KERUNTUHAN TEORI EVOLUSI
(Harun Yahya)
BAB 10 (Bagian B)
PROTEIN ASAM AMINO LEVO
Mari kita
amati dengan seksama mengapa skenario evolusionis ten-tang pembentukan protein
mustahil terjadi.
Rangkaian
yang benar dari asam-asam amino yang tepat saja tidaklah cukup untuk
pembentukan molekul protein. Di samping itu, keduapuluh jenis asam amino yang
membentuk protein harus merupakan asam amino Levo. Asam amino terdiri dari dua
jenis yang berbeda, yaitu "levo" (kiri) dan "dextro" (kanan).
Perbedaan di antara keduanya adalah simetri cermin antara struktur tiga dimensi
mereka, yang serupa dengan simetri tangan kiri dan kanan manusia.
Kedua jenis
asam amino ini dapat saling terikat dengan mudah. Dari berbagai penelitian
terungkap sebuah fakta yang mengejutkan: semua protein hewan dan tumbuhan, dari
organisme paling sederhana hingga paling kompleks, terdiri dari asam amino
Levo. Jika ada satu saja asam amino Dextro yang terikat pada struktur sebuah
protein, maka protein tersebut menjadi tidak berfungsi. Yang menarik adalah,
dalam beberapa percobaan, bakteri yang diberi asam amino Dextro segera
menghancurkan asam-asam amino Dextro tersebut, dan dalam beberapa kasus,
bakteri membentuk asam amino Levo dari serpihan-serpihan komponen asam amino
Dextro sehingga dapat digunakan.
Mari sesaat
kita umpamakan bahwa kehidupan muncul secara kebetulan seperti yang dinyatakan
evolusionis. Dalam hal ini, asam amino Levo dan asam amino Dextro yang
terbentuk secara kebetulan seharusnya ada dalam jumlah seimbang di alam. Jadi semua
makhluk hidup seharusnya memiliki kedua jenis asam amino, Levo dan Dextro,
dalam tubuh mereka sebab kedua jenis asam amino ini dapat saling bergabung
secara kimiawi. Pada kenyataannya, protein yang terdapat pada semua makhluk
hidup terdiri dari asam-asam amino Levo saja.
Pertanyaan
tentang bagaimana protein dapat memilih asam amino Levo dari seluruh asam
amino, dan mengapa tidak ada satu pun asam amino Dextro terlibat dalam proses
kehidupan, masih menjadi tantangan bagi evolusionis. Mereka tidak memiliki
penjelasan atas pemilahan yang sangat "sadar" dan spesifik ini.
Karakteristik
protein ini membuat teori "kebetulan" evolusi yang sudah buntu
menjadi semakin membingungkan. Agar terbentuk sebuah protein yang berguna,
asam-asam amino itu tidak cukup hanya berada dalam jumlah tertentu, pada urutan
tertentu, dan bergabung dalam struktur tiga dimensi yang tepat. Asam-asam amino
ini juga harus terdiri dari asam amino Levo saja dan tidak boleh ada satu pun
asam amino Dextro. Akan tetapi, tidak ada mekanisme seleksi alam untuk
mengidentifikasi penambahan asam amino Dextro pada sebuah rantai dan
membuangnya dari rantai tersebut. Fakta ini kembali menghapus kemungkinan bahwa
awal kehidupan terjadi "secara kebetulan".
Dalam
Britannica Science Encyclopaedia, pembela teori evolusi yang terang-terangan,
dinyatakan bahwa asam amino seluruh makhluk hidup di bumi dan molekul pembangun
polimer kompleks seperti protein memiliki asimetri Levo yang sama. Ditambahkan
bahwa ini sama artinya dengan melempar uang logam sejuta kali dan selalu
mendapatkan muka yang sama. Dinyatakan juga bahwa tidak mungkin kita dapat
memahami me-ngapa molekul menjadi bentuk Levo atau Dextro. Pilihan ini
berhubungan dengan sumber kehidupan di bumi secara mengagumkan.10
Jika sebuah
uang logam yang dilempar sejuta kali selalu menghasilkan sisi muka yang sama,
mana yang lebih logis: ini merupakan suatu kebetulan, ataukah ada campur tangan
yang disengaja? Jawabannya sudah sangat jelas. Akan tetapi, tidak peduli dengan
kenyataan yang jelas ini, evolusionis berlindung dalam "teori
kebetulan" hanya karena mereka tidak mau menerima eksistensi "campur
tangan yang disengaja".
Situasi yang
serupa dengan asam amino Levo ini berlaku pula pada nukleotida, unit terkecil
dari DNA dan RNA. Bedanya, tidak seperti asam amino pada makhluk hidup, hanya
nukleotida berbentuk Dextro saja yang dipilih. Ini adalah situasi lain yang
tidak pernah dapat dijelaskan oleh teori 'kebetulan'.
Sebagai
kesimpulan, melalui perhitungan probabilitas telah terbukti secara mutlak bahwa
sumber kehidupan tidak dapat dijelaskan dengan kebetulan. Jika kita mencoba
menghitung probabilitas sebuah protein berukuran rata-rata yang terdiri dari
400 asam amino dan dipilih dari asam amino Levo saja, kita akan mendapatkan
probabilitas 1 banding 2400, atau 10120. Sekadar untuk pembanding, ingatlah
bahwa jumlah elektron di seluruh jagat raya diperkirakan 1079, angka yang jauh
lebih kecil. Perhitungan probabilitas asam-asam amino ini tersusun dalam urutan
yang sesuai dan dalam struktur yang fungsional akan menghasilkan angka yang
jauh lebih besar lagi. Jika kita menggabungkan probabilitas-probabilitas ini
dan kita perluas hingga pembentukan protein yang lebih besar dan beragam, maka
perhitungannya menjadi tak terbayangkan.
IKATAN YANG BENAR SANGAT PENTING
Uraian
panjang di atas bahkan belum selesai menjelaskan kebuntuan teori evolusi. Asam
amino tidak cukup hanya dengan tersusun dalam jumlah, urutan dan struktur tiga
dimensi yang tepat. Pembentukan protein juga mengharuskan molekul-molekul asam
amino yang memiliki lebih dari satu lengan saling berikatan melalui cabang
tertentu saja. Ikatan seperti itu disebut "ikatan peptida". Asam-asam
amino dapat saling berikatan dengan berbagai cara; tetapi protein hanya terdiri
dari asam-asam amino yang terikat dengan ikatan "peptida".
Sebuah
analogi akan memperjelas masalah ini. Anggaplah semua bagian mobil telah
lengkap dan dipasang pada posisi yang tepat, tetapi salah satu rodanya tidak
dipasang dengan mur dan baut melainkan dengan seutas kawat. Kawat ini mengikat
roda sedemikian rupa sehingga pusat roda menghadap ke tanah. Mustahil mobil
seperti ini bisa bergerak sekalipun hanya satu meter, tak peduli betapa rumit
teknologinya dan betapa kuat motornya. Sekilas semuanya tampak berada pada
tempat yang benar, tetapi kesalahan memasang satu roda saja mengakibatkan
keseluruhan mobil tersebut tidak berguna. Sama halnya pada molekul protein,
jika ada satu saja ikatan antar asam amino yang bukan ikatan peptida, maka
keseluruhan molekul itu tidak akan berguna.
Penelitian
menunjukkan bahwa asam amino yang berikatan secara acak hanya dapat
menghasilkan ikatan peptida pada rasio 50% dan sisa-nya berikatan dengan ikatan
lain yang tidak terdapat pada protein. Agar berfungsi dengan baik, setiap asam
amino yang menyusun protein harus berikatan hanya dengan ikatan peptida,
sebagaimana asam amino tersebut harus dipilih dari yang berbentuk Levo saja.
Probabilitas
ini sama dengan probabilitas bahwa setiap protein adalah berbentuk Levo.
Misalnya jika sebuah protein terdiri dari 400 asam amino, berarti probabilitas
seluruh asam amino hanya berikatan dengan ikatan peptida adalah 1 berbanding
2399.
PROBABILITAS NOL
Seperti dapat
dilihat di bawah ini, probabilitas pembentukan sebuah molekul protein yang
terdiri dari 500 asam amino adalah "1" banding angka 1 yang diikuti
oleh 950 buah angka nol. Sebuah angka yang tidak dapat dipahami pemikiran
manusia. Ini hanya perhitungan teoretis di atas kertas. Dalam kenyataan,
probabilitas seperti itu berpeluang "0" untuk terjadi. Dalam matematika,
probabilitas yang lebih kecil dari 1 banding 1050, secara statistik dianggap
memiliki peluang "0" untuk terjadi. Probabilitas "1 banding
10950" jauh melampaui batas definisi ini.
Meskipun
sudah sedemikian jauh kemustahilan pembentukan secara kebetulan pada sebuah
protein yang tersusun dari 500 asam amino, kita masih dapat terus memaksa batas
akal kita dengan kemustahilan yang lebih tinggi lagi. Molekul
"hemoglobin", sebuah protein yang sangat vital, terdiri dari 574 asam
amino - lebih besar dibandingkan protein yang kita bahas di atas. Sekarang,
pikirkan ini: dalam satu sel darah merah dari miliaran yang ada dalam tubuh
kita, terdapat "280.000.000" (280 juta) molekul hemoglobin!
Perkiraan
usia bumi tidak memberi cukup waktu bagi pembentukan secara "coba-coba"
untuk satu protein saja, apalagi satu sel darah merah. Bahkan jika kita
menganggap asam-asam amino telah bergabung dan terurai secara
"coba-coba" untuk membangun sebuah protein tanpa sedikit pun waktu
terbuang sejak bumi terbentuk, maka waktu yang dibutuhkan untuk mengejar
probabilitas 1 banding 10950 adalah lebih panjang daripada usia bumi.
Kesimpulan
dari semua ini adalah: evolusi telah jatuh ke dalam jurang kemustahilan sejak
tahap pembentukan sebuah protein.
ADAKAH MEKANISME COBA-COBA DI ALAM?
Akhirnya,
kita sampai pada kesimpulan yang sangat penting tentang logika dasar
perhitungan probabilitas, seperti dicontohkan tadi. Telah ditunjukkan bahwa
perhitungan-perhitungan probabilitas di atas mencapai batas astronomis (jumlah
yang sangat besar) dan probabilitas astronomis ini hampir mustahil terjadi. Ini
adalah aspek yang jauh lebih penting sekaligus membingungkan bagi evolusionis.
Dalam kondisi alamiah, probabilitas-probabilitas ini bahkan tidak dapat dimulai
sama sekali, karena di alam tidak ada mekanisme coba-coba untuk menghasilkan
protein.
Perhitungan
di atas tentang probabilitas pembentukan sebuah molekul protein yang terdiri
dari 500 asam amino, hanya berlaku pada lingkungan coba-coba ideal, yang tidak
ada dalam kehidupan nyata. Artinya, probabilitas mendapatkan sebuah protein
yang berguna adalah "1" banding 10950, hanya jika kita menganggap ada
mekanisme imajiner di mana sebuah tangan gaib menyambungkan 500 asam amino
secara acak, ketika rantai yang terbentuk itu salah, menguraikannya lagi satu
persatu dan menyusunnya dengan urutan yang berbeda untuk kedua kalinya, dan
begitu seterusnya.
Dalam setiap
percobaan, asam-asam amino harus diuraikan satu per-satu dan kemudian disusun
kembali dengan urutan baru. Sintesis ini harus dihentikan setelah asam amino
ke-500 ditambahkan dan harus dipastikan tidak ada kelebihan asam amino.
Percobaan kemudian dihentikan untuk melihat apakah protein yang diinginkan
sudah terbentuk. Jika gagal, maka seluruhnya harus dibongkar dan dicoba dengan
urutan lain. Harus diingat, tidak boleh ada satu pun bahan tambahan. Selain
itu, penting bahwa selama percobaan, rantai yang terbentuk tidak boleh putus
atau rusak sebelum mencapai ikatan ke-499.
Kondisi ini
berarti bahwa probabilitas yang kita bahas di atas hanya dapat terjadi dalam
lingkungan terkontrol. Dalam lingkungan terkontrol itu terdapat mekanisme sadar
yang mengatur permulaan, akhir dan setiap tahap proses, dan hanya "seleksi
asam amino" saja yang terjadi secara untung-untungan. Sudah pasti, tidak mungkin
ada lingkungan seperti ini dalam kondisi alamiah. Jadi secara logis dan teknis,
mustahil terjadi pem-bentukan protein dalam lingkungan alamiah, terlepas dari
aspek 'probabilitas'. Bahkan, membicarakan probabilitas peristiwa seperti ini
saja sudah sangat tidak ilmiah.
Sejumlah
evolusionis yang 'kurang terpelajar' tidak mengerti hal ini. Berdasarkan asumsi
bahwa pembentukan sebuah protein hanyalah reaksi kimia sederhana, mereka
membuat kesimpulan yang menggelikan bahwa "asam-asam amino bergabung
melalui sebuah reaksi dan kemudian membentuk protein-protein". Tetapi
reaksi kimia yang terjadi secara kebetulan dalam sebuah struktur anorganik
hanya dapat menghasilkan perubahan-perubahan sederhana dan primitif. Jumlahnya
pun tertentu dan terbatas. Untuk membuat senyawa kimia yang lebih kompleks,
diperlukan pabrik-pabrik besar, instalasi kimia dan laboratorium. Obat-obatan
dan berbagai bahan kimia yang kita gunakan sehari-hari termasuk dalam jenis
ini. Namun protein memiliki struktur yang jauh lebih kompleks daripada bahan
kimia yang diproduksi industri. Karenanya, protein - yang masing-masingnya
merupakan kehebatan desain dan rekayasa, dengan setiap bagiannya berada pada
posisi dan urutan yang tepat - mustahil bermula dari reaksi kimia acak
PROBABILITAS
PROTEIN TERBENTUK SECARA KEBETULAN ADALAH NOL
Ada
3 syarat utama dalam pembentukan protein yang berguna:
Syarat
pertama : semua asam amino pada rantai protein harus dari jenis yang benar dan
berada pada urutan yang benar.
Syarat
kedua :semua asam amino pada rantai tersebut berbentuk Levo.
Syarat
ketiga :semua asam amino saling berikatan dengan membentuk ikatan peptida.
Agar
sebuah protein terbentuk secara kebetulan, ketiga syarat utama di atas harus
dipenuhi secara bersamaan. Probabilitas pembentukan protein secara kebetulan
adalah sama dengan mengalikan probabilitas pemenuhan masing-masing syarat
tersebut.
Misalnya
untuk sebuah molekul berukuran rata-rata yang terdiri dari 500 asam amino :
1.
Probabilitas asam amino berada dalam urutan yang benar
Ada
20 jenis asam amino yang digunakan dalam penyusunan sebuah protein. Berarti:
-
Probabilitas setiap asam amino yang terpilih
dengan
tepat dari 20 jenis = 1/20
-
Probabilitas 500 asam amino tersebut terpilih dengan tepat = 1/20500 = 1/10650
= 1 peluang dalam 10650
2.
Probabilitas asam amino berbentuk Levo
-
Probabilitas satu asam amino Levo terpilih = 1/2
-
Probabilitas 500 asam amino yang terpilih seluruhnya berbentuk asam amino Levo
= 1/2500 = 1/10150 = 1 peluang dalam 10150
3.
Probabilitas asam-asam amino bergabung dengan ikatan peptida:
Asam
amino dapat saling berikatan dengan beragam ikatan kimia. Agar terbentuk
protein yang berguna, seluruh asam amino pada rantai harus berikatan dengan
ikatan khusus yang disebut "ikatan peptida". Telah dihitung bahwa
probabilitas asam-asam amino berikatan dengan ikatan peptida dan bukan dengan
ikatan yang lain adalah 50%. Berdasarkan hal ini:
-
Probabilitas dua asam amino berikatan dengan "ikatan peptida" = 1/2
-
Probabilitas 500 asam amino berikatan dengan "ikatan peptida" =
1/2499 = 1/10150 = 1 peluang dalam 10150
PROBABILITAS
TOTAL = 1/10650 X 1/10150 X 1/10150
=
1/10950 = 1 peluang dalam 10950
Probabilitas
sebuah molekul protein berukuran rata-rata yang terdiri dari 500 asam amino
tersusun dalam jumlah dan urutan yang tepat, dan hanya terdiri dari asam amino
Levo, dengan rantai hanya terbentuk dari ikatan peptida adalah "1"
banding 10950. Kita dapat menuliskan angka ini dengan meletakkan 950 angka nol
sesudah angka 1 sebagai berikut :
10950=
100.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000
Marilah untuk
sesaat kita mengesampingkan segala kemustahilan yang kita bahas barusan, dan
anggaplah sebuah molekul protein yang berguna memang berevolusi spontan secara
"kebetulan". Pada titik ini pun, evolusi lagi-lagi tidak mempunyai
jawaban, karena untuk mempertahankan keberadaannya, protein ini harus
terisolasi dari lingkungan alamiahnya dan terlindung dalam kondisi yang sangat
khusus. Jika tidak, protein ini akan terurai oleh kondisi alamiah bumi atau
bergabung dengan senyawa-senyawa asam, asam-asam amino ataupun senyawa kimia
lain, sehingga kehilangan sifat-sifatnya dan berubah menjadi senyawa yang sama
sekali berbeda dan tidak berguna.
PERTENTANGAN EVOLUSIONER TENTANG ASAL USUL KEHIDUPAN
Pertanyaan
"bagaimana makhluk hidup pertama kali muncul" adalah kebuntuan yang
kritis bagi evolusionis, sehingga mereka biasanya meng-hindari masalah ini.
Mereka mencoba berkelit dengan mengatakan bahwa "makhluk-makhluk hidup
pertama muncul sebagai hasil dari kejadian acak di dalam air". Mereka
menghadapi rintangan yang tidak bisa mereka tembus. Terlepas dari argumen
evolusi paleontologis, dalam hal ini, tidak ada fosil yang dapat didistorsi dan
ditafsirkan sesuka hati untuk mendukung pernyataan mereka. Karena itu, teori
evolusi jelas-jelas telah terbantah sejak awal.
Ada satu hal
penting yang harus diingat: jika satu tahap saja dari proses evolusi
terbukti mustahil, cukup untuk membuktikan kesalahan dan ketidakabsahan teori
secara keseluruhan. Contohnya, karena pembentukan protein secara coba-coba
terbukti mustahil, maka seluruh pernyataan mengenai tahap proses evolusi
selanjutnya juga terbantah. Sampai di sini, spekulasi atas tengkorak manusia
dan kera menjadi tidak berarti.
Pertanyaan
tentang bagaimana organisme hidup dapat muncul dari materi anorganik sudah lama
dihindari para evolusionis. Akan tetapi, pertanyaan ini berkembang menjadi
masalah yang tidak bisa dielakkan. Dan mereka berusaha menjawab masalah ini
dengan serangkaian penelitian pada perempat kedua abad ke-20.
Pertanyaan
utamanya adalah: bagaimana sel hidup pertama dapat muncul di atmosfir bumi
purba? Dengan kata lain, penjelasan seperti apa yang akan dikemukakan
evolusionis untuk menjawab pertanyaan ini?
Jawabannya
dicari melalui berbagai eksperimen. Ilmuwan dan peneliti evolusionis melakukan
berbagai eksperimen laboratorium untuk menjawab pertanyaan ini tetapi tidak
menghasilkan apa pun yang menarik. Studi tentang awal kehidupan yang paling
dihargai adalah Eksperimen Miller yang dilakukan oleh peneliti Amerika
bernama Stanley Miller pada tahun 1953. (Eksperimen ini dikenal juga sebagai
"Eksperimen Urey-Miller" karena kontribusi Harold Urey, instruktur
Miller dari Universitas Chicago.)
Eksperimen
ini adalah satu-satunya "bukti" bagi "tesis evolusi
molekuler" untuk menerangkan tahap pertama periode evolusi. Meskipun sudah
hamper setengah abad berlalu, dan teknologi telah berkembang pesat, tak seorang
pun berupaya lebih lanjut. Eksperimen Miller tetap diajarkan dalam buku-buku
sebagai penjelasan evolusi generasi pertama makhluk hidup. Evolusionis sadar
bahwa fakta yang dihasilkan penelitian semacam ini tidak mendukung dan
sebaliknya justru membantah pernyataan mereka, karenanya mereka dengan sengaja
menghindari eksperimen serupa.
(Bersambung
ke bagian C)
Sumber: www.harunyahya.com
0 komentar:
Posting Komentar