Rabu, 08 Oktober 2014

KERUNTUHAN TEORI EVOLUSI - BAB 10 (Bagian B)


KERUNTUHAN TEORI EVOLUSI
(Harun Yahya)

BAB 10 (Bagian B)

PROTEIN ASAM AMINO LEVO

Mari kita amati dengan seksama mengapa skenario evolusionis ten-tang pembentukan protein mustahil terjadi.

Rangkaian yang benar dari asam-asam amino yang tepat saja tidaklah cukup untuk pembentukan molekul protein. Di samping itu, keduapuluh jenis asam amino yang membentuk protein harus merupakan asam amino Levo. Asam amino terdiri dari dua jenis yang berbeda, yaitu "levo" (kiri) dan "dextro" (kanan). Perbedaan di antara keduanya adalah simetri cermin antara struktur tiga dimensi mereka, yang serupa dengan simetri tangan kiri dan kanan manusia.

Kedua jenis asam amino ini dapat saling terikat dengan mudah. Dari berbagai penelitian terungkap sebuah fakta yang mengejutkan: semua protein hewan dan tumbuhan, dari organisme paling sederhana hingga paling kompleks, terdiri dari asam amino Levo. Jika ada satu saja asam amino Dextro yang terikat pada struktur sebuah protein, maka protein tersebut menjadi tidak berfungsi. Yang menarik adalah, dalam beberapa percobaan, bakteri yang diberi asam amino Dextro segera menghancurkan asam-asam amino Dextro tersebut, dan dalam beberapa kasus, bakteri membentuk asam amino Levo dari serpihan-serpihan komponen asam amino Dextro sehingga dapat digunakan.

Mari sesaat kita umpamakan bahwa kehidupan muncul secara kebetulan seperti yang dinyatakan evolusionis. Dalam hal ini, asam amino Levo dan asam amino Dextro yang terbentuk secara kebetulan seharusnya ada dalam jumlah seimbang di alam. Jadi semua makhluk hidup seharusnya memiliki kedua jenis asam amino, Levo dan Dextro, dalam tubuh mereka sebab kedua jenis asam amino ini dapat saling bergabung secara kimiawi. Pada kenyataannya, protein yang terdapat pada semua makhluk hidup terdiri dari asam-asam amino Levo saja.

Pertanyaan tentang bagaimana protein dapat memilih asam amino Levo dari seluruh asam amino, dan mengapa tidak ada satu pun asam amino Dextro terlibat dalam proses kehidupan, masih menjadi tantangan bagi evolusionis. Mereka tidak memiliki penjelasan atas pemilahan yang sangat "sadar" dan spesifik ini.

Karakteristik protein ini membuat teori "kebetulan" evolusi yang sudah buntu menjadi semakin membingungkan. Agar terbentuk sebuah protein yang berguna, asam-asam amino itu tidak cukup hanya berada dalam jumlah tertentu, pada urutan tertentu, dan bergabung dalam struktur tiga dimensi yang tepat. Asam-asam amino ini juga harus terdiri dari asam amino Levo saja dan tidak boleh ada satu pun asam amino Dextro. Akan tetapi, tidak ada mekanisme seleksi alam untuk mengidentifikasi penambahan asam amino Dextro pada sebuah rantai dan membuangnya dari rantai tersebut. Fakta ini kembali menghapus kemungkinan bahwa awal kehidupan terjadi "secara kebetulan".

Dalam Britannica Science Encyclopaedia, pembela teori evolusi yang terang-terangan, dinyatakan bahwa asam amino seluruh makhluk hidup di bumi dan molekul pembangun polimer kompleks seperti protein memiliki asimetri Levo yang sama. Ditambahkan bahwa ini sama artinya dengan melempar uang logam sejuta kali dan selalu mendapatkan muka yang sama. Dinyatakan juga bahwa tidak mungkin kita dapat memahami me-ngapa molekul menjadi bentuk Levo atau Dextro. Pilihan ini berhubungan dengan sumber kehidupan di bumi secara mengagumkan.10

Jika sebuah uang logam yang dilempar sejuta kali selalu menghasilkan sisi muka yang sama, mana yang lebih logis: ini merupakan suatu kebetulan, ataukah ada campur tangan yang disengaja? Jawabannya sudah sangat jelas. Akan tetapi, tidak peduli dengan kenyataan yang jelas ini, evolusionis berlindung dalam "teori kebetulan" hanya karena mereka tidak mau menerima eksistensi "campur tangan yang disengaja".

Situasi yang serupa dengan asam amino Levo ini berlaku pula pada nukleotida, unit terkecil dari DNA dan RNA. Bedanya, tidak seperti asam amino pada makhluk hidup, hanya nukleotida berbentuk Dextro saja yang dipilih. Ini adalah situasi lain yang tidak pernah dapat dijelaskan oleh teori 'kebetulan'.

Sebagai kesimpulan, melalui perhitungan probabilitas telah terbukti secara mutlak bahwa sumber kehidupan tidak dapat dijelaskan dengan kebetulan. Jika kita mencoba menghitung probabilitas sebuah protein berukuran rata-rata yang terdiri dari 400 asam amino dan dipilih dari asam amino Levo saja, kita akan mendapatkan probabilitas 1 banding 2400, atau 10120. Sekadar untuk pembanding, ingatlah bahwa jumlah elektron di seluruh jagat raya diperkirakan 1079, angka yang jauh lebih kecil. Perhitungan probabilitas asam-asam amino ini tersusun dalam urutan yang sesuai dan dalam struktur yang fungsional akan menghasilkan angka yang jauh lebih besar lagi. Jika kita menggabungkan probabilitas-probabilitas ini dan kita perluas hingga pembentukan protein yang lebih besar dan beragam, maka perhitungannya menjadi tak terbayangkan.

IKATAN YANG BENAR SANGAT PENTING

Uraian panjang di atas bahkan belum selesai menjelaskan kebuntuan teori evolusi. Asam amino tidak cukup hanya dengan tersusun dalam jumlah, urutan dan struktur tiga dimensi yang tepat. Pembentukan protein juga mengharuskan molekul-molekul asam amino yang memiliki lebih dari satu lengan saling berikatan melalui cabang tertentu saja. Ikatan seperti itu disebut "ikatan peptida". Asam-asam amino dapat saling berikatan dengan berbagai cara; tetapi protein hanya terdiri dari asam-asam amino yang terikat dengan ikatan "peptida".

Sebuah analogi akan memperjelas masalah ini. Anggaplah semua bagian mobil telah lengkap dan dipasang pada posisi yang tepat, tetapi salah satu rodanya tidak dipasang dengan mur dan baut melainkan dengan seutas kawat. Kawat ini mengikat roda sedemikian rupa sehingga pusat roda menghadap ke tanah. Mustahil mobil seperti ini bisa bergerak sekalipun hanya satu meter, tak peduli betapa rumit teknologinya dan betapa kuat motornya. Sekilas semuanya tampak berada pada tempat yang benar, tetapi kesalahan memasang satu roda saja mengakibatkan keseluruhan mobil tersebut tidak berguna. Sama halnya pada molekul protein, jika ada satu saja ikatan antar asam amino yang bukan ikatan peptida, maka keseluruhan molekul itu tidak akan berguna.

Penelitian menunjukkan bahwa asam amino yang berikatan secara acak hanya dapat menghasilkan ikatan peptida pada rasio 50% dan sisa-nya berikatan dengan ikatan lain yang tidak terdapat pada protein. Agar berfungsi dengan baik, setiap asam amino yang menyusun protein harus berikatan hanya dengan ikatan peptida, sebagaimana asam amino tersebut harus dipilih dari yang berbentuk Levo saja.

Probabilitas ini sama dengan probabilitas bahwa setiap protein adalah berbentuk Levo. Misalnya jika sebuah protein terdiri dari 400 asam amino, berarti probabilitas seluruh asam amino hanya berikatan dengan ikatan peptida adalah 1 berbanding 2399.

PROBABILITAS NOL

Seperti dapat dilihat di bawah ini, probabilitas pembentukan sebuah molekul protein yang terdiri dari 500 asam amino adalah "1" banding angka 1 yang diikuti oleh 950 buah angka nol. Sebuah angka yang tidak dapat dipahami pemikiran manusia. Ini hanya perhitungan teoretis di atas kertas. Dalam kenyataan, probabilitas seperti itu berpeluang "0" untuk terjadi. Dalam matematika, probabilitas yang lebih kecil dari 1 banding 1050, secara statistik dianggap memiliki peluang "0" untuk terjadi. Probabilitas "1 banding 10950" jauh melampaui batas definisi ini.

Meskipun sudah sedemikian jauh kemustahilan pembentukan secara kebetulan pada sebuah protein yang tersusun dari 500 asam amino, kita masih dapat terus memaksa batas akal kita dengan kemustahilan yang lebih tinggi lagi. Molekul "hemoglobin", sebuah protein yang sangat vital, terdiri dari 574 asam amino - lebih besar dibandingkan protein yang kita bahas di atas. Sekarang, pikirkan ini: dalam satu sel darah merah dari miliaran yang ada dalam tubuh kita, terdapat "280.000.000" (280 juta) molekul hemoglobin!

Perkiraan usia bumi tidak memberi cukup waktu bagi pembentukan secara "coba-coba" untuk satu protein saja, apalagi satu sel darah merah. Bahkan jika kita menganggap asam-asam amino telah bergabung dan terurai secara "coba-coba" untuk membangun sebuah protein tanpa sedikit pun waktu terbuang sejak bumi terbentuk, maka waktu yang dibutuhkan untuk mengejar probabilitas 1 banding 10950 adalah lebih panjang daripada usia bumi.

Kesimpulan dari semua ini adalah: evolusi telah jatuh ke dalam jurang kemustahilan sejak tahap pembentukan sebuah protein.

ADAKAH MEKANISME COBA-COBA DI ALAM?

Akhirnya, kita sampai pada kesimpulan yang sangat penting tentang logika dasar perhitungan probabilitas, seperti dicontohkan tadi. Telah ditunjukkan bahwa perhitungan-perhitungan probabilitas di atas mencapai batas astronomis (jumlah yang sangat besar) dan probabilitas astronomis ini hampir mustahil terjadi. Ini adalah aspek yang jauh lebih penting sekaligus membingungkan bagi evolusionis. Dalam kondisi alamiah, probabilitas-probabilitas ini bahkan tidak dapat dimulai sama sekali, karena di alam tidak ada mekanisme coba-coba untuk menghasilkan protein.

Perhitungan di atas tentang probabilitas pembentukan sebuah molekul protein yang terdiri dari 500 asam amino, hanya berlaku pada lingkungan coba-coba ideal, yang tidak ada dalam kehidupan nyata. Artinya, probabilitas mendapatkan sebuah protein yang berguna adalah "1" banding 10950, hanya jika kita menganggap ada mekanisme imajiner di mana sebuah tangan gaib menyambungkan 500 asam amino secara acak, ketika rantai yang terbentuk itu salah, menguraikannya lagi satu persatu dan menyusunnya dengan urutan yang berbeda untuk kedua kalinya, dan begitu seterusnya.

Dalam setiap percobaan, asam-asam amino harus diuraikan satu per-satu dan kemudian disusun kembali dengan urutan baru. Sintesis ini harus dihentikan setelah asam amino ke-500 ditambahkan dan harus dipastikan tidak ada kelebihan asam amino. Percobaan kemudian dihentikan untuk melihat apakah protein yang diinginkan sudah terbentuk. Jika gagal, maka seluruhnya harus dibongkar dan dicoba dengan urutan lain. Harus diingat, tidak boleh ada satu pun bahan tambahan. Selain itu, penting bahwa selama percobaan, rantai yang terbentuk tidak boleh putus atau rusak sebelum mencapai ikatan ke-499.

Kondisi ini berarti bahwa probabilitas yang kita bahas di atas hanya dapat terjadi dalam lingkungan terkontrol. Dalam lingkungan terkontrol itu terdapat mekanisme sadar yang mengatur permulaan, akhir dan setiap tahap proses, dan hanya "seleksi asam amino" saja yang terjadi secara untung-untungan. Sudah pasti, tidak mungkin ada lingkungan seperti ini dalam kondisi alamiah. Jadi secara logis dan teknis, mustahil terjadi pem-bentukan protein dalam lingkungan alamiah, terlepas dari aspek 'probabilitas'. Bahkan, membicarakan probabilitas peristiwa seperti ini saja sudah sangat tidak ilmiah.

Sejumlah evolusionis yang 'kurang terpelajar' tidak mengerti hal ini. Berdasarkan asumsi bahwa pembentukan sebuah protein hanyalah reaksi kimia sederhana, mereka membuat kesimpulan yang menggelikan bahwa "asam-asam amino bergabung melalui sebuah reaksi dan kemudian membentuk protein-protein". Tetapi reaksi kimia yang terjadi secara kebetulan dalam sebuah struktur anorganik hanya dapat menghasilkan perubahan-perubahan sederhana dan primitif. Jumlahnya pun tertentu dan terbatas. Untuk membuat senyawa kimia yang lebih kompleks, diperlukan pabrik-pabrik besar, instalasi kimia dan laboratorium. Obat-obatan dan berbagai bahan kimia yang kita gunakan sehari-hari termasuk dalam jenis ini. Namun protein memiliki struktur yang jauh lebih kompleks daripada bahan kimia yang diproduksi industri. Karenanya, protein - yang masing-masingnya merupakan kehebatan desain dan rekayasa, dengan setiap bagiannya berada pada posisi dan urutan yang tepat - mustahil bermula dari reaksi kimia acak

PROBABILITAS PROTEIN TERBENTUK SECARA KEBETULAN ADALAH NOL
Ada 3 syarat utama dalam pembentukan protein yang berguna:
Syarat pertama : semua asam amino pada rantai protein harus dari jenis yang benar dan berada pada urutan yang benar.
Syarat kedua :semua asam amino pada rantai tersebut berbentuk Levo.
Syarat ketiga :semua asam amino saling berikatan dengan membentuk ikatan peptida.
Agar sebuah protein terbentuk secara kebetulan, ketiga syarat utama di atas harus dipenuhi secara bersamaan. Probabilitas pembentukan protein secara kebetulan adalah sama dengan mengalikan probabilitas pemenuhan masing-masing syarat tersebut.
Misalnya untuk sebuah molekul berukuran rata-rata yang terdiri dari 500 asam amino :
1. Probabilitas asam amino berada dalam urutan yang benar
Ada 20 jenis asam amino yang digunakan dalam penyusunan sebuah protein. Berarti:
- Probabilitas setiap asam amino yang terpilih
dengan tepat dari 20 jenis = 1/20
- Probabilitas 500 asam amino tersebut terpilih dengan tepat = 1/20500 = 1/10650 = 1 peluang dalam 10650
2. Probabilitas asam amino berbentuk Levo
- Probabilitas satu asam amino Levo terpilih = 1/2
- Probabilitas 500 asam amino yang terpilih seluruhnya berbentuk asam amino Levo = 1/2500 = 1/10150 = 1 peluang dalam 10150
3. Probabilitas asam-asam amino bergabung dengan ikatan peptida:
Asam amino dapat saling berikatan dengan beragam ikatan kimia. Agar terbentuk protein yang berguna, seluruh asam amino pada rantai harus berikatan dengan ikatan khusus yang disebut "ikatan peptida". Telah dihitung bahwa probabilitas asam-asam amino berikatan dengan ikatan peptida dan bukan dengan ikatan yang lain adalah 50%. Berdasarkan hal ini:
- Probabilitas dua asam amino berikatan dengan "ikatan peptida" = 1/2
- Probabilitas 500 asam amino berikatan dengan "ikatan peptida" = 1/2499 = 1/10150 = 1 peluang dalam 10150
PROBABILITAS TOTAL = 1/10650 X 1/10150 X 1/10150
= 1/10950 = 1 peluang dalam 10950

Probabilitas sebuah molekul protein berukuran rata-rata yang terdiri dari 500 asam amino tersusun dalam jumlah dan urutan yang tepat, dan hanya terdiri dari asam amino Levo, dengan rantai hanya terbentuk dari ikatan peptida adalah "1" banding 10950. Kita dapat menuliskan angka ini dengan meletakkan 950 angka nol sesudah angka 1 sebagai berikut :
10950=
100.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000

Marilah untuk sesaat kita mengesampingkan segala kemustahilan yang kita bahas barusan, dan anggaplah sebuah molekul protein yang berguna memang berevolusi spontan secara "kebetulan". Pada titik ini pun, evolusi lagi-lagi tidak mempunyai jawaban, karena untuk mempertahankan keberadaannya, protein ini harus terisolasi dari lingkungan alamiahnya dan terlindung dalam kondisi yang sangat khusus. Jika tidak, protein ini akan terurai oleh kondisi alamiah bumi atau bergabung dengan senyawa-senyawa asam, asam-asam amino ataupun senyawa kimia lain, sehingga kehilangan sifat-sifatnya dan berubah menjadi senyawa yang sama sekali berbeda dan tidak berguna.

PERTENTANGAN EVOLUSIONER TENTANG ASAL USUL KEHIDUPAN

Pertanyaan "bagaimana makhluk hidup pertama kali muncul" adalah kebuntuan yang kritis bagi evolusionis, sehingga mereka biasanya meng-hindari masalah ini. Mereka mencoba berkelit dengan mengatakan bahwa "makhluk-makhluk hidup pertama muncul sebagai hasil dari kejadian acak di dalam air". Mereka menghadapi rintangan yang tidak bisa mereka tembus. Terlepas dari argumen evolusi paleontologis, dalam hal ini, tidak ada fosil yang dapat didistorsi dan ditafsirkan sesuka hati untuk mendukung pernyataan mereka. Karena itu, teori evolusi jelas-jelas telah terbantah sejak awal.

Ada satu hal penting yang harus diingat: jika satu tahap saja dari proses evolusi terbukti mustahil, cukup untuk membuktikan kesalahan dan ketidakabsahan teori secara keseluruhan. Contohnya, karena pembentukan protein secara coba-coba terbukti mustahil, maka seluruh pernyataan mengenai tahap proses evolusi selanjutnya juga terbantah. Sampai di sini, spekulasi atas tengkorak manusia dan kera menjadi tidak berarti.

Pertanyaan tentang bagaimana organisme hidup dapat muncul dari materi anorganik sudah lama dihindari para evolusionis. Akan tetapi, pertanyaan ini berkembang menjadi masalah yang tidak bisa dielakkan. Dan mereka berusaha menjawab masalah ini dengan serangkaian penelitian pada perempat kedua abad ke-20.

Pertanyaan utamanya adalah: bagaimana sel hidup pertama dapat muncul di atmosfir bumi purba? Dengan kata lain, penjelasan seperti apa yang akan dikemukakan evolusionis untuk menjawab pertanyaan ini?

Jawabannya dicari melalui berbagai eksperimen. Ilmuwan dan peneliti evolusionis melakukan berbagai eksperimen laboratorium untuk menjawab pertanyaan ini tetapi tidak menghasilkan apa pun yang menarik. Studi tentang awal kehidupan yang paling dihargai adalah Eksperimen Miller yang dilakukan oleh peneliti Amerika bernama Stanley Miller pada tahun 1953. (Eksperimen ini dikenal juga sebagai "Eksperimen Urey-Miller" karena kontribusi Harold Urey, instruktur Miller dari Universitas Chicago.)

Eksperimen ini adalah satu-satunya "bukti" bagi "tesis evolusi molekuler" untuk menerangkan tahap pertama periode evolusi. Meskipun sudah hamper setengah abad berlalu, dan teknologi telah berkembang pesat, tak seorang pun berupaya lebih lanjut. Eksperimen Miller tetap diajarkan dalam buku-buku sebagai penjelasan evolusi generasi pertama makhluk hidup. Evolusionis sadar bahwa fakta yang dihasilkan penelitian semacam ini tidak mendukung dan sebaliknya justru membantah pernyataan mereka, karenanya mereka dengan sengaja menghindari eksperimen serupa.

(Bersambung ke bagian C)

Sumber: www.harunyahya.com


0 komentar:

Posting Komentar