruh molekul yang
dibutuhkan untuk evolusi kimiawi. Karenanya, berbagai molekul ini harus
dihasilkan di tem-pat-tempat berbeda pada kondisi sangat sesuai, kemudian
di-bawa ke tempat lain untuk bereaksi dengan melindunginya dari elemen-elemen
berbahaya seperti hidrolisis dan fotolisis.26
Pendeknya,
teori evolusi tidak dapat membuktikan satu tahap evolusi pun yang diduga
terjadi pada tingkat molekuler. Kemajuan ilmu pengetahuan tidak menyediakan
jawaban untuk pertanyaan semacam ini, tetapi justru membuatnya menjadi lebih
kompleks dan sulit dijawab.
Cukup menarik
bahwa evolusionis mempercayai seluruh skenario yang mustahil ini seperti
mempercayai fakta ilmiah. Karena mereka telah dikondisikan untuk tidak mengakui
penciptaan, mereka tidak memiliki pilihan selain mempercayai kemustahilan.
Seorang ahli biologi terkenal dari Australia, Michael Denton, mengungkapkan hal
ini dalam bukunya Evolution: A Theory in Crisis:
Prof.
Francis Crick: "Asal usul kehidupan muncul hampir seperti keajaiban".
Program
genetis organisme tingkat tinggi hampir sama dengan ribuan juta bit informasi.
Ini ekivalen dengan urutan huruf dalam seribu volume buku yang memuat
beribu-ribu algoritma rumit dalam bentuk kode yang mengendalikan, menentukan
dan mengatur pertumbuhan dan perkembangan bermiliar-miliar sel organisme
kompleks. Pernyataan orang-orang skeptis bahwa semua ini murni dihasilkan
oleh sebuah proses acak, benar-benar melecehkan akal manusia. Akan tetapi,
gagasan tersebut diterima Darwinis tanpa sedikit pun keraguan - paradigma ini
justru diutamakan! 27
USAHA LAIN EVOLUSIONIS YANG SIA-SIA: "DUNIA RNA"
Penemuan pada
tahun 1970-an bahwa gas-gas di dalam atmosfir primitif tidak memungkinkan
sintesis asam amino, adalah pukulan berat bagi teori evolusi molekuler.
Kemudian diakui bahwa "eksperimen atmosfir primitif" oleh evolusionis
seperti Miller, Fox dan Ponnamperuma, tidak absah. Untuk itu, pada tahun
1980-an evolusionis mencoba meneruskan usahanya. Hasilnya adalah sebuah
skenario yang dinamai "Dunia RNA" yang menyatakan bahwa molekul
pertama terbentuk bukan protein, melainkan RNA yang mengandung informasi
tentang protein.
Skenario ini
diusulkan tahun 1986 oleh Walter Gilbert, seorang ahli kimia dari Harvard.
Menurutnya, miliaran tahun lalu sebuah molekul RNA yang dapat melakukan
replikasi terbentuk secara kebetulan. Diaktifkan oleh pengaruh lingkungan, RNA
ini dapat memproduksi protein. Selanjutnya, diperlukan molekul kedua untuk
menyimpan informasi tersebut, maka dengan suatu cara terbentuklah molekul DNA.
Skenario yang
sukar dibayangkan ini, yang tersusun dari rangkaian kemustahilan pada setiap
tahapnya, tidak memberikan jawaban, justru memperbesar masalah dan menimbulkan
banyak pertanyaan tentang asal usul kehidupan yang terlalu rumit untuk dijawab:
1. Jika
pembentukan secara kebetulan satu nukleotida yang membangun RNA mustahil
diterangkan, bagaimana mungkin nukleotida rekaan ini membentuk RNA dengan
saling bergabung dalam urutan yang benar? John Horgan, ahli biologi
evolusionis, mengakui kemustahilan ini sebagai berikut :
Semakin
konsep dunia RNA dikaji oleh para peneliti, semakin banyak masalah muncul.
Bagimana RNA muncul pertama kali? Dalam kondisi terbaik sekali-pun, RNA dan
komponennya sangat sulit disintesis di laboratorium, apalagi dalam kondisi
seadanya. 28
2. Bahkan
jika kita menganggap RNA terbentuk secara kebetulan, bagaimana mungkin RNA yang
hanya terdiri dari rantai nukleotida ini "memutuskan" untuk
mereplikasi diri, dan mekanisme apa yang digunakannya untuk proses itu? Dari
mana RNA mendapatkan nukleotida untuk replikasinya? Bahkan, ahli mikrobiologi
evolusionis, Gerald Joyce dan Leslie Orgel mengungkapkan keputusasaan mereka
dalam bukunya yang berjudul "In the RNA World".
Diskusi
ini..., dalam suatu artian, telah berfokus pada sebentuk mitos tentang molekul
RNA yang bereplikasi diri dan muncul dari sup polinukleotida acak secara
mendadak. Hal ini bukan saja tidak realistis dalam pengertian kita saat ini
tentang kimia prebiotik, bahkan seharusnya menyaring kepercayaan yang terlalu
mudah dari pandangan optimis tentang potensi katalitis RNA."29
PENGAKUAN
EVOLUSIONIS
Perhitungan
probabilitas menunjukkan dengan jelas bahwa molekul kompleks seperti protein
dan asam nukleat (RNA dan DNA) tidak pernah dapat terbentuk secara kebetulan,
secara independen satu terhadap yang lain. Walaupun demikian, evolusionis harus
menghadapi masalah yang lebih besar bahwa semua molekul kompleks tersebut harus
muncul secara bersamaan agar kehidupan dapat muncul. Teori evolusi benar- benar
dipusingkan oleh syarat tersebut. Ini adalah titik di mana sebagian evolusionis
terkemuka terpaksa mengaku. Sebagai contoh, seorang kerabat dekat Stanley
Miller dan Francis Crick dari University of San Diego California, evolusionis
terkenal Dr. Leslie Orgel menyatakan:
Protein
dan asam nukleat, masing-masing memiliki struktur yang kompleks, tidak mungkin
muncul secara spontan pada tempat yang sama secara bersamaan. Tetapi tidak
mungkin pula ada salah satu tanpa yang lainnya. Karena itu, pada sekilas
pandangan pertama, seseorang mungkin harus menyatakan bahwa sesungguhnya
kehidupan tidak dapat berasal dari senyawa kimiawi.1
Fakta
yang sama diakui pula oleh ilmuwan yang lain:
DNA
tidak dapat melakukan pekerjaannya, termasuk menghasilkan lebih banyak DNA,
tanpa bantuan protein katalitis atau enzim. Singkatnya, protein tidak dapat
terbentuk tanpa DNA, sebagaimana pula DNA tidak dapat terbentuk tanpa protein.2
Bagaimana
Kode Genetis, termasuk mekanisme translasinya (ribosom dan molekul RNA),
berawal? Untuk saat ini, kita terpaksa harus puas dengan keterpesonaan dan
ketakjuban, dan bukan dengan sebuah jawaban. 3
1 Leslie E. Orgel, "The Origin of Life on Earth", Scientific
American, vol. 271, October 1994, p. 78
2 John Horgan, "In the Beginning", Scientific American, vol. 264,
February 1991, p. 119
3 Douglas R. Hofstadter, Godel, Escher, Bach: An Eternal Golden Braid, New
York, Vintage Books, 1980, p. 548
3. Bahkan
jika kita menganggap bahwa di bumi purba, RNA dapat mereplikasi diri, seluruh
asam amino siap pakai tersedia dan semua yang mustahil ini terjadi, situasi ini
tidak berakhir dengan pembentukan satu molekul protein pun. Hal ini karena RNA
hanya mengandung informasi mengenai struktur protein, sedangkan asam amino
hanya bahan mentah. Lagipula, tidak ada mekanisme untuk memproduksi protein.
Anggapan bahwa kehadiran RNA sudah cukup untuk produksi protein adalah sama
mustahilnya dengan mengharapkan sebuah mobil dapat terakit sendiri hanya dengan
melemparkan secarik kertas yang berisi rancangannya ke atas tumpukan onderdil
mobil. Dalam kasus ini, juga tidak ada produksi karena tidak ada pabrik atau
pekerja yang terlibat dalam proses.
Protein
diproduksi oleh ribosom dengan bantuan berbagai enzim, dan merupakan hasil
proses-proses yang sangat kompleks di dalam sel. Ribosom sendiri adalah organel
sel yang kompleks dan terbuat dari protein. Jadi, situasi ini juga menimbulkan
asumsi tidak masuk akal bahwa ribosom pun muncul secara kebetulan pada saat
yang sama. Bahkan pemenang Hadiah Nobel, Jacques Monod, seorang pembela teori
evolusi yang fanatik, menjelaskan bahwa sintesis protein tidak bisa dianggap
proses remeh yang hanya bergantung pada informasi dalam asam nukleat:
Kode DNA
tidak berarti jika tidak diterjemahkan. Perangkat penerjemah modern sel-sel ini
terdiri dari paling sedikit 50 komponen makromolekuler yang juga dikode dalam
DNA: kode-kode ini tidak dapat diterjemahkan kecuali oleh hasil penerjemahannya
sendiri. Ini sesuai dengan ungkapan omne vivum ex ovo (ayam atau telur yang lebih
dulu). Kapan dan bagaimana lingkaran ini berujung? Suatu hal yang sangat sulit
dibayangkan.30
Bagaimana
sebuah rantai RNA di bumi purba dapat mengambil keputusan seperti itu? Dan
bagaimana ia merealisasikan produksi protein dengan melakukan sendiri pekerjaan
50 partikel terspesialisasi? Evolusionis tidak bisa menjawab pertanyaan ini.
Dr. Leslie
Orgel, seorang rekanan Stanley Miller dan Francis Crick dari Universitas San
Diego California, menggunakan istilah "skenario" untuk kemungkinan
"asal usul kehidupan melalui dunia RNA". Orgel menggambarkan
sifat-sifat yang harus dimiliki RNA berikut kemustahilannya dalam artikelnya
"The Origin of Life" yang dimuat dalam American Scientist pada bulan
Oktober 1994 :
Jika kita
amati, skenario ini mungkin saja terjadi jika RNA prebiotik memiliki dua sifat
yang tidak dimilikinya sekarang: kemampuan untuk bereplikasi tanpa bantuan
protein dan kemampuan untuk mengkatalisasi setiap tahap sintesis protein. 31
Jelaslah,
mengasumsikan bahwa kedua kemampuan yang sangat kompleks dan penting di atas
dimiliki molekul seperti RNA hanya daya imajinasi dan pandangan seorang
evolusionis. Di lain pihak, fakta-fakta ilmiah konkret menunjukkan secara
eksplisit bahwa tesis "Dunia RNA", yang diajukan sebagai model baru pembentukan
kehidupan, juga merupakan dongeng yang tidak masuk akal.
KEHIDUPAN, KONSEP YANG LEBIH DARI SEKADAR TUMPUKAN MOLEKUL
Marilah
sejenak kita lupakan seluruh kemustahilan dan menganggap bahwa molekul protein
terbentuk dalam lingkungan yang paling tidak tepat, tidak beraturan, seperti
kondisi bumi purba. Pembentukan satu protein saja tidak akan cukup. Protein ini
harus sabar menunggu selama ribuan bahkan jutaan tahun dalam lingkungan yang
tidak beraturan tanpa mengalami kerusakan, sampai protein lain terbentuk secara
kebetulan di dekatnya dalam kondisi yang sama. Protein tersebut harus menunggu
hingga jutaan protein yang tepat terbentuk di sekitarnya dalam kondisi
lingkungan yang sama, seluruhnya "secara kebetulan".
Protein-protein
yang terbentuk lebih dulu harus cukup sabar menunggu tanpa dirusak sinar
ultraviolet dan efek-efek mekanis yang keras sampai protein lain muncul di
dekat mereka. Kemudian protein-protein ini dalam jumlah memadai, yang semuanya
muncul pada tempat yang sama, akan bergabung menghasilkan kombinasi fungsional
dan membentuk organel-organel sel. Tidak ada senyawa berlebih, molekul
berbahaya atau rantai protein tak berguna yang mengganggu mereka. Kemudian,
bahkan bila organel-organel tersebut bergabung secara harmonis dan sesuai
dengan rancangan dan urutannya, mereka harus dilengkapi enzim-enzim penting dan
menutup diri dengan sebuah membran. Ruangan dalam membran harus diisi dengan
cairan istimewa untuk menyediakan lingkungan ideal bagi organel-organel
tersebut. Sekarang, sekalipun semua kejadian "yang sangat tidak
mungkin" ini secara kebetulan benar-benar terjadi, apakah tumpukan molekul
ini akan hidup?
Jawabannya
adalah "tidak", karena penelitian telah mengungkapkan bahwa kombinasi
seluruh bahan penting bagi kehidupan saja tidak cukup untuk memulai suatu
kehidupan. Bahkan bila seluruh protein pen-ting bagi kehidupan dikumpulkan
dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, usaha ini tidak akan menghasilkan satu
pun sel hidup. Seluruh eksperimen mengenai hal ini telah terbukti tidak
berhasil. Seluruh observasi dan eksperimen menunjukkan bahwa kehidupan hanya
muncul dari kehidupan. Pernyataan bahwa kehidupan berevolusi dari benda mati
atau "abiogenesis" adalah kisah yang hanya ada dalam mimpi
evolusionis, dan sama sekali berbeda dengan setiap hasil eksperimen dan
observasi.
Dalam hal
ini, kehidupan pertama di bumi ini harus berasal dari kehidupan lain. Ini
merupakan refleksi asma Allah yaitu "Al Hayyun" (Pemilik Kehidupan).
Kehidupan dapat dimulai, berlanjut dan berakhir hanya dengan kehendak-Nya.
Sedangkan evolusi, selain tidak mampu menjelaskan bagaimana kehidupan dimulai,
juga bagaimana bahan-bahan penting bagi kehidupan dapat terbentuk dan bersatu.
Chandra
Wickramasinghe menggambarkan realitas yang dihadapinya sebagai ilmuwan yang
seumur hidup diajari bahwa kehidupan muncul dari peristiwa-peristiwa kebetulan:
Sejak masa
pendidikan untuk menjadi seorang ilmuwan, otak saya benar-benar dicuci agar
percaya bahwa ilmu pengetahuan tidak sesuai dengan pen-ciptaan yang
'disengaja'. Pemikiran tentang penciptaan ini harus disingkirkan dengan cara
yang menyakitkan. Pada saat ini, saya tidak dapat menemukan argumentasi rasional
untuk mengalahkan ajakan mempercayai Tuhan. Kami biasanya memiliki pikiran
terbuka; dan sekarang, kami sadar bahwa satu-satunya jawaban logis atas
kehidupan ini adalah penciptaan-bukan proses acak dan kebetulan. 32
Referensi
:
1) W. R.
Bird, The Origin of Species Revisited., Nashville: Thomas Nelson Co., 1991,
hlm. 298-299.
2)
"Hoyle on Evolution", Nature, Vol 294, November 12, 1981, hlm. 105.
3) Ali
Demirsoy, Kalitim ve Evrim (Inheritance and Evolution), Ankara: Meteksan
Publishing Co., 1984, hlm. 64.
4) W.R.
Bird, The Origin of Species Revisited. Nashville: Thomas Nelson Co., 1991, hlm.
304
5) Ibid,
hlm. 305
6) J. D.
Thomas, Evolution and Faith. Abilene, TX, ACU Press, 1988. hlm. 81-82.
7) Robert
Shapiro, Origins: A Sceptis Guide to the Creation of Life on Earth, New York,
Summit Books, 1986. hlm. 127
8) Fred
Hoyle, Chandra Wickramasinghe, Evolution from Space, New York, Simon &
Schuster, 1984, hlm. 148.
9) Ibid,
hlm. 130.
10) Fabbri
Britannica Bilim Ansiklopedisi (Fabbri Britannica Science Encyclopaedia), Vol
2, No. 22, hlm. 519.
11)
Richard B. Bliss & Gary E. Parker, Origin of Life, California: 1979, hlm.
14.
12)
Stanley Miller, Molecular Evolution of Life: Current Status of the Prebiotic
Synthesis of Small Molecules, 1986, hlm. 7
13) Kevin
Mc Kean, Bilim ve Teknik, No. 189, hlm. 7.
14) J. P.
Ferris, C. T. Chen, "Photochemistry of Methane, Nitrogen, and Water
Mixture As a Model for the Atmosphere of the Primitive Earth", Journal of
American Chemical Society, Vol. 97:11, 1975, hlm. 2964.
15)
"New Evidence on Evolution of Early Atmosphere and Life", Buletin
American Meteorological Society, Vol. 63, November 1982, hlm. 1328-1330.
16)
Richard B. Bliss & Gary E. Parker, Origin of Life, California, 1979, hlm.
25.
17) W. R.
Bird, The Origin of Species Revisited, Nashville: Thomas Nelson Co., 1991, hlm.
325.
18)
Richard B. Bliss & Gary E. Parker, Origin of Life, California: 1979, hlm.
25.
19) Ibid.
20) S. W.
Fox, K. Harada, G. Kramptiz, G. Mueller, "Chemical Origin of Cells",
Chemical Engineering News, 22 Juni 1970, hlm. 80.
21) Frank
B. Salisbury, "Doubts about the Modern Synthetic Theory of
Evolution", American Biology Teacher, September 1971, hlm. 336.
22) Paul
Auger, De La Physique Theorique a la Biologie, 1970, hlm. 118.
23)
Francis Crick, Life Itself: It's Origin and Nature, New York, Simon &
Schuster, 1981, hlm. 88
24) Ali
Demirsoy, Kalitim ve Evrim (Inheritance and Evolution), Ankara: Meteksan
Publishing Co., 1984, hlm. 39.
25) Homer
Jacobson, "Information, Reproduction and the Origin of Life", American
Scientist, Januari 1955, hlm. 121.
26)
Reinhard Junker & Siegfried Scherer, "Entstehung Gesiche Der
Lebewesen", Weyel, 1986, hlm. 89.
27)
Michael Denton, Evolution: A Theory in Crisis. London: Burnett Books, 1985,
hlm. 351
28) John
Horgan, "In the Beginning", Scientific American, Vol. 264, Februari
1991, hlm. 119
29) G. F.
Joyce, L. E. Orgel, "Prospects for Understanding the Origin of the RNA
World", dalam RNA World, New York: Cold Spring Harbor Laboratory Press,
1993, hlm. 13.
30)
Jacques Monod, Chance and Necessity, New York: 1971, hlm. 143.
31) Leslie
E. Orgel, "The Origin of Life on the Earth", Scientific American,
Ekim 1994, Vol 271, hlm. 78.
32)
Chandra Wickramasinghe, wawancara dalam London Daily Express, 14 Agustus 1981
* * * * *
Sumber: www.harunyahya.com
0 komentar:
Posting Komentar