Rabu, 08 Oktober 2014

KERUNTUHAN TEORI EVOLUSI - BAB 13 (Bagian B)


KERUNTUHAN TEORI EVOLUSI
(Harun Yahya)

BAB 13 (Bagian B)

MITOS HOMOLOGI

Dalam ilmu biologi, kemiripan struktural di antara spesies yang berbeda disebut "homologi". Evolusionis mencoba mengajukan kemiripan tersebut sebagai bukti evolusi.

Darwin mengira bahwa makhluk-makhluk dengan organ yang mirip (homolog) memiliki hubungan evolusi di antara mereka, dan organ-organ ini diwarisi dari nenek moyang yang sama. Menurut asumsinya, merpati dan elang memiliki sayap; karena itu merpati, elang dan bahkan semua unggas bersayap berevolusi dari nenek moyang yang sama.

Homologi merupakan argumen menyesatkan yang dikemukakan hanya berdasarkan kemiripan fisik. Sejak zaman Darwin hingga sekarang, argumen ini belum pernah dibuktikan oleh satu temuan konkret pun. Tidak pernah ditemukan satu pun fosil nenek moyang imajiner yang memiliki struktur-struktur homolog. Lagi pula, hal-hal berikut ini memperjelas bahwa homologi tidak membuktikan bahwa evolusi telah terjadi:
1. Organ-organ homolog ditemukan pula pada spesies-spesies yang sangat berbeda, yang bahkan evolusionis pun tidak dapat menunjukkan hubungan evolusi di antara spesies-spesies tersebut.
2. Kode-kode genetis beberapa makhluk yang memiliki organ-organ homolog sama sekali berbeda satu sama lain.
3. Perkembangan embriologis organ-organ homolog benar-benar berbeda pada makhluk-makhluk yang berbeda.

Mari kita lihat hal-hal ini satu per satu.

ORGAN-ORGAN SERUPA PADA SPESIES YANG BERBEDA

Ada sejumlah organ homolog yang sama-sama dimiliki berbagai spesies berbeda, namun evolusionis tidak mampu menunjukkan hubungan evolusi di antara mereka. Misalnya sayap. Selain pada burung, sayap terdapat pula pada hewan mamalia (seperti kelelawar), pada serangga, bahkan pada jenis reptil yang telah punah (beberapa dinosaurus). Tetapi evolusionis tidak menyatakan hubungan evolusi atau kekerabatan di antara keempat kelompok hewan ini.

Contoh mencolok lainnya adalah kemiripan yang menakjubkan pada struktur mata berbagai jenis makhluk. Misalnya, walau gurita dan manusia adalah dua spesies yang jauh berbeda, struktur dan fungsi keduanya sangat mirip. Namun evolusionis tidak menyatakan bahwa mereka mempunyai nenek moyang yang sama karena kemiripan mata. Contoh-contoh ini, dan banyak lagi lainnya, memastikan bahwa pernyataan "organ-organ homolog membuktikan spesies makhluk hidup berevolusi dari satu nenek moyang yang sama" tidak memiliki landasan ilmiah.

Konsep organ-organ homolog justru sangat mempermalukan evolusionis. Pengakuan evolusionis terkenal, Frank Salisbury, tentang kemiripan mata berbagai spesies yang sangat berbeda menegaskan kebuntuan konsep homologi:

Bahkan struktur sekompleks mata telah muncul beberapa kali; misalnya pada cumi-cumi, vertebrata dan artropoda. Menjelaskan salah satu asal usul struktur tersebut saja sudah sangat sulit, memikirkan produksi struktur tersebut berulang-ulang sesuai dengan teori sintetis modern membuat kepala saya pusing.12

KEBUNTUAN GENETIS DAN EMBRIOLOGIS PADA HOMOLOGI

Agar konsep "homologi" evolusionis bisa diakui, organ-organ serupa (homolog) pada makhluk yang berbeda harus dikode oleh kode-kode DNA yang juga serupa (homolog). Namun kenyataannya tidak demikian. Dalam kebanyakan kasus, kode genetis mereka sangat berbeda. Justru, kode-kode genetis serupa pada berbagai makhluk sering terkait dengan organ-organ yang sama sekali berbeda.

Michael Denton, profesor biokimia Australia, dalam bukunya Evolution: A Theory in Crisis, menjelaskan kebuntuan evolusionis menafsirkan homologi dari sudut genetika: "Struktur-struktur homolog sering ditentukan oleh sistem genetis yang tidak homolog, dan konsep homologi jarang bisa dirunut ke dalam embriologi."13

Agar konsep homologi dianggap sah, perkembangan embriologis (tahap-tahap perkembangan pada telur atau rahim induk) pada spesies-spesies dengan organ-organ homolog seharusnya memiliki kecenderungan atau arah yang sama. Nyatanya, perkembangan embriologis organ-organ tersebut sangat berbeda pada setiap makhluk hidup.

Sebagai kesimpulan, dapat kita katakan bahwa riset genetis dan embriologis telah membuktikan bahwa konsep homologi yang dinyatakan Darwin sebagai "bukti evolusi makhluk-makhluk hidup dari nenek mo-yang yang sama" tidak dapat dianggap sebagai bukti sama sekali. Dalam hal ini, ilmu pengetahuan telah berkali-kali membuktikan bahwa tesis Darwin salah.

KETIDAKABSAHAN PERNYATAAN HOMOLOGI MOLEKULER

Pengajuan homologi sebagai bukti evolusi tidak saja gagal pada tingkat organ tetapi juga pada tingkat molekuler. Evolusionis mengatakan bahwa ada kemiripan antara kode-kode DNA atau struktur-struktur protein pada spesies-spesies berbeda, dan kemiripan ini membuktikan makhluk-makhluk hidup ini telah berevolusi dari nenek moyang yang sama atau dari satu sama lain. Sebagai contoh, media evolusionis senantiasa menyatakan bahwa "ada kemiripan besar antara DNA manusia dan DNA kera". Kemiripan ini dikemukakan sebagai bukti hubungan evolusi antara manusia dan kera.

Contoh paling berlebihan dari argumen ini mengacu pada terdapatnya 46 kromosom pada manusia dan 48 pada beberapa jenis kera seperti simpanse. Evolusionis menganggap kedekatan jumlah kromosom antara spesies yang berbeda merupakan bukti hubungan evolusi. Namun, jika hal ini benar, maka manusia memiliki kerabat lebih dekat: kentang. Dibandingkan dengan kera atau simpanse, kentang memiliki jumlah kromosom lebih dekat dengan jumlah kromosom manusia, yaitu 46! Dengan kata lain, manusia dan kentang memiliki jumlah kromosom yang sama! Contoh nyata tetapi menggelikan ini menunjukkan bah-wa kemiripan DNA tidak dapat dijadikan bukti hubungan evolusi.

Di sisi lain, terdapat perbedaan molekuler yang sangat besar di antara makhluk-makhluk yang tampaknya mirip dan berkerabat. Sebagai contoh, struktur Sitokrom-C, salah satu protein penting bagi pernapasan, sangat berbeda pada makhluk-makhluk hidup dalam kelas yang sama.

Description: 202
Prof. Michael Denton: "Teori Evolusi adalah teori dalam krisis"

Menurut hasil riset, perbedaan antara dua spesies reptil lebih besar dibandingkan perbedaan antara burung dan ikan atau antara ikan dan mamalia. Studi lain menunjukkan bahwa perbedaan molekuler antara beberapa burung lebih besar dibandingkan perbedaan molekuler antara burung-burung tersebut dengan mamalia. Telah ditemukan pula bahwa antara bakteri-bakteri yang tampaknya sama ternyata ada perbedaan molekuler lebih besar dibandingkan perbedaan molekular antara mamalia dan amfibi atau serangga.14 Perbandingan serupa telah dilakukan pada hemoglobin, mioglobin, hormon-hormon dan gen-gen dengan kesimpulan yang sama.15

Berkenaan dengan temuan ini dan temuan terkait lainnya, Dr. Michael Denton berkomentar:

Masing-masing kelas pada tingkat molekuler adalah unik, terisolasi dan tidak dihubungkan oleh bentuk antara. Jadi, molekul-molekul, seperti halnya fosil-fosil, telah gagal menyediakan bentuk antara yang selama ini dicari oleh biologi evolusioner... Pada tingkat molekuler, tidak ada organisme "nenek moyang" atau "lebih primitif" atau "lebih maju" di-bandingkan kerabatnya... Apabila bukti molekuler ini diketahui satu abad yang lalu... gagasan evolusi organis ini mungkin tidak akan pernah diterima.16

MITOS REKAPITULASI EMBRIOLOGIS

Meskipun telah disingkirkan dari literatur ilmiah, beberapa terbitan evolusionis masih sering mengajukan "teori rekapitulasi" sebagai realitas ilmiah. Istilah "rekapitulasi" adalah peringkasan dari ungkapan "Ontogeni merekapitulasi filogeni" yang dikemukakan ahli biologi evolusionis, Ernst Haeckel, pada akhir abad ke-19

Description: 205
Dalam banyak hal, Haeckel adalah evolusionis yang lebih bernafsu dibandingkan Darwin. Karenanya, ia tidak ragu menyimpangkan data ilmiah dan melakukan berbagai pemalsuan.

Teori yang diajukan Haeckel ini menyatakan bahwa embrio-embrio mengulangi proses evolusi yang telah dialami nenek-nenek moyangnya. Haeckel berteori bahwa selama masa perkembangan di dalam rahim ibu, embrio manusia menunjukkan karakteristik ikan, kemudian karakteristik reptil, dan akhirnya karakteristik manusia.

Tahun-tahun selanjutnya, terbukti bahwa teori ini sama sekali keliru. Yang dianggap "insang" pada tahap awal embrio ternyata adalah fase awal saluran telinga bagian tengah, kelenjar paratiroid dan kelenjar timus. Bagian embrio yang menyerupai "kantung kuning telur" ternyata adalah kantung yang menghasilkan darah bagi bayi. Bagian yang dianggap "ekor" oleh Haeckel dan pengikutnya ternyata adalah tulang punggung yang menyerupai ekor hanya karena terbentuk lebih dulu daripada kaki.

Ini adalah fakta-fakta yang telah diakui luas dalam dunia ilmiah, bahkan diterima oleh evolusionis sendiri. Salah satu pendiri neo-Darwinisme, George Gaylord Simpson, menulis:

Haeckel keliru menggunakan prinsip evolusi. Kini telah diketahui pasti bahwa ontogeni tidak mengulangi filogeni.17

Dalam sebuah artikel American Scientist dinyatakan:

Tentu saja hukum biogenetis benar-benar telah mati. Hukum ini akhirnya disingkirkan dari buku-buku pelajaran biologi pada tahun lima puluhan. Sebagai sebuah topik penelitian teoretis yang serius, hukum ini telah punah pada tahun dua puluhan...18

Aspek lain yang menarik dari "rekapitulasi" adalah Ernst Haeckel sendiri, yang membuat ilustrasi palsu untuk mendukung teorinya. Haeckel menggambarkan seolah-olah embrio ikan dan embrio manusia mirip satu sama lain. Ketika hal ini diketahui, ia hanya bisa berdalih bahwa evolusionis lain telah melakukan hal yang sama:

Setelah setuju membuat pengakuan tentang "pemalsuan" ini, saya seharusnya merasa terhukum dan hancur, kalau saja tidak terhibur dengan melihat di samping saya ada ratusan rekan terhukum dalam kerangkeng tawanan. Banyak di antara mereka yang merupakan peneliti terpercaya dan ahli biologi terhormat. Sebagian besar diagram dalam buku-buku pelajaran, risalah-risalah dan jurnal-jurnal biologi terbaik, akan menerima tuduhan "pemalsuan" dalam kadar yang sama, karena semuanya tidak pasti dan sedikit banyak telah ditambah, dikurangi dan direkayasa.19

Memang benar "ada ratusan rekan terhukum, banyak di antara mereka adalah peneliti terpercaya dan ahli biologi terhormat" yang memberikan kajian-kajian penuh dengan kesimpulan berpraduga, distorsi, dan bahkan pemalsuan. Ini terjadi karena mereka mengondisikan dirinya untuk memperjuangkan teori evolusi meski tak ada secuil bukti ilmiah pun yang mendukungnya

Description: 206
EMBRIO MANUSIA TIDAK MEMILIKI INSANG
Setelah dianggap sebagai warisan dari nenek moyang, lipatan-lipatan pada embrio manusia kini didefinisikan kembali. Telah terbukti bahwa embrio manusia tidak merekapitulasi sejarah evolusi manusia.

Referensi :
1.L Loren C. Eiseley, The Immense Journey, Vintage Books, 1958, hlm. 186.
2. Charles Darwin, The Origin of Species: A Facsimile of the First Edition, Harvard University Press, 1964, S. 184
3. Norman Macbeth, Darwin Retried: An Appeal to Reason, Harvard Common Press, New York: 1971, S. 33
*) Hortikulturis Amerika yang telah mengembangkan banyak varietas baru buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga, termasuk kentang Burbank dan bunga aster Shasta
4. Ybd., S. 36
5. Loren Eiseley, The Immense Journey, Vintage Books, 1958. S. 227
6.Stuart B. Levy, "The Challenge of Antibiotic Resistance", Scientific American, Maret 1998, hlm. 35.
7. Medical Tribune, 29 Desember 1988, hlm. 1, 23..
8.Francisco J. Ayala, "The Mechanisms of Evolution", Scientific American, Vol. 239, September 1978, hlm. 64.
*) dari bahasa Latin vestigium, artinya jejak
9. S. R. Scadding, "Do 'Vestigial Organs' Provide Evidence for Evolution?", Evolutionary Theory, Vol 5, Mei 1981, hlm. 173.
*) penghasil limfa / getah bening 
10. The Merck Manual of Medical Information, Home edition, New Jersey: Merck & Co., Inc. The Merck Publishing Group, Rahway, 1997.
11.H. Enoch, Creation and Evolution, New York: 1966, hlm. 18-19.
12. Frank Salisbury, "Doubts About the Modern Synthetic Theory of Evolution", American Biology Teacher, September 1971, hlm. 338.
13. Michael Denton, Evolution: A Theory in Crisis. London, Burnett Books, 1985, hlm. 145.
14. W. R. Bird, The Origin of Species Revisited, Thomas Nelson Co., Nashville: 1991, hlm. 98-99; Percival Davis, Dean Kenyon, Of Pandas and People, Haughton Publishing Co., 1990, hlm. 35-38.
15. W. R. Bird, The Origin of Species Revisited, hlm. 98-99, 199-202.
16. Michael Denton, Evolution: A Theory in Crisis. London, Burnett Books, 1985, hlm. 290-291.
17. G. G. Simpson, W. Beck, An Introduction to Biology, New York, Harcourt Brace and World, 1965, hlm. 241.
18. Keith S. Thompson, "Ontogeny and Phylogeny Recapitulated", American Scientist, Vol 76, Mei/Juni 1988, hlm. 273.
19. Francis Hitching, The Neck of the Giraffe: Where Darwin Went Wrong, New York: Ticknor and Fields 1982, hlm. 204.

* * * * *

Sumber: www.harunyahya.com

0 komentar:

Posting Komentar