KERUNTUHAN TEORI EVOLUSI
(Harun Yahya)
BAB 13 (Bagian B)
MITOS HOMOLOGI
Dalam ilmu
biologi, kemiripan struktural di antara spesies yang berbeda disebut
"homologi". Evolusionis mencoba mengajukan kemiripan tersebut sebagai
bukti evolusi.
Darwin
mengira bahwa makhluk-makhluk dengan organ yang mirip (homolog) memiliki
hubungan evolusi di antara mereka, dan organ-organ ini diwarisi dari nenek
moyang yang sama. Menurut asumsinya, merpati dan elang memiliki sayap; karena
itu merpati, elang dan bahkan semua unggas bersayap berevolusi dari nenek
moyang yang sama.
Homologi
merupakan argumen menyesatkan yang dikemukakan hanya berdasarkan kemiripan
fisik. Sejak zaman Darwin hingga sekarang, argumen ini belum pernah dibuktikan
oleh satu temuan konkret pun. Tidak pernah ditemukan satu pun fosil nenek
moyang imajiner yang memiliki struktur-struktur homolog. Lagi pula, hal-hal
berikut ini memperjelas bahwa homologi tidak membuktikan bahwa evolusi telah
terjadi:
1.
Organ-organ homolog ditemukan pula pada spesies-spesies yang sangat berbeda,
yang bahkan evolusionis pun tidak dapat menunjukkan hubungan evolusi di antara
spesies-spesies tersebut.
2. Kode-kode
genetis beberapa makhluk yang memiliki organ-organ homolog sama sekali berbeda
satu sama lain.
3.
Perkembangan embriologis organ-organ homolog benar-benar berbeda pada
makhluk-makhluk yang berbeda.
Mari kita
lihat hal-hal ini satu per satu.
ORGAN-ORGAN SERUPA PADA SPESIES YANG BERBEDA
Ada sejumlah
organ homolog yang sama-sama dimiliki berbagai spesies berbeda, namun
evolusionis tidak mampu menunjukkan hubungan evolusi di antara mereka. Misalnya
sayap. Selain pada burung, sayap terdapat pula pada hewan mamalia (seperti
kelelawar), pada serangga, bahkan pada jenis reptil yang telah punah (beberapa
dinosaurus). Tetapi evolusionis tidak menyatakan hubungan evolusi atau
kekerabatan di antara keempat kelompok hewan ini.
Contoh
mencolok lainnya adalah kemiripan yang menakjubkan pada struktur mata berbagai
jenis makhluk. Misalnya, walau gurita dan manusia adalah dua spesies yang jauh
berbeda, struktur dan fungsi keduanya sangat mirip. Namun evolusionis tidak
menyatakan bahwa mereka mempunyai nenek moyang yang sama karena kemiripan mata.
Contoh-contoh ini, dan banyak lagi lainnya, memastikan bahwa pernyataan
"organ-organ homolog membuktikan spesies makhluk hidup berevolusi dari
satu nenek moyang yang sama" tidak memiliki landasan ilmiah.
Konsep
organ-organ homolog justru sangat mempermalukan evolusionis. Pengakuan
evolusionis terkenal, Frank Salisbury, tentang kemiripan mata berbagai spesies
yang sangat berbeda menegaskan kebuntuan konsep homologi:
Bahkan
struktur sekompleks mata telah muncul beberapa kali; misalnya pada cumi-cumi,
vertebrata dan artropoda. Menjelaskan salah satu asal usul struktur tersebut
saja sudah sangat sulit, memikirkan produksi struktur tersebut berulang-ulang
sesuai dengan teori sintetis modern membuat kepala saya pusing.12
KEBUNTUAN GENETIS DAN EMBRIOLOGIS PADA HOMOLOGI
Agar konsep
"homologi" evolusionis bisa diakui, organ-organ serupa (homolog) pada
makhluk yang berbeda harus dikode oleh kode-kode DNA yang juga serupa (homolog).
Namun kenyataannya tidak demikian. Dalam kebanyakan kasus, kode genetis mereka
sangat berbeda. Justru, kode-kode genetis serupa pada berbagai makhluk sering
terkait dengan organ-organ yang sama sekali berbeda.
Michael
Denton, profesor biokimia Australia, dalam bukunya Evolution: A Theory in
Crisis, menjelaskan kebuntuan evolusionis menafsirkan homologi dari sudut
genetika: "Struktur-struktur homolog sering ditentukan oleh sistem genetis
yang tidak homolog, dan konsep homologi jarang bisa dirunut ke dalam
embriologi."13
Agar konsep
homologi dianggap sah, perkembangan embriologis (tahap-tahap perkembangan pada
telur atau rahim induk) pada spesies-spesies dengan organ-organ homolog
seharusnya memiliki kecenderungan atau arah yang sama. Nyatanya, perkembangan
embriologis organ-organ tersebut sangat berbeda pada setiap makhluk hidup.
Sebagai
kesimpulan, dapat kita katakan bahwa riset genetis dan embriologis telah
membuktikan bahwa konsep homologi yang dinyatakan Darwin sebagai "bukti
evolusi makhluk-makhluk hidup dari nenek mo-yang yang sama" tidak dapat
dianggap sebagai bukti sama sekali. Dalam hal ini, ilmu pengetahuan telah
berkali-kali membuktikan bahwa tesis Darwin salah.
KETIDAKABSAHAN PERNYATAAN HOMOLOGI MOLEKULER
Pengajuan
homologi sebagai bukti evolusi tidak saja gagal pada tingkat organ tetapi juga
pada tingkat molekuler. Evolusionis mengatakan bahwa ada kemiripan antara
kode-kode DNA atau struktur-struktur protein pada spesies-spesies berbeda, dan
kemiripan ini membuktikan makhluk-makhluk hidup ini telah berevolusi dari nenek
moyang yang sama atau dari satu sama lain. Sebagai contoh, media evolusionis
senantiasa menyatakan bahwa "ada kemiripan besar antara DNA manusia dan
DNA kera". Kemiripan ini dikemukakan sebagai bukti hubungan evolusi antara
manusia dan kera.
Contoh paling
berlebihan dari argumen ini mengacu pada terdapatnya 46 kromosom pada manusia
dan 48 pada beberapa jenis kera seperti simpanse. Evolusionis menganggap
kedekatan jumlah kromosom antara spesies yang berbeda merupakan bukti hubungan
evolusi. Namun, jika hal ini benar, maka manusia memiliki kerabat lebih dekat:
kentang. Dibandingkan dengan kera atau simpanse, kentang memiliki jumlah
kromosom lebih dekat dengan jumlah kromosom manusia, yaitu 46! Dengan kata
lain, manusia dan kentang memiliki jumlah kromosom yang sama! Contoh nyata
tetapi menggelikan ini menunjukkan bah-wa kemiripan DNA tidak dapat dijadikan
bukti hubungan evolusi.
Di sisi lain,
terdapat perbedaan molekuler yang sangat besar di antara makhluk-makhluk
yang tampaknya mirip dan berkerabat. Sebagai contoh, struktur Sitokrom-C,
salah satu protein penting bagi pernapasan, sangat berbeda pada makhluk-makhluk
hidup dalam kelas yang sama.
Prof.
Michael Denton: "Teori Evolusi adalah teori dalam krisis"
Menurut hasil
riset, perbedaan antara dua spesies reptil lebih besar dibandingkan perbedaan
antara burung dan ikan atau antara ikan dan mamalia. Studi lain menunjukkan
bahwa perbedaan molekuler antara beberapa burung lebih besar dibandingkan
perbedaan molekuler antara burung-burung tersebut dengan mamalia. Telah
ditemukan pula bahwa antara bakteri-bakteri yang tampaknya sama ternyata ada
perbedaan molekuler lebih besar dibandingkan perbedaan molekular antara mamalia
dan amfibi atau serangga.14 Perbandingan serupa telah dilakukan pada
hemoglobin, mioglobin, hormon-hormon dan gen-gen dengan kesimpulan yang sama.15
Berkenaan
dengan temuan ini dan temuan terkait lainnya, Dr. Michael Denton berkomentar:
Masing-masing
kelas pada tingkat molekuler adalah unik, terisolasi dan tidak dihubungkan oleh
bentuk antara. Jadi, molekul-molekul, seperti halnya fosil-fosil, telah gagal
menyediakan bentuk antara yang selama ini dicari oleh biologi evolusioner... Pada
tingkat molekuler, tidak ada organisme "nenek moyang" atau
"lebih primitif" atau "lebih maju" di-bandingkan
kerabatnya... Apabila bukti molekuler ini diketahui satu abad yang lalu...
gagasan evolusi organis ini mungkin tidak akan pernah diterima.16
MITOS REKAPITULASI EMBRIOLOGIS
Meskipun
telah disingkirkan dari literatur ilmiah, beberapa terbitan evolusionis masih
sering mengajukan "teori rekapitulasi" sebagai realitas ilmiah.
Istilah "rekapitulasi" adalah peringkasan dari ungkapan
"Ontogeni merekapitulasi filogeni" yang dikemukakan ahli biologi
evolusionis, Ernst Haeckel, pada akhir abad ke-19
Dalam
banyak hal, Haeckel adalah evolusionis yang lebih bernafsu dibandingkan Darwin.
Karenanya, ia tidak ragu menyimpangkan data ilmiah dan melakukan berbagai pemalsuan.
Teori yang
diajukan Haeckel ini menyatakan bahwa embrio-embrio mengulangi proses evolusi
yang telah dialami nenek-nenek moyangnya. Haeckel berteori bahwa selama masa
perkembangan di dalam rahim ibu, embrio manusia menunjukkan karakteristik ikan,
kemudian karakteristik reptil, dan akhirnya karakteristik manusia.
Tahun-tahun
selanjutnya, terbukti bahwa teori ini sama sekali keliru. Yang dianggap
"insang" pada tahap awal embrio ternyata adalah fase awal saluran
telinga bagian tengah, kelenjar paratiroid dan kelenjar timus. Bagian embrio
yang menyerupai "kantung kuning telur" ternyata adalah kantung yang
menghasilkan darah bagi bayi. Bagian yang dianggap "ekor" oleh
Haeckel dan pengikutnya ternyata adalah tulang punggung yang menyerupai ekor
hanya karena terbentuk lebih dulu daripada kaki.
Ini adalah
fakta-fakta yang telah diakui luas dalam dunia ilmiah, bahkan diterima oleh
evolusionis sendiri. Salah satu pendiri neo-Darwinisme, George Gaylord Simpson,
menulis:
Haeckel
keliru menggunakan prinsip evolusi. Kini telah diketahui pasti bahwa
ontogeni tidak mengulangi filogeni.17
Dalam sebuah
artikel American Scientist dinyatakan:
Tentu saja
hukum biogenetis benar-benar telah mati. Hukum ini akhirnya disingkirkan dari
buku-buku pelajaran biologi pada tahun lima puluhan. Sebagai sebuah topik
penelitian teoretis yang serius, hukum ini telah punah pada tahun dua
puluhan...18
Aspek lain
yang menarik dari "rekapitulasi" adalah Ernst Haeckel sendiri, yang
membuat ilustrasi palsu untuk mendukung teorinya. Haeckel menggambarkan
seolah-olah embrio ikan dan embrio manusia mirip satu sama lain. Ketika hal ini
diketahui, ia hanya bisa berdalih bahwa evolusionis lain telah melakukan hal
yang sama:
Setelah
setuju membuat pengakuan tentang "pemalsuan" ini, saya seharusnya
merasa terhukum dan hancur, kalau saja tidak terhibur dengan melihat di samping
saya ada ratusan rekan terhukum dalam kerangkeng tawanan. Banyak di antara
mereka yang merupakan peneliti terpercaya dan ahli biologi terhormat. Sebagian
besar diagram dalam buku-buku pelajaran, risalah-risalah dan jurnal-jurnal
biologi terbaik, akan menerima tuduhan "pemalsuan" dalam kadar yang
sama, karena semuanya tidak pasti dan sedikit banyak telah ditambah, dikurangi
dan direkayasa.19
Memang benar
"ada ratusan rekan terhukum, banyak di antara mereka adalah peneliti
terpercaya dan ahli biologi terhormat" yang memberikan kajian-kajian penuh
dengan kesimpulan berpraduga, distorsi, dan bahkan pemalsuan. Ini terjadi
karena mereka mengondisikan dirinya untuk memperjuangkan teori evolusi meski
tak ada secuil bukti ilmiah pun yang mendukungnya
EMBRIO
MANUSIA TIDAK MEMILIKI INSANG
Setelah
dianggap sebagai warisan dari nenek moyang, lipatan-lipatan pada embrio manusia
kini didefinisikan kembali. Telah terbukti bahwa embrio manusia tidak
merekapitulasi sejarah evolusi manusia.
Referensi
:
1.L Loren
C. Eiseley, The Immense Journey, Vintage Books, 1958, hlm. 186.
2. Charles
Darwin, The Origin of Species: A Facsimile of the First Edition, Harvard
University Press, 1964, S. 184
3. Norman
Macbeth, Darwin Retried: An Appeal to Reason, Harvard Common Press, New York:
1971, S. 33
*)
Hortikulturis Amerika yang telah mengembangkan banyak varietas baru
buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga, termasuk kentang Burbank dan bunga aster
Shasta
4. Ybd.,
S. 36
5. Loren
Eiseley, The Immense Journey, Vintage Books, 1958. S. 227
6.Stuart
B. Levy, "The Challenge of Antibiotic Resistance", Scientific
American, Maret 1998, hlm. 35.
7. Medical
Tribune, 29 Desember 1988, hlm. 1, 23..
8.Francisco
J. Ayala, "The Mechanisms of Evolution", Scientific American, Vol.
239, September 1978, hlm. 64.
*) dari
bahasa Latin vestigium, artinya jejak
9. S. R.
Scadding, "Do 'Vestigial Organs' Provide Evidence for Evolution?",
Evolutionary Theory, Vol 5, Mei 1981, hlm. 173.
*)
penghasil limfa / getah bening
10. The
Merck Manual of Medical Information, Home edition, New Jersey: Merck & Co.,
Inc. The Merck Publishing Group, Rahway, 1997.
11.H.
Enoch, Creation and Evolution, New York: 1966, hlm. 18-19.
12. Frank
Salisbury, "Doubts About the Modern Synthetic Theory of Evolution",
American Biology Teacher, September 1971, hlm. 338.
13.
Michael Denton, Evolution: A Theory in Crisis. London, Burnett Books, 1985,
hlm. 145.
14. W. R.
Bird, The Origin of Species Revisited, Thomas Nelson Co., Nashville: 1991, hlm.
98-99; Percival Davis, Dean Kenyon, Of Pandas and People, Haughton Publishing
Co., 1990, hlm. 35-38.
15. W. R.
Bird, The Origin of Species Revisited, hlm. 98-99, 199-202.
16.
Michael Denton, Evolution: A Theory in Crisis. London, Burnett Books, 1985,
hlm. 290-291.
17. G. G.
Simpson, W. Beck, An Introduction to Biology, New York, Harcourt Brace and
World, 1965, hlm. 241.
18. Keith
S. Thompson, "Ontogeny and Phylogeny Recapitulated", American
Scientist, Vol 76, Mei/Juni 1988, hlm. 273.
19.
Francis Hitching, The Neck of the Giraffe: Where Darwin Went Wrong, New York:
Ticknor and Fields 1982, hlm. 204.
* * * * *
Sumber: www.harunyahya.com
0 komentar:
Posting Komentar