KERUNTUHAN TEORI EVOLUSI
(Harun Yahya)
BAB 4
CATATAN FOSIL MEMBANTAH EVOLUSI
Menurut teori
evolusi, setiap spesies hidup berasal dari satu nenek moyang. Spesies yang ada
sebelumnya lambat laun berubah menjadi spesies lain, dan semua spesies muncul
dengan cara ini. Menurut teori tersebut, perubahan ini berlangsung sedikit demi
sedikit dalam jangka waktu jutaan tahun.
Dengan
demikian, maka seharusnya pernah terdapat sangat banyak spesies peralihan
selama periode perubahan yang panjang ini.
Sebagai
contoh, seharusnya terdapat beberapa jenis makhluk setengah ikan - setengah
reptil di masa lampau, dengan beberapa ciri reptil sebagai tambahan pada ciri
ikan yang telah mereka miliki. Atau seharusnya terdapat beberapa jenis
burung-reptil dengan beberapa ciri burung di samping ciri reptil yang telah
mereka miliki. Evolusionis menyebut makhluk-makhluk imajiner yang mereka yakini
hidup di masa lalu ini sebagai "bentuk transisi".
Jika
binatang-binatang seperti ini memang pernah ada, maka seharusnya mereka muncul
dalam jumlah dan variasi sampai jutaan atau milyaran. Lebih penting lagi,
sisa-sisa makhluk-makhluk aneh ini seharusnya ada pada catatan fosil. Jumlah
bentuk-bentuk peralihan ini pun semestinya jauh lebih besar daripada spesies
binatang masa kini dan sisa-sisa mereka seharusnya ditemukan di seluruh penjuru
dunia. Dalam The Origin of Species, Darwin menjelaskan:
"Jika
teori saya benar, pasti pernah terdapat jenis-jenis bentuk peralihan yang tak
terhitung jumlahnya, yang mengaitkan semua spesies dari kelompok yang sama....
Sudah tentu bukti keberadaan mereka di masa lampau hanya dapat ditemukan pada
peninggalan-peninggalan fosil." 1
Bahkan Darwin
sendiri sadar akan ketiadaan bentuk-bentuk peralihan tersebut. Ia berharap
bentuk-bentuk peralihan itu akan ditemukan di masa mendatang. Namun di balik
harapan besarnya ini, ia sadar bahwa rintangan utama teorinya adalah ketiadaan
bentuk-bentuk peralihan. Karena itulah dalam buku The Origin of Species, pada
bab "Difficulties of the Theory" ia menulis:
... Jika
suatu spesies memang berasal dari spesies lain melalui perubahan sedikit demi
sedikit, mengapa kita tidak melihat sejumlah besar bentuk transisi di mana
pun? Mengapa alam tidak berada dalam keadaan kacau-balau, tetapi justru
seperti kita lihat, spesies-spesies hidup dengan bentuk sebaik-baiknya?....
Menurut teori ini harus ada bentuk-bentuk peralihan dalam jumlah besar, tetapi
mengapa kita tidak menemukan mereka terkubur di kerak bumi dalam jumlah tidak
terhitung?.... Dan pada daerah peralihan, yang memiliki kondisi hidup
peralihan, mengapa sekarang tidak kita temukan jenis-jenis peralihan dengan
kekerabatan yang erat? Telah lama kesulitan ini sangat membingungkan saya.2
Satu-satunya
penjelasan Darwin atas hal ini adalah bahwa catatan fosil yang telah ditemukan
hingga kini belum memadai. Ia menegaskan jika catatan fosil dipelajari secara terperinci,
mata rantai yang hilang akan ditemukan.
Karena
mempercayai ramalan Darwin, kaum evolusionis telah berburu fosil dan melakukan
penggalian mencari mata rantai yang hilang di seluruh penjuru dunia sejak
pertengahan abad ke-19. Walaupun mereka telah bekerja keras, tak satu pun
bentuk transisi ditemukan. Bertentangan dengan kepercayaan evolusionis,
semua fosil yang ditemukan justru membuktikan bahwa kehidupan muncul di bumi
secara tiba-tiba dan dalam bentuk yang telah lengkap. Usaha mereka untuk membuktikan
teori evolusi justru tanpa sengaja telah meruntuhkan teori itu sendiri.
FOSIL-FOSIL
HIDUP
Teori
evolusi menyatakan bahwa spesies makhluk hidup terus-menerus berevolusi menjadi
spesies lain. Namun ketika kita membandingkan makhluk hidup dengan fosil-fosil
mereka, kita melihat bahwa mereka tidak berubah setelah jutaan tahun. Fakta ini
adalah bukti nyata yang meruntuhkan pernyataan evolusionis
Pict.
Of Honeybee: Lebah madu hidup tidak berbeda dengan fosil kerabatnya yang
berumur jutaan tahun lalu.
Pict
of Dragonfly: Fosil capung berumur 135 juta tahun tidak berbeda dengan kerabat
modernnya.
Pict
of starfish: Fosil bintang laut berumur 400 juta tahun tidak mengalami
perubahan hingga kini.
Seorang ahli
paleontologi Inggris ternama, Derek V. Ager, mengakui fakta ini meskipun
dirinya seorang evolusionis:
Jika kita
mengamati catatan fosil secara terperinci, baik pada tingkat ordo maupun
spesies, maka yang selalu kita temukan bukanlah evolusi bertahap, namun
ledakan tiba-tiba satu kelompok makhluk hidup yang disertai kepunahan kelompok
lain. 3
Ahli
paleontologi evolusionis lainnya, Mark Czarnecki, berkomentar sebagai berikut:
Kendala utama
dalam membuktikan teori evolusi selama ini adalah catatan fosil; jejak
spesies-spesies yang terawetkan dalam lapisan bumi. Catatan fosil belum pernah
mengungkapkan jejak-jejak jenis peralihan hipotetis Darwin - sebaliknya,
spesies muncul dan musnah secara tiba-tiba. Anomali ini menguatkan
argumentasi kreasionis*) bahwa setiap spesies diciptakan oleh Tuhan. 4
Mereka juga
harus mengakui ke-sia-siaan menunggu kemunculan bentuk-bentuk transisi yang
"hilang" di masa mendatang, seperti yang dijelaskan seorang profesor
paleontologi dari Universitas Glasgow, T. Neville George:
Tidak ada
gunanya lagi menjadikan keterbatasan catatan fosil sebagai alasan. Entah
bagaimana, catatan fosil menjadi berlimpah dan hampir tidak dapat dikelola, dan
penemuan bermunculan lebih cepat dari pengintegrasian... Bagaimanapun, akan
selalu ada kekosongan pada catatan fosil. 5
KEHIDUPAN MUNCUL DI MUKA BUMI DENGAN TIBA-TIBA DAN DALAM BENTUK KOMPLEKS
Ketika
lapisan bumi dan catatan fosil dipelajari, terlihat bahwa semua makhluk hidup
muncul bersamaan. Lapisan bumi tertua tempat fosil-fosil makhluk hidup
ditemukan adalah Kambrium, yang diperkirakan berusia 500-550 juta tahun.
Catatan fosil
memperlihatkan, makhluk hidup yang ditemukan pada lapisan bumi periode Kambrium
muncul dengan tiba-tiba - tidak ada nenek moyang yang hidup sebelumnya.
Fosil-fosil di dalam batu-batuan Kambrium berasal dari siput, trilobita, bunga
karang, cacing tanah, ubur-ubur, landak laut dan invertebrata kompleks lainnya.
Beragam makhluk hidup yang kompleks muncul begitu tiba-tiba, sehingga literatur
geologi menyebut kejadian ajaib ini sebagai "Ledakan Kambrium"
(Cambrian Explosion).
Sebagian
besar bentuk kehidupan yang ditemukan dalam lapisan ini memiliki sistem
kompleks seperti mata, insang, sistem peredaran darah, dan struktur fisiologis
maju yang tidak berbeda dengan kerabat modern mereka. Misalnya, struktur mata
majemuk berlensa ganda dari trilobita adalah suatu keajaiban desain. David
Raup, seorang profesor geologi di Universitas Harvard, Universitas Rochester
dan Universitas Chicago mengatakan: "Trilobita memiliki desain optimal,
hingga dibutuhkan seorang rekayasawan optik yang sangat terlatih dan sangat
imajinatif jika ingin membuatnya di masa kini". 6
Binatang-binatang
invertebrata kompleks ini muncul secara tiba-tiba dan sempurna tanpa memiliki
kaitan atau bentuk transisi apa pun dengan organisme bersel satu yang merupakan
satu-satunya bentuk kehidupan di bumi sebelum mereka.
Richard
Monastersky, editor Earth Sciences, salah satu terbitan populer dalam literatur
evolusionis, memberikan pernyataan di bawah ini mengenai "Ledakan
Kambrium" yang muncul sebagai kejutan besar bagi evolusionis:
Setengah
milyar tahun lalu, binatang-binatang dengan bentuk-bentuk sangat kompleks
seperti yang kita lihat pada masa kini muncul secara tiba-tiba. Momen ini,
tepat di awal Periode Kambrium Bumi sekitar 550 juta tahun lalu, menandai
ledakan evolusioner yang mengisi lautan dengan makhluk-makhluk hidup kompleks
pertama di dunia. Filum binatang besar masa kini ternyata telah ada di awal
masa Kambrium. Binatang-binatang pertama itu pun berbeda satu sama lain
sebagaimana binatang-binatang saat ini. 7
MATA
TRILOBITA
Trilobita
yang muncul secara tiba-tiba pada periode Kambrium memiliki struktur mata yang
sangat kompleks. Mata ini terdiri dari jutaan partikel kecil menyerupai sarang
lebah dan sebuah sistem lensa ganda. Sebagaimana ungkapan David Raup, seorang
profesor geologi, mata ini merupakan "sebuah desain optimal, hingga
dibutuhkan seorang rekayasawan optik yang sangat terlatih dan sangat imajinatif
jika ingin membuatnya di masa kini".
Mata
ini muncul 530 juta tahun lalu dalam kondisi sempurna. Tidak diragukan lagi,
kemunculan secara tiba-tiba dari desain menakjubkan ini tidak dapat dijelaskan
dengan evolusi, dan membuktikan adanya penciptaan.
Lebih
jauh lagi, struktur mata trilobita tetap bertahan hingga sekarang tanpa ada
perubahan sedikit pun. Beberapa serangga seperti lebah dan capung memiliki
struktur mata yang sama dengan trilobita.*) Keadaan ini menggugurkan anggapan
evolusionis bahwa makhluk hidup ber-evolusi secara progresif dari bentuk
primitif ke bentuk kompleks.
*)
R. L. Gregory, Eye and Brain: The Physiology of Seeing, Oxford University
Press, 1995, s. 31.
Bagaimana
bumi ini dipenuhi berbagai jenis binatang secara tiba-tiba dan bagaimana
spesies-spesies yang berbeda-beda ini muncul tanpa nenek moyang yang sama
adalah pertanyaan yang masih belum terjawab oleh evolusionis. Richard Dawkins,
ahli zoologi Oxford, salah satu pembela evolusionis terkemuka di dunia,
berkomentar mengenai realitas ini:
Sebagai
contoh, lapisan batuan Kambrium yang berumur sekitar 600 juta tahun, adalah
lapisan tertua di mana kita menemukan sebagian besar kelompok utama
invertebrata. Dan kita dapati sebagian besarnya telah berada pada tahap
lanjutan evolusi, saat pertama kali mereka muncul. Mereka seolah-olah
ditempatkan begitu saja di sana, tanpa proses evolusi. Tentu saja, kesimpulan
tentang kemunculan tiba-tiba ini menggembirakan kreasionis.8
Dawkins
terpaksa mengakui, "Ledakan Kambrium" adalah bukti kuat adanya
penciptaan, karena penciptaan adalah satu-satunya penjelasan mengenai
kemunculan bentuk-bentuk kehidupan yang sempurna secara tiba-tiba di bumi ini.
Douglas Futuyma, ahli biologi evolusionis terkemuka mengakui fakta ini dan
mengatakan: "Organisme muncul di muka bumi dengan dua kemungkinan: dalam
bentuk yang telah sempurna atau tidak sempurna. Jika muncul dalam bentuk tidak
sempurna, mereka pasti telah berkembang dari spesies yang telah ada sebelumnya
melalui proses modifikasi. Jika mereka memang muncul dalam keadaan sudah
berkembang sempurna, mereka pasti telah diciptakan oleh suatu kecerdasan dengan
kekuasaan tak terbatas."9 Darwin
sendiri menyadari kemungkinan ini ketika menulis: "Jika banyak spesies
benar-benar muncul dalam kehidupan secara serempak dari genera atau
famili-famili yang sama, fakta ini akan berakibat fatal bagi teori penurunan
dengan modifikasi perlahan-lahan melalui seleksi alam."10 Agaknya, periode Kambrium merupakan "pukulan
mematikan" bagi Darwin. Inilah yang membuat seorang ahli paleo-antropologi
evolusionis dari Swiss, Stefan Bengston, mengakui ketiadaan mata rantai
transisi saat ia menjelaskan tentang periode Kambrium. Ia mengatakan:
"Peristiwa yang mengecewakan (dan memalukan) bagi Darwin ini masih
membingungkan kami".11
Seperti yang
kita pahami, catatan fosil menunjukkan bahwa makhluk hidup tidak berevolusi
dari bentuk primitif ke bentuk yang lebih maju, tetapi muncul secara tiba-tiba
dan dalam keadaan sempurna. Ringkasnya, makhluk hidup tidak muncul melalui
evolusi, tetapi diciptakan.
Referensi
:
1. Charles
Darwin, The Origin of Species: A Facsimile of the First Edition, Harvard
University Press, 1964, S. 179
2.
Ybd.him. 172, 280
3. Derek
V. Ager, "The Nature of the Fossil Record", Proceedings of the
British Geological Association, Bd. 87, 1976, S. 133
*)
Kreasionis = Penganut kepercayaan bahwa alam semesta diciptakan oleh Tuhan, dan
menolak teori evolusi
4. Mark
Czarnecki, The Revival of the Creationist Crusade, MacLean's, 19. Januar 1981,
S. 56
5.T.
Neville George, "Fossils in Evolutionary Perspective", Science
Progress, Vol. 48, Januari 1960, hlm. 1, 3.
6. David
Raup, "Conflicts Between Darwin and Paleontology", Bulletin, Field
Museum of Natural History, Bd. 50, Januar 1979, S. 24
7. Richard
Monastersky, "Mysteries of the Orient", Discover, April 1993, S. 40
8. Richard
Dawkins, The Blind Watchmaker, London: W. W. Norton 1986, S. 229
9. Douglas
J. Futuyma, Science on Trial, New York: Pantheon Books, 1983, S. 197
10 Charles
Darwin, The Origin of Species: A Facsimile of the First Edition, Harvard
University Press, 1964, S. 302.
11. Stefan
Bengston, Nature, Bd. 345, 1990, S. 765
* * * * *
Sumber: www.harunyahya.com
0 komentar:
Posting Komentar