KERUNTUHAN TEORI EVOLUSI
(Harun Yahya)
BAB 10 (Bagian A)
KEBUNTUAN EVOLUSI MOLEKULER
Pada bagian
sebelumnya, telah digambarkan bagaimana catatan fosil menggugurkan teori
evolusi. Sebenarnya hal ini tidak perlu dilakukan, karena teori evolusi telah runtuh
jauh sebelum orang sampai pada klaim "evolusi spesies" dan
bukti-bukti fosil. Yang membuat teori evolusi sejak awal kehilangan arti adalah
pertanyaan bagaimana kehidupan pertama kali muncul di muka bumi.
Ketika
menjawab pertanyaan ini, teori evolusi menyatakan bahwa kehidupan berawal dari
sebuah sel yang terbentuk secara kebetulan. Berdasarkan skenario ini, empat
miliar tahun lalu, dalam atmosfir bumi purba berbagai senyawa tidak hidup
bereaksi, di bawah petir dan tekanan menghasilkan sel hidup pertama.
Hal pertama
yang harus diingat, pernyataan bahwa senyawa-senyawa anorganik dapat bergabung
membentuk kehidupan sama sekali tidak ilmiah dan tidak dikuatkan dengan
eksperimen atau observasi. Kehidupan hanya muncul dari kehidupan. Setiap sel
hidup terbentuk melalui replikasi sel hidup lainnya. Tak seorang pun di dunia
pernah berhasil membentuk sel hidup dengan mencampurkan materi-materi
anorganik, bahkan di laboratorium yang paling canggih sekalipun.
Teori evolusi
menyatakan bahwa sel-sel makhluk hidup yang tidak dapat diproduksi sekalipun
dengan mengerahkan seluruh kecerdasan, pengetahuan, dan teknologi manusia
berhasil terbentuk secara kebetulan dalam kondisi bumi purba. Pada
halaman-halaman selanjutnya, kita akan melihat bahwa pernyataan ini sangat bertentangan
dengan prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan dan nalar.
DONGENG TENTANG "SEL YANG TERBENTUK SECARA KEBETULAN"
Jika
seseorang yakin bahwa sel hidup dapat terbentuk secara kebetulan, maka tidak
ada yang dapat menghalanginya mempercayai dongeng seperti di bawah ini. Dongeng
mengenai sebuah kota kecil:
Pada suatu
hari, segumpal tanah liat yang terjepit di antara bebatuan daerah tandus
menjadi basah karena hujan. Saat matahari terbit, tanah liat basah ini
mengering dan mengeras menjadi sebuah bentuk yang kokoh. Bebatuan yang berperan
sebagai cetakan, karena suatu hal kemudian hancur berkeping-keping, dan
muncullah batu bata berbentuk rapi, bagus, dan kuat. Selama bertahun-tahun,
batu bata ini menunggu batu bata serupa terbentuk dalam kondisi alam yang sama.
Peristiwa ini berlangsung terus hingga terbentuk ratusan bahkan ribuan batu
bata serupa di tempat itu. Dan secara kebetulan, tidak ada satu pun dari batu
bata yang lebih dulu terbentuk menjadi rusak. Meskipun terkena badai, hujan,
angin, terik matahari, dan dingin membekukan, batu-batu bata tersebut tidak
retak, remuk, atau terseret menjauh. Di tempat yang sama dan dengan tekad yang
sama, mereka menunggu batu bata lain terbentuk.
Ketika jumlah
batu bata mencukupi, batu-batu bata ini membentuk sebuah bangunan dengan
menyusun diri ke samping dan saling bertumpuk akibat secara acak digerakkan
oleh kondisi alam seperti angin, badai dan tornado. Sementara itu, bahan-bahan
seperti semen atau campuran pasir terbentuk dalam "kondisi alamiah" pada
saat yang tepat dan merayap di antara batu-batu bata untuk merekatkan mereka.
Pada saat yang bersamaan, bijih besi di dalam bumi terbentuk dalam
"kondisi alamiah" dan bersama batu-batu bata membangun pondasi
gedung. Pada akhir proses, sebuah bangunan berdiri lengkap dengan semua bahan,
kusen-kusen serta instalasi kabel listrik.
FOKUS:
PENGAKUAN EVOLUSIONIS
Tantangan
untuk menjelaskan asal usul kehidupan merupakan sumber krisis terbesar yang
dihadapi teori evolusi. Alasannya, molekul-molekul organik sangat kompleks dan
pembentukannya tidak mungkin dapat diterangkan sebagai suatu kebetulan. Selain
itu, telah terbukti bahwa sel organik mustahil terbentuk secara kebetulan.
Alexander
Oparin: "Asal-usul sel masih menjadi teka-teki."
Evolusionis
dihadapkan pada pertanyaan tentang asal usul kehidupan pada perempat kedua abad
ke-20. Pakar terkemuka teori evolusi molekuler, evolusionis Rusia, Alexander I.
Oparin, menuliskan dalam bukunya "The Origin of Life" yang terbit
pada tahun 1936:
Sayangnya,
asal usul sel masih menjadi pertanyaan, yang merupakan titik tergelap dari
teori evolusi yang utuh.1
Sejak
Oparin, banyak evolusionis telah melakukan penelitian dan pengamatan untuk
membuktikan bahwa sebuah sel dapat terbentuk secara ke-betulan. Akan tetapi,
setiap upaya hanya memperjelas desain sel yang kompleks sehingga semakin
menggugurkan hipotesis mereka. Profesor Klaus Dose, kepala Institut Biokimia di
Universitas Johannes Gutenberg, menyatakan:
Jeffrey
Bada: "Kemunculan kehidupan di bumi adalah masalah terbesar yang belum
terpecahkan."
Percobaan
tentang asal usul kehidupan di bidang kimia dan evolusi molekuler selama lebih
dari 30 tahun, menghasilkan persepsi yang lebih baik tentang kompleksitas asal
usul kehidupan di bumi ini, dan bukannya memberikan jawaban yang mereka
harapkan. Saat ini, semua diskusi mengenai teori-teori dasar dan penelitian di
bidang ini berakhir dengan kebuntuan atau pengakuan atas ketidaktahuan. 2
Jeffrey
Bada dari Institut San Diego Scripps memperjelas ketidakberdayaan evolusionis
terhadap kebuntuan ini :
Kini,
saat meninggalkan abad ke-20, kita masih menghadapi masalah terbesar yang belum
terpecahkan sejak awal abad ke-20: Bagaimana kehidupan muncul di muka bumi? 3
1 Alexander I. Oparin, Origin of Life, (1936) NewYork: Dover Publications,
1953 (Reprint), p.196.
2 Klaus Dose, "The Origin of Life: More Questions Than Answers",
Interdisciplinary Science Reviews, Vol 13, No. 4, 1988, p. 348
3 Jeffrey Bada, Earth, February 1998, p. 40
Tentunya
sebuah bangunan tidak hanya terdiri dari pondasi, batu bata dan semen. Lalu
bagaimana bahan-bahan lainnya diperoleh? Jawabannya sederhana: semua jenis
bahan yang dibutuhkan untuk mendirikan bangunan itu terkandung dalam bumi di
bawahnya. Silikon untuk kaca, tembaga untuk kabel listrik, besi untuk kolom, tiang,
pipa air dan lainnya, telah tersedia melimpah di dalam bumi. Hanya diperlukan
kepiawaian dari "kondisi alamiah" untuk membentuk dan menempatkan
bahan-bahan ini dalam bangunan. Seluruh instalasi kabel, kusen dan aksesori
diletakkan di antara batu-batu bata dengan bantuan hembusan angin, hujan dan
gempa bumi. Segalanya berjalan begitu lancar sehingga batu-batu bata tersusun
dengan menyediakan tempat untuk jendela, seolah-olah mereka tahu bahwa sesuatu
yang disebut kaca akan terbentuk kemudian oleh kondisi alamiah. Selain itu,
mereka juga tidak lupa menyediakan tempat untuk instalasi air, listrik dan
sistem pemanas, yang juga akan terbentuk secara ke-betulan. Semuanya berjalan
sangat baik sehingga "kebetulan" dan "kondisi alamiah" menghasilkan
suatu wujud desain yang sempurna.
Jika selama
ini Anda berhasil mempertahankan kepercayaan pada cerita itu, maka Anda tidak
akan menemui kesulitan untuk menduga bagaimana bangunan lain, pabrik, jalan
raya, trotoar, sarana penunjang, sistem komunikasi dan transportasi muncul.
Jika Anda memiliki pengetahuan teknis dan ahli dalam bidang ini, Anda bahkan
dapat menulis beberapa jilid buku yang sangat "ilmiah" untuk
menyatakan teori Anda tentang "proses evolusi sistem pembuangan limbah dan
kemiripannya dengan struktur yang kita temui sekarang". Anda mungkin akan
dianugerahi penghargaan akademis atas kajian cemerlang Anda. Anda pun boleh
menganggap diri Anda sebagai seorang jenius yang memberikan pencerahan bagi
kemanusiaan.
Teori evolusi
menyatakan bahwa kehidupan muncul secara kebetulan. Pernyataan yang sama
mustahilnya dengan cerita di atas. Sebuah sel tidak kurang kompleksnya dari
kota manapun yang memiliki seluruh sistem operasional, sistem komunikasi,
transportasi dan manajemennya.
KEAJAIBAN DALAM SEL DAN AKHIR TEORI EVOLUSI
Di masa
Darwin, struktur kompleks sel hidup belum diketahui. Saat itu, anggapan bahwa
"kebetulan dan kondisi alamiah" dapat menghasilkan kehidupan dirasa
cukup meyakinkan oleh evolusionis.
Teknologi
abad ke-20 telah menguak partikel terkecil kehidupan dan mengungkapkan bahwa
sel merupakan sistem paling kompleks yang pernah ditemui manusia. Sekarang kita
tahu bahwa sel memiliki stasiun pembangkit energi, pabrik-pabrik pembuat enzim
dan hormon-hormon yang penting bagi kehidupan. Sel juga memiliki bank data yang
mencatat semua informasi penting tentang seluruh produk yang harus dihasilkan,
sistem transportasi yang kompleks dan pipa-pipa penyalur bahan mentah dan bahan
jadi dari satu tempat ke tempat lain. Di dalam sel terdapat pula laboratorium
dan tempat penyulingan canggih untuk menghancurkan bahan mentah dari luar
menjadi bahan-bahan berguna, dan protein membran sel khusus untuk mengontrol
keluar-masuknya materi. Dan semua ini hanya sebagian kecil dari sistem yang
sangat kompleks tersebut.
W. H. Thorpe,
seorang ilmuwan evolusionis, mengakui bahwa "jenis sel yang paling
sederhana terdiri atas 'mekanisme' yang jauh lebih kompleks dari mesin manapun
yang mungkin baru terpikirkan dan belum lagi dibuat manusia."1
KOMPLEKSITAS
SEL
Sel
adalah suatu sistem dengan desain paling rumit dan paling indah yang pernah
disaksikan manusia. Michael Denton, seorang profesor biologi, dalam bukunya
yang berjudul Evolution: Theory in Crisis, menggambarkan kompleksitas sel
dengan sebuah contoh:
"Untuk
memahami realitas kehidupan seperti yang telah diungkapkan oleh biologi
molekuler, kita harus memperbesar sebuah sel ribuan juta kali sampai
diameternya mencapai dua puluh kilometer dan menyerupai pesawat raksasa, cukup
untuk menutup kota besar seperti London atau New York. Yang akan kita lihat
adalah sebuah objek dengan kerumitan tak tertandingi dan desain adaptif. Pada
permukaan sel kita akan melihat jutaan lubang, seperti rongga pelabuhan pada
sebuah pesawat induk antariksa, membuka dan menutup untuk menjaga kontinuitas
keluar-masuk aliran materi. Bila kita memasuki salah satu lubang ini, kita akan
mendapati diri kita berada di dalam dunia dengan teknologi unggul dan
kompleksitas mencengangkan.... Inilah sebuah kompleksitas di luar jangkauan
kreativitas kita, suatu realitas yang merupakan lawan dari kebetulan, yang
dalam segala hal melampaui semua yang dihasilkan kecerdasan manusia..."
Sebuah sel
begitu kompleks, sehingga teknologi tercanggih manusia tidak dapat membuatnya.
Upaya pembuatan sel tiruan tidak pernah membuahkan hasil. Tentu saja, upaya
seperti ini telah ditinggalkan.
Teori evolusi
menyatakan bahwa sistem ini - yang tidak dapat ditiru manusia meski dengan
mengerahkan segala kecerdasan, pengetahuan dan teknologinya - muncul secara
"kebetulan" dalam kondisi bumi purba. Sebagai contoh lain,
kemungkinan sel terbentuk secara kebetulan sama mustahilnya dengan kemungkinan
sebuah buku tercetak akibat ledakan kantor percetakan.
Seorang ahli
astronomi dan matematika dari Inggris, Sir Fred Hoyle, membuat perbandingan serupa
dalam salah satu wawacaranya dalam majalah Nature edisi 12 November 1981.
Meskipun seorang evolusionis, Hoyle menyatakan bahwa kemungkinan makhluk hidup
tingkat tinggi muncul secara kebetulan adalah sama dengan kemungkinan sebuah
Boeing 747 terakit dengan material dari tempat penampungan barang rongsokan
yang disapu tornado.2 Ini berarti bahwa sel tidak mungkin muncul secara
kebetulan, jadi sudah pasti sel itu "diciptakan".
Satu alasan
dasar mengapa teori evolusi tidak dapat menjelaskan kemunculan sel adalah
"kompleksitas tidak tersederhanakan" (irreducible complexity) dari
sel. Sebuah sel hidup menjaga kelangsungan dirinya atas kerjasama harmonis
dengan banyak organel. Jika ada satu organel saja yang tidak berfungsi, sel itu
tidak akan dapat bertahan hidup. Sel tidak mungkin berkembang dengan menunggu
suatu mekanisme "tanpa kesadaran" seperti seleksi alam atau mutasi.
Jadi, sel pertama di bumi haruslah sebuah sel utuh yang memiliki semua organel
dan semua fungsi yang diperlukan. Ini tentu berati bahwa sel adalah hasil
penciptaan.
PROTEIN MENGGUGAT TEORI KEBETULAN
Jangankan
tentang sel, evolusi bahkan gagal menerangkan materi pembentuknya. Satu saja
protein dari ribuan molekul protein kompleks pembangun sel, tidak mungkin
terbentuk dalam kondisi alamiah.
Protein
adalah molekul raksasa yang terdiri dari satuan-satuan kecil yang disebut
"asam amino" yang tersusun dalam urutan tertentu, dengan jumlah dan
struktur tertentu. Molekul-molekul ini merupakan bahan pembangun sel hidup.
Protein yang paling sederhana terdiri dari 50 asam amino, tetapi ada beberapa
protein yang terdiri dari ribuan asam amino.
Hal yang
terpenting adalah: ketidakhadiran, penambahan atau penggantian satu saja asam
amino pada sebuah struktur protein dapat menyebabkan protein tersebut menjadi
gumpalan molekul tak berguna. Setiap asam amino harus terletak pada posisi yang
tepat dan pada urutan yang benar. Teori evolusi yang menyatakan bahwa kehidupan
muncul secara kebetulan, tidak berdaya saat dihadapkan pada keteraturan ini.
Protein terlalu menakjubkan untuk dijelaskan dengan teori kebetulan. (Bahkan
teori ini tidak mampu menjelaskan pernyataan "pembentukan secara
kebetulan" asam amino, yang akan dibicarakan nanti.)
Fakta bahwa
struktur fungsional sebuah protein tidak dapat muncul secara kebetulan akan
mudah diamati dengan perhitungan probabilitas sederhana yang dapat dipahami
semua orang.
Sebuah
molekul protein berukuran rata-rata dibangun oleh 288 asam amino yang terdiri
dari 12 jenis asam amino. Protein ini dapat disusun dengan 10300 cara yang
berbeda (ini adalah angka yang sangat besar, terdiri dari angka 1 yang diikuti
300 angka nol). Dari seluruh kemungkinan, ha-nya satu urutan yang membentuk
molekul protein yang diinginkan. Sisanya adalah rantai asam amino yang sama
sekali tidak berguna atau ber-potensi membahayakan makhluk hidup.
Dengan kata
lain, probabilitas pembentukan satu molekul protein adalah "1 banding
10300". Probabilitas dari "1" ini untuk terjadi adalah mustahil.
(Dalam matematika, probabilitas lebih kecil dari "1 banding 1050"
dianggap sebagai "probabilitas nol"). Selain itu, molekul protein
dengan 288 asam amino lebih sederhana dibandingkan molekul-molekul protein
raksasa yang terdiri dari ribuan asam amino. Bila kita melakukan per-hitungan
probabilitas serupa pada molekul-molekul protein raksasa terse-but, kita akan
membutuhkan ungkapan yang lebih dari sekadar "mustahil".
Bila kita
melangkah lebih jauh dalam skema perkembangan kehidupan, kita amati bahwa satu
protein yang berdiri sendiri tidak akan memiliki arti apa pun. Sebagai contoh,
salah satu bakteri terkecil, Mycoplasma Hominis H39, terdiri dari 600
"jenis" protein. Maka dalam kasus ini, kita harus mengulang
perhitungan probabilitas seperti di atas untuk setiap protein dari 600 jenis
yang berbeda ini. Hasilnya? Tidak akan terjelaskan bahkan dengan konsep
kemustahilan!
Sebagian
orang yang sedang membaca tulisan ini dan menerima teori evolusi sebagai
penjelasan ilmiah, mungkin merasa curiga bahwa angka-angka ini terlalu
dibesar-besarkan dan tidak menggambarkan kenyataan. Tidak demikian. Ini adalah
kenyataan yang pasti dan konkret. Tidak ada evolusionis yang akan membantah
angka-angka ini. Mereka menerima bahwa probabilitas sebuah protein terbentuk
secara kebetulan adalah "sama dengan kemungkinan seekor monyet menulis
sejarah manusia dengan mesin tik tanpa membuat kesalahan sedikit pun".3
Meski demikian, mereka bukannya menerima penjelasan lain, yaitu penciptaan,
tetapi justru terus mempertahankan kemustahilan tersebut.
Banyak
evolusionis yang mengakui fakta ini. Contohnya Harold F. Blum, seorang ilmuwan
evolusionis terkenal, menyatakan bahwa "pembentukan secara spontan
polipeptida seukuran protein terkecil, sama sekali tidak mungkin terjadi."4
Evolusionis
menyatakan bahwa evolusi molekuler terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama,
dan waktu yang sangat lama ini membuat hal yang mustahil dapat terjadi. Namun
selama apa pun waktu diberikan, asam-asam amino tidak mungkin membentuk protein
secara kebetulan. William Stokes, pakar geologi Amerika, mengakui kenyataan ini
dalam bukunya Essentials of Earth History. Menurutnya kemungkinan ini begitu
kecil sehingga "protein tidak akan terbentuk dalam miliaran tahun di
miliaran planet, sekali-pun setiap planet diliputi hamparan larutan pekat asam
amino yang diperlukan."5
Apa arti
semua ini? Perry Reeves, seorang profesor kimia menjawab:
Jika dihitung
banyaknya struktur yang bisa terbentuk dari kombinasi acak asam amino dalam
sebuah kolam purba yang menguap, kita akan meragukan kehidupan dapat muncul
seperti ini. Lebih beralasan jika tugas seperti ini dikerjakan Pencipta Yang
Agung yang memiliki rencana maha besar.6
Protein
adalah unsur paling penting bagi makhluk hidup. Protein-protein tidak saja
bergabung untuk membentuk sel hidup, tetapi juga berperan penting dalam proses
kimia di dalam tubuh. Keterlibatan protein bisa diamati mulai dari sintesis
protein hingga komunikasi hormonal.
Jika satu
protein saja mustahil terbentuk secara kebetulan, maka miliaran kali lebih
mustahil bila sejuta protein ini bergabung secara kebetulan dan membentuk
sebuah sel manusia lengkap. Lagipula, sebuah sel tidak sekadar tersusun dari
timbunan protein. Selain protein, sel juga mengandung asam nukleat,
karbohidrat, lipid, vitamin dan senyawa kimia lain seperti elektrolit. Secara
struktur dan fungsi, semuanya tersusun dalam proporsi, keserasian dan desain
yang spesifik.
Robert
Shapiro, profesor kimia dan pakar DNA di Universitas New York, menghitung
probabilitas pembentukan secara kebetulan 200 jenis protein yang terdapat dalam
satu sel bakteri (terdapat 200.000 jenis protein dalam sebuah sel manusia).
Angka yang diperolehnya adalah 1 banding 1040000. (Suatu angka luar biasa yang
diperoleh dengan meletakkan 40.000 angka nol sesudah angka 1) 7
Chandra
Wickramasinghe, seorang profesor matematika dan astronomi dari University
College (Cardiff, Wales), berkomentar :
Kemungkinan
kehidupan terbentuk secara spontan dari benda mati adalah 1 banding sebuah
angka dengan 40.000 nol di belakangnya.... Angka ini cukup besar untuk mengubur
Darwin bersama seluruh teori evolusi. Di planet ini atau planet manapun tidak ada
"sup purba", dan jika awal kehidupan tidak terjadi secara acak, maka awal
kehidupan itu pasti-lah pastilah dihasilkan suatu kecerdasan yang berkehendak.8
Tentang angka
yang tidak masuk akal ini, Sir Fred Hoyle berkomentar :
Sungguh,
teori ini (bahwa kehidupan dirancang oleh suatu 'kecerdasan') begitu jelas
sehingga orang akan bertanya-tanya mengapa ini tidak diterima secara luas
sebagai kenyataan. Alasannya lebih bersifat psikologis daripada ilmiah.9
Istilah
"psikologis" digunakan Hoyle untuk menggambarkan pengkondisian diri
evolusionis untuk tidak menerima bahwa kehidupan telah diciptakan. Mereka telah
bersikeras bahwa tujuan utama mereka adalah mengingkari keberadaan Allah. Untuk
alasan ini saja, mereka terus-menerus mempertahankan skenario tak masuk akal
yang mereka akui juga kemustahilannya.
(Bersambung ke bagian B)
Sumber: www.harunyahya.com
0 komentar:
Posting Komentar