Rabu, 08 Oktober 2014

KERUNTUHAN TEORI EVOLUSI - BAB 9 (Bagian A)


KERUNTUHAN TEORI EVOLUSI
(Harun Yahya)

BAB 9 (Bagian A)

SKENARIO EVOLUSI MANUSIA

Dalam bab-bab sebelumnya, kita melihat bahwa di alam tidak ada mekanisme yang menyebabkan makhluk hidup berevolusi. Makhluk hidup muncul bukan akibat proses evolusi, melainkan secara tiba-tiba dalam bentuk yang sempurna. Mereka diciptakan sendiri-sendiri. Oleh karena itu, jelaslah bahwa "evolusi manusia" juga merupakan sebuah kisah yang tidak pernah terjadi.

Lalu, apa yang digunakan evolusionis sebagai pijakan untuk dongeng ini? Dasarnya adalah keberadaan fosil yang berlimpah sehingga evolusionis dapat membangun penafsiran imajinatif.

Sepanjang sejarah, telah hidup lebih dari 6.000 spesies kera dan kebanyakan dari mereka telah punah. Kini hanya 120 spesies kera yang masih hidup di bumi. Sekitar 6.000 spesies kera ini, mayoritas telah punah, menjadi sumber yang kaya bagi evolusionis.

Evolusionis menulis skenario evolusi manusia dengan menyusun sejumlah tengkorak yang cocok dengan tujuan mereka, berurutan dari yang terkecil hingga yang terbesar, lalu menempatkan di antara mereka tengkorak beberapa ras manusia yang telah punah. Menurut skenario ini, manusia dan kera modern memiliki nenek moyang yang sama. Nenek moyang ini berevolusi sejalan dengan waktu. Sebagian dari mereka menjadi kera modern, sedangkan kelompok lain berevolusi melalui jalur yang berbeda, menjadi manusia masa kini. Akan tetapi, semua temuan paleontologi, anatomi dan biologi menunjukkan bahwa pernyataan evolusi ini fiktif dan tidak sahih seperti semua pernyataan evolusi lainnya. Tidak ada bukti-bukti kuat dan nyata untuk menunjukkan kekerabatan antara manusia dan kera. Yang ada hanyalah pemalsuan, penyimpangan, gambar-gambar serta komentar-komentar menyesatkan.

Catatan fosil mengisyaratkan kepada kita bahwa sepanjang sejarah, manusia tetap manusia, dan kera tetap kera. Sebagian fosil yang dinyatakan evolusionis sebagai nenek moyang manusia berasal dari ras manusia yang hidup hingga akhir-akhir ini sekitar 10.000 tahun lalu dan kemudian menghilang. Selain itu, banyak orang masa kini memiliki penampilan dan karakteristik fisik yang sama dengan ras-ras manusia yang punah, yang dinyatakan evolusionis sebagai nenek moyang manusia. Semua ini adalah bukti nyata bahwa manusia tidak pernah mengalami proses evolusi sepanjang sejarah.

Bukti terpenting adalah perbedaan anatomis yang besar antara kera dan manusia, dan tidak satu pun di antara perbedaan tersebut muncul melalui proses evolusi. "Bipedalitas" (kemampuan berjalan dengan dua kaki) adalah salah satu di antaranya. Seperti yang akan diuraikan lebih lanjut, bipedalitas hanya terdapat pada manusia dan merupakan salah satu sifat terpenting yang membedakan manusia dengan hewan.

SILSILAH IMAJINER MANUSIA

Darwinis menyatakan bahwa manusia modern saat ini berevolusi dari makhluk serupa kera. Menurut mereka, selama proses evolusi yang diperkirakan berawal 4-5 juta tahun lalu, terdapat beberapa "bentuk transisi" antara manusia modern dan nenek moyangnya. Menurut skenario yang sepenuhnya rekaan ini, terdapat empat "kategori" dasar:

1. Australopithecus
2. Homo habilis
3. Homo erectus
4. Homo sapiens

Evolusionis menyebut nenek moyang pertama manusia dan kera sebagai "Australopithecus", yang berarti "Kera Afrika Selatan". Australopithecus hanyalah spesies kera kuno yang telah punah, dan memiliki beragam tipe. Sebagian berperawakan tegap, dan sebagian lain bertubuh kecil dan ramping.

Evolusionis menggolongkan tahapan evolusi manusia berikutnya sebagai "homo", yang berarti "manusia". Menurut pernyataan evolusionis, makhluk hidup dalam kelompok Homo lebih berkembang daripada Australopithecus, dan tidak terlalu berbeda dengan manusia modern. Manusia modern di zaman kita, Homo sapiens, dikatakan terbentuk pada tahapan terakhir evolusi spesies ini.

SATU TULANG RAHANG SEBAGAI SUMBER INSPIRASI
Description: 103g  Description: 103   Description: 103y
Fosil Ramapithecus pertama yang ditemukan: tulang rahang yang hilang, terdiri dari dua bagian (kanan). Evolusionis dengan berani menggambarkan Ramapithecus, keluarga dan lingkungan tempat tinggal mereka, hanya berdasarkan tulang rahang ini

Fosil-fosil seperti "Manusia Jawa", "Manusia Peking", dan "Lucy", yang senantiasa muncul di media massa, jurnal dan buku-buku kuliah evolusionis, termasuk dalam salah satu dari keempat spesies di atas. Spesies-spesies ini juga diasumsikan bercabang menjadi sub-sub spesies.

Sejumlah kandidat bentuk transisi dari masa lampau, seperti Ramapithecus, harus dikeluarkan dari silsilah imajiner evolusi manusia setelah diketahui mereka adalah kera biasa.1

Dengan menyusun rantai hubungan sebagai: "Australopithecus > Homo habilis > Homo erectus > Homo sapiens", evolusionis menyatakan bahwa masing-masing spesies ini adalah nenek moyang spesies lainnya. Akan tetapi, temuan ahli-ahli paleoantropologi baru-baru ini meng-ungkapkan bahwa Australopithecus, Homo habilis dan Homo erectus hidup di belahan bumi berbeda pada masa yang sama. Selain itu, suatu segmen manusia tertentu yang digolongkan sebagai Homo erectus ternyata hidup hingga zaman modern. Homo sapiens neandartalensis dan Homo sapiens sapiens (manusia modern) pernah hidup bersama di wilayah yang sama. Situasi ini jelas menunjukkan ketidakabsahan pernyataan bahwa mereka adalah nenek moyang bagi yang lain.

Pada hakikatnya, semua temuan dan penelitian ilmiah telah mengungkapkan bahwa catatan fosil tidak mengisyaratkan proses evolusi seperti yang dikemukakan evolusionis. Fosil-fosil tersebut, yang mereka katakan sebagai nenek moyang manusia, ternyata milik suatu ras manusia atau milik spesies kera.

Lalu, yang manakah fosil manusia dan yang manakah fosil kera? Mungkinkah salah satu dari keduanya bisa dianggap sebagai bentuk transisi? Untuk mendapatkan jawabannya, mari kita amati masing-masing kategori.

AUSTRALOPITHECUS: SPESIES KERA

Australopithecus, kategori pertama, berarti "kera dari selatan". Makhluk ini diduga pertama kali muncul di Afrika sekitar 4 juta tahun lalu dan hidup hingga 1 juta tahun lalu. Australopithecus memiliki beberapa kelas. Evolusionis berasumsi bahwa spesies Australopithecus tertua adalah A. afarensis. Setelah itu muncul A. africanus, yang memiliki kerangka lebih ramping, dan kemudian A. robustus, yang memiliki kerangka relatif lebih besar. Sedangkan untuk A. boisei, sejumlah peneliti menganggapnya spesies yang berbeda dan sebagian lagi menggolongkannya dalam sub spesies dari A. robustus.

Semua spesies Australopithecus adalah kera yang sudah punah dan menyerupai kera masa kini. Ukuran tengkorak mereka sama atau lebih kecil dari simpanse yang hidup di masa sekarang. Terdapat bagian menonjol pada tangan dan kaki mereka yang digunakan untuk memanjat pohon seperti simpanse zaman sekarang, dan kaki mereka memiliki kemampuan menggenggam dahan. Mereka bertubuh pendek (maksimum 130 cm) dan seperti simpanse masa kini, Australopithecus jantan lebih besar dari Australopithecus betina. Sekian banyak karakteristik seperti detail pada tengkorak, kedekatan kedua mata, gigi geraham yang tajam, struktur rahang, lengan yang panjang, kaki yang pendek, merupakan bukti bahwa makhluk hidup ini tidak berbeda dengan kera zaman sekarang.

Evolusionis menyatakan bahwa meskipun Australopithecus memiliki anatomi kera, mereka berjalan dengan tegak seperti manusia dan bukan seperti kera.

Pernyataan "berjalan tegak" ini ternyata telah dipertahankan selama puluhan tahun oleh sejumlah ahli paleoantropologi seperti Richard Leakey dan Donald C. Johanson. Namun, banyak ilmuwan telah melakukan penelitian pada struktur kerangka Australopithecus dan membuktikan ketidakabsahan argumentasi tersebut. Penelitian menyeluruh pada beragam spesimen Australopithecus oleh dua ahli anatomi kelas dunia dari Inggris dan Amerika Serikat, Lord Solly Zuckerman dan Prof. Charles Oxnard, menunjukkan bahwa makhluk ini tidak bipedal dan bergerak seperti kera masa kini. Setelah mempelajari fosil-fosil ini selama 15 tahun dengan segala perlengkapan yang diberikan pemerintah Inggris, Lord Zuckerman dan timnya yang beranggotakan 5 orang spesialis sampai pada kesimpulan bahwa Australopithecus hanya spesies kera biasa dan pasti tidak bipedal. Zuckerman sendiri adalah seorang evolusionis.2 Begitu pula Charles E. Oxnard, evolusionis yang terkenal dengan penelitiannya pada subjek tersebut, menyamakan struktur kerangka Australopithecus dengan milik orang utan modern.3 Akhirnya, pada tahun 1994, sebuah tim dari Universitas Liverpool Inggris melakukan riset menyeluruh untuk mencapai suatu kesimpulan yang pasti. Mereka berkesimpulan bahwa "Australopithecus adalah kuadripedal".4

Singkatnya, Australopithecus tidak memiliki kekerabatan dengan manusia dan mereka hanyalah spesies kera yang telah punah.

HOMO HABILIS: KERA YANG DINYATAKAN SEBAGAI MANUSIA

Kemiripan struktur kerangka dan tengkorak Australopithecus dengan simpanse, dan penolakan terhadap pernyataan bahwa makhluk ini berjalan tegak, telah sangat menyulitkan ahli paleoantropologi pro evolusi. Karena, menurut skema evolusi rekaan mereka, Homo erectus muncul setelah Australopithecus. Karena awalan kata "homo" berarti "manusia", maka Homo erectus tergolong kelas manusia berkerangka tegak. Ukuran tengkoraknya dua kali lebih besar dari Australopithecus. Peralihan lang-sung dari Australopithecus, yakni seekor kera mirip simpanse, ke Homo erectus yang berkerangka sama dengan manusia modern, adalah mustahil bahkan menurut teori mereka sendiri. Jadi, diperlukan "mata rantai", yakni "bentuk transisi". Dan konsep Homo habilis muncul untuk memenuhi kebutuhan ini.

AUSTRALOPITHECUS AFERENSIS: KERA YANG TELAH PUNAH
Description: 106kj
Fosil pertama yang ditemukan di Hadar, Ethiopia, yang dianggap sebagai spesies Australopithecus aferensis adalah AL 288-1 atau "Lucy". Sudah lama evolusionis berusaha keras membuktikan bahwa Lucy dapat berjalan tegak. Tetapi penelitian terakhir memastikan bahwa binatang ini adalah kera biasa yang berjalan membungkuk.
Description: 107l
Fosil Australopithecus aferensis AL 333-105 di atas adalah milik anggota muda spesies ini. karena itulah tonjolan belum terbentuk pada tengkoraknya

AUSTRALOPITHECUS       SIMPANSE MODERN
Description: 106o   Description: 106
Di kanan adalah tengkorak fosil Australopithecus aferensis AL 444-2, dan di bawahnya adalah tengkorak kera modern. Kemiripan yang sangat jelas menegaskan bahwa A. Aferensis adalah spesies kera biasa tanpa ciri-ciri "mirip manusia".

Pengelompokan Homo habilis diajukan pada tahun 1960-an oleh Keluarga Leakey, sebuah keluarga "pemburu fosil". Menurut Leakey, spesies baru yang mereka kelompokkan sebagai Homo habilis memiliki kapasitas tengkorak relatif besar, kemampuan berjalan tegak dan menggunakan peralatan dari batu dan kayu. Karena itu, mungkin saja ia adalah nenek moyang manusia.

Fosil-fosil baru dari spesies yang sama ditemukan pada akhir tahun 1980-an, dan mengubah total pandangan ini. Sejumlah peneliti seperti Ber-nard Wood dan C. Loring Brace, berdasarkan fosil-fosil baru tersebut mengatakan bahwa Homo habilis, yang berarti "manusia yang mampu menggunakan alat" seharusnya digolongkan sebagai Australopithecus habilis yang berarti "kera Afrika Selatan yang mampu menggunakan alat", karena Homo habilis memiliki banyak kesamaan ciri dengan kera Australopithecus. Ia memiliki lengan yang panjang, kaki yang pendek dan struktur kerangka mirip kera seperti Australopithecus. Jari tangan dan jari kakinya cocok untuk memanjat. Struktur tulang rahangnya sangat mirip dengan rahang kera masa sekarang. Rata-rata kapasitas tengkoraknya yang 600 cc juga mengindikasi fakta bahwa Homo habilis adalah kera. Singkatnya, Homo habilis, yang diklaim sebagai spesies berbeda oleh se-jumlah evolusionis, ternyata merupakan spesies kera seperti semua Australopithecus yang lain.

Penelitian yang dilakukan pada tahun-tahun berikutnya benar-benar menunjukkan bahwa Homo habilis tidak berbeda dengan Australopithecus. Fosil tengkorak dan kerangka OH26 yang ditemukan Tim White menunjukkan bahwa spesies ini memiliki kapasitas tengkorak kecil, lengan panjang serta kaki pendek yang memungkinkannya memanjat pohon; tidak berbeda dengan kera modern.

Analisis terperinci yang dilakukan ahli antropologi Amerika, Holly Smith, pada tahun 1994 menunjukkan bahwa Homo habilis bukan "homo", atau "manusia", melainkan "kera".

Mengenai analisis yang dilakukannya terhadap gigi-gigi Australopithecus, Homo habilis, Homo erectus dan Homo neandertalensis, Smith menyatakan:

Dengan membatasi analisis hanya pada spesimen-spesimen yang memenuhi kriteria ini, pola perkembangan gigi Australopithecus dan Homo habilis menunjukkan bahwa mereka sekelompok dengan kera Afrika. Sedangkan Homo erectus dan Neandertal diklasifikasikan dengan manusia.5

Description: 109Y
HOMO HABILIS: SATU LAGI KERA YANG TELAH PUNAH
Sudah sejak lama para evolusionis menyatakan bahwa makhluk yang mereka namakan Homo habilis dapat berjalan tegak. Mereka beranggapan telah menemukan mata rantai penghubung antara kera dengan manusia. Akan tetapi, fosil-fosil baru Homo habilis yang ditemukan Tim White pada tahun 1986 dan diberi nama OH 62 membantah klaim ini. Fragmen fosil ini memperlihatkan bahwa Homo habilis berlengan panjang dan berkaki pendek seperti kera modern. Fosil ini mengakhiri klaim bahwa Homo habilis adalah makhluk bipedal yang dapat berjalan tegak. Ternyata, Homo habilis juga tidak lebih dari spesies kera.

Description: 109
"Homo habilis OH 7" di samping kanan adalah fosil yang paling baik menggambarkan karakteristik rahang Homo habilis. Fosil rahang ini memiliki gigi seri yang besar. Gigi gerahamnya kecil. Bentuk rahang persegi. Semua ciri ini membuat rahang ini sangat mirip dengan rahang kera masa kini. Dengan kata lain, rahang Homo habilis menegaskan sekali lagi bahwa makhluk ini adalah sejenis kera.

Tahun itu juga, tiga spesialis anatomi, Fred Spoor, Bernard Wood dan Frans Zonneveld, menarik kesimpulan serupa melalui metode yang sama sekali berbeda. Metode ini berdasarkan analisis perbandingan saluran setengah lingkaran pada telinga bagian dalam milik manusia dan kera yang berfungsi menjaga keseimbangan. Saluran ini berbeda jauh antara manusia yang berjalan tegak, dengan kera yang berjalan membungkuk. Saluran telinga bagian dalam pada semua Australopithecus serta spesimen Homo habilis yang diteliti oleh Spoor, Wood dan Zonneveld, sama seperti pada kera modern. Saluran telinga bagian dalam pada Homo erectus sama dengan pada manusia modern.6

Temuan ini membuahkan dua hasil penting:
1. Fosil-fosil yang dikatakan sebagai Homo habilis sebenarnya tidak termasuk kelas "homo", atau manusia, tetapi kelas Australopithecus, atau kera.
2. Baik Homo habilis maupun Australopithecus adalah makhluk hidup yang berjalan membungkuk, dan karenanya memiliki kerangka kera. Mereka tidak memiliki hubungan apa pun dengan manusia.

HOMO RUDOLFENSIS: SUSUNAN WAJAH YANG SALAH

Homo rudolfensis adalah nama yang diberikan kepada beberapa bagian fosil yang ditemukan pada tahun 1972. Kelompok yang diwakili fosil ini juga dinamai Homo rudolfensis karena ditemukan di dekat Sungai Rudolf di Kenya. Mayoritas ahli paleoantropologi menyetujui bahwa fosil-fosil ini tidak berasal dari spesies yang berbeda, melainkan termasuk Homo habilis.

Richard Leakey, penemu fosil tersebut, memperkenalkan tengkorak yang dinamai "KNM-ER 1470" dan dinyatakan berusia 2,8 juta tahun itu sebagai penemuan terbesar dalam sejarah antropologi dan berpengaruh luas. Menurut Leakey, makhluk berukuran tengkorak kecil seperti Australopithecus namun berwajah manusia tersebut adalah mata rantai yang hilang antara Australopithecus dan manusia. Akan tetapi, tidak berapa la-ma kemudian diketahui bahwa wajah mirip manusia dari tengkorak KNM-ER 1470 yang sering tampil pada sampul depan majalah-majalah ilmiah adalah hasil penggabungan fragmen-fragmen tengkorak secara keliru-yang mungkin dilakukan dengan sengaja. Prof. Tim Bromage, pengkaji anatomi wajah manusia, menjelaskan kenyataan yang diungkapkannya dengan bantuan simulasi komputer ini pada tahun 1992:

Ketika KNM-ER 1470 pertama kali direkonstruksi, wajahnya dilekatkan pada tengkorak dalam posisi hampir vertikal, sangat menyerupai wajah datar manusia modern. Akan tetapi penelitian baru-baru ini mengenai hubungan-hubungan anatomis menunjukkan bahwa pada masa hidupnya wajah itu seharusnya sangat menonjol, memunculkan aspek mirip kera, agak mirip dengan wajah Australopithecus.7

Mengenai kasus ini, seorang ahli paleoantropologi evolusionis, J. E. Cronin, menyatakan:

... wajahnya yang dikonstruksi relatif kokoh, naso-alveolar clivus yang agak datar (mengarah wajah cembung Australopithecus), lebar-maksimum tengkorak yang rendah (pada bagian temporal), gigi taring yang kuat dan geraham yang besar (seperti yang ditunjukkan oleh sisa akarnya), seluruhnya merupakan sifat-sifat yang relatif primitif, yang menghubungkan spesimen tersebut dengan kelompok A. africanus.8

C. Loring Brace dari Universitas Michigan berkesimpulan sama setelah ia menganalisis struktur rahang dan gigi tengkorak 1470. Menurutnya, ukuran rahang dan bagian yang ditumbuhi gigi geraham menunjukkan bahwa ER 1470 memiliki wajah dan gigi Australopithecus.9

Prof. Alan Walker, ahli paleoantropologi dari Universitas John Hopkins telah melakukan banyak penelitian pada KNM-ER 1470 seperti halnya Leakey, dan bersikeras bahwa makhluk hidup ini seharusnya tidak dikelompokkan sebagai "homo" atau spesies manusia seperti Homo habilis atau Homo rudolfensis, tetapi harus dimasukkan ke dalam spesies Australopithecus.10

Jadi, pengelompokan seperti Homo habilis atau Homo rudolfensis yang dikatakan sebagai bentuk transisi antara Australopithecines dengan Homo erectus, sepenuhnya hanyalah rekaan. Sebagaimana dikuatkan oleh banyak peneliti masa kini, makhluk-makhluk hidup ini adalah anggota Australopithecus. Seluruh ciri anatomis memperlihatkan bahwa mereka adalah spesies kera.

Setelah makhluk-makhluk ini, yang ternyata semuanya spesies kera, kemudian muncul fosil-fosil "homo" yang merupakan fosil-fosil manusia.

 (Bersambung ke Bagian B)

Sumber: www.harunyahya.com

0 komentar:

Posting Komentar